YESUS, PEREMPUAN, DAN ORANG SAMARIA


CERITA Percakapan Yesus dengan Perempuan Samaria yang diceritakan dalam Injil Yohanes 4:1 – menarik untuk dibahas dan direnungkan.

Yohanes dalam menarasikan kisah perjumpaan Yesus dengan perempuan Samaria ini, memberikan gambaran teologis bahwa Yesus datang ke dunia tujuannya untuk menyelamatkan orang berdosa.

Menunjuk pada kata Samaria, bagi orang Yahudi (keturunan Yehuda) orang Samaria adalah orang berdosa. Meskipun masih sama-sama orang Israel keturunan Yakub, tapi sejarah telah merubah dan memisahkan Israel menjadi dua bagian. Yaitu, Israel Utara (10 suku) dan Israel Selatan (2 suku, yaitu Yehuda dan Benyamin). Israel Utara berpusat di Samaria. Sedang Israel Selatan berpusat di Yerusalem. Pecahnya kerajaan Israel diawali dengan kejatuhan Raja Salomo dalam penyembahan berhala, dan berlanjut dengan penggantinya, yaitu anaknya Rehabeam. Perilaku jahat Rehabeam mengakibatkan Kerajaan Israel terpecah dua, yaitu Kerajaan Yehuda dan Kerajaan Israel.

Kedua kerajaan ini sering terlibat peperangan dan selalu bermusuhan. Bahkan di masa Yesus kondisi permusahan itu masih terasa. Hal ini nyata dari pernyataan perempuan Samaria kepada Yesus, yang mengatakan, “Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?” (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria).

Di sini sangat jelas catatannya: Orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria.

Meskipun orang Samaria yang kepercayaannya sudah condong pada kekafiran dan berhala, namun mereka masih mewarisi ajaran Taurat dan juga tahu tentang Mesias atau Kristus yang akan datang membebaskan Israel dari kekuasaan bangsa-bangsa lain.

Ini nyata dari pernyataan perempuan Samaria, yang berkata kepada Yesus sebagaimana disebutkan dalam Yohanes 4:25. Jawab perempuan itu kepada-Nya: “Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami.”

Sebelum pernyataan perempuan Samaria tentang Mesias ini, Yesus telah mendahului dengan penyampaian tentang air hidup. Dalam cerita ini, awalnya Yesus meminta perempuan Samaria untuk memberikan dia air dari sumur. Yang sejarahnya sumur itu adalah sumur yang digali Yakub.

Dalam kisah ini sangat menarik, bahwa di satu sisi Yesus meminta air untuk diminum, tapi sebaliknya ia akan memberikan air hidup kepada perempuan Samaria.

Di sinilah makna teologisnya yang sangat dalam. Dimana Yesus mau menyampaikan bahwa manusia itu sesungguhnya membutuhkan air untuk fisik (jasmani), tapi ia juga membutuhkan air hidup untuk jiwanya (rohani). Air yang bersumber dari alam (mata air/sumur) bila diminum akan haus lagi. Tapi air hidup (rohani) yang akan diberikan oleh Yesus bersifat kekal, dimana bila kita meminumnya kita tidak akan haus lagi. Bahkan Yesus mengatakan siapa yang menerima air hidup, maka air itu akan terus memancar sampai kehidupan kekal. Ini persis dengan perkataan Yesus ketika Ia dicobai Iblis, bahwa manusia hidup bukan hanya dari roti saja, melainkan dari Firman yang diucapkan Allah. Dan karena itulah Yesus juga pernah mengidentikan dirinya dengan Roti Hidup.

Maka kemudian perempuan Samaria mulai tertarik dengan tawaran air hidup itu. Ia kemudian berkata kepada Yesus, “Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air.” (Yohanes 4:15)

Perempuan Samaria dalam pemahaman yang sempit masih berpikir tentang air alamiah. Tapi Yesus kemudian mengatakan, pergilah panggillah suamimu dan datang ke sini.

Perempuan itu mengatakan, aku tidak mempunyai suami. Tapi Yesus tahu siapa perempuan ini, lalu berkata kepadanya, “Tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami,
sebab engkau sudah mempunyai lima suami dan yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau berkata benar.”

Dalam hal ini perempuan tersebut tidak bisa mengelak, dan ia tahu Yesus pastilah seorang nabi, karena bisa mengetahui latarbelakangnya sebagai seorang pendosa.

Dan selanjutnya ia memaparkan kepada Yesus tentang ritual peribadatan, bahwa orang Israel menyembah Allah di Gunung Samaria, tapi keturunan Yehuda menyatakan di Yerusalemlah tempat penyembahan kepada Allah.

Namun Yesus mengatakan bahwa menyembah Allah itu bukan terikat pada tempat atau lokasi. Tapi yang benar, menyembah Allah itu adalah menyembah dengan roh dan kebenaran. Karena Allah itu Roh.

Dari pemahaman inilah perempuan itu mulai menyadari bahwa apa yang dikatakan Yesus adalah kabar baik, kabar keselamatan. Dan ia mengatakan tentang iman orang Israel, bahwa Mesias yang akan datang yang disebut Kristus akan memberitakan segala sesuatu kepada mereka.

Maka atas dasar kepercayaan orang Israel itu, Yesus pun mengatakan, bahwa Dialah Mesias yang dinanti-nantikan itu.

Lalu perempuan itu kembali ke kotanya, Sikhar, dan memberitakan kepada penduduk kota itu, bahwa ia telah bertemu dengan Mesias yang juga disebut Kristus. Maka berbondong-bondonglah orang Samaria untuk bertemu dengan Yesus. Dan setelah mendengar kesaksian Yesus, mereka mengundang Dia dan murid-muridNya untuk tinggal di tempat mereka selama dua hari.

Yohanes 4:42 mengungkapkan, dan mereka berkata kepada perempuan itu: “Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia.”

Sangat menarik, bahwa perempuan menjadi media Injil, media keselamatan. Padahal di mata orang Yahudi dan orang Israel, perempuan adalah kaum lemah, dan berada di bawah kekuasaan laki-laki. Dan perempuan dianggap lebih rendah dari laki-laki. Tapi Yesus mengangkat derajat kaum perempuan yang lemah itu, sebagaimana cerita ini. Sehingga tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Kesetaraan itu adalah perempuan dan laki-laki itu saling melengkapi. Perempuan mempunyai kodratnya, begitu pula laki-laki. Tapi keduanya harus saling menghargai, saling menghornati, saling melengkapi, saling membantu dan saling mengasihi. Amin (Jeffry Pay)

Berita Terkait

Top