Yesus di Antara Ciuman dan Pedang


EKSPOSISI LUKAS 22:47-53 (Minggu, 17 – 23 Maret 2024). TUHAN MENGHENTIKAN KUASA CIUMAN DAN PEDANGl

Oleh. Pdt. Meiva Salindeho-Lintang

Doa Yesus di taman Getsemani menurut penulis kitab Injil Lukas adalah Doa Kerelaan, untuk menaati dan menggenapi kehendak Allah dalam diriNya dan kemampuan untuk tidak jatuh kedalam keinginan dunia. “…Berdoalah supaya kamu jangan jatuh kedalam pencobaan” (Luk 22:40).

Yesus terbiasa untuk berdoa, Ay. 39: …Sebagaimana biasa Ia menuju ke
bukit Zaitun. Di bukit Zaitun rupanya Yesus biasanya berdoa. Dia membangun relasi pribadi dengan Bapa-Nya, Doa adalah relasi pribadi manusia dengan Tuhan, Yesus membutuhkan relasi itu, karenanya Yesus
berdoa sendiri dengan jarak sepelempar batu jaraknya dengan para murid.
Yesus selalu stabil membangun hidup dengan Allah dan melatih diri hidup
berserah pada kehendak Allah.
Dengan penuh keiklasan Yesus menyebutkan doanya: Ya Bapaku jikalau
Engkau mau ambilah cawan ini dari padaKu; tetapi bukanlah kehendakKu,
melainkan kehendakMulah yang terjadi. Kehendak Allah yang dipikulnya
membuat ‘seorang Yesus’ harus mengeluarkan peluh darah. Keikhlasan
Yesus berdoa membuat Ia bagaikan berada pada situasi perang yang sangat berat. Hal yang berbeda Yesus dengan para MuridNya, Para murid tertidur dan tidak bisa berdoa karena dukacita. Lukas hendak menyajikan perilaku hidup manusia yang tekun berdoa dan perilaku hidup manusia yang sulit berdoa karena terbenam pada masalah. Yesus Berdoa bukan supaya Dia bebas dari beban, tetapi justru supaya Dia kuat memikul beban seberat apapun.
Kedua Murid Yesus; Yudas dan Petrus, mewakili karakter manusia, sulit
berdoa karena tekanan masalah ataupun kalau berdoa doanya bukan dengan keikhlasan dan penyerahan diri yang sungguh pada Tuhan. Inilah yang membuat Yudas dan Petrus salah mengambil keputusan.

Disinilah terjadi pergolakan antara ciuman dan pedang. Ada dua karakter yang ditampilkan oleh Penulis injil Lukas. Ketika
peristiwa penangkapan Yesus yaitu: Karakter lembut yang mematikan dan
karakter keras; ciuman dan pedang.

Oleh kitab Yohanes, Petruslah yang
menatakkan pedang di telinga hamba imam besar (Yoh 18:10).

Yudas datang mencium Yesus dengan kemunafikan dan pengkhianatan
tetapi Petrus datang dengan pedang dan kekerasan tapi penuh pembelaan,
Petrus mengasihi dengan cara yang salah sedangkan Yudas membenci
dengan cara yang sepertinya ‘benar’. Musuh datang dengan ciuman, namun sahabat datang dengan pedang.
Yesus hadir di tengah tengah situsai yang mencekam itu, memberikan keteladanan saat menerima penangkapanNya dengan Kebenaran, bukan dengan ciuman palsu atau dengan pedang. Yudas datang sepertinya menawarkan persekutuan yang penuh cinta kasih, yang ditandai dengan
pelukan dan ciuman, dan pihak lain Petrus datang untuk menenangkan situasi dengan menggunakan pedang.
Baik ciuman maupun pedang adalah cara yang ditolak Yesus dalam menghadapi situasi penangkapaNya. Yesus menghentikan kuasa ciuman dan pedang.
Ciuman Yudas, bukan sebagai alasan Yesus di tangkap dan pedang Petrus
juga bukan sebagai pembelaan supaya Yesus tidak ditangkap. Yesus katakan kepada imam imam besar dan kepada semua orang yang hendak menangkapNya serta kepada para murid muridNya: “Sangkamu aku ini
penyamun maka kamu datang lengkap dengan pedang dan petung?”. Baik
Imam imam kepala dan orang orang Yahudi maupun para muridNya tidak memahami siapa Yesus. Bagi orang orang Yahudi Yesus seperti seorang penyamun yang merusak ajaran Taurat dan memiliki pengikut yang
banyak, karena itu mereka takut menangkap Yesus disiang hari, ditengah
tengah banyak orang, mereka datang dengan pasukkan yang besar untuk
mengalahkan Yesus. Dan bagi para Murid, Yesus manusia yang tidak
berdaya dan perlu dibela dengan pedang, Para murid berupaya menghalau
upaya penangkapan Yesus dengan pedang dan kekerasan.

Penangkapan Yesus bukan karena orang orang Yahudi dan pemnimpinnya
memiliki powerful, sekali lagi tidak. Tetapi “Inilah saatnya kamu”, Jika belum saatnya satu helai rambut dikepalamu tidak akan jatuh…… (bnd. Luk 21:18).
Inilah saatnya menunjukkan Kedaulatan Allah untuk merelakan Yesus ditangkap, disesah dan disalibkan. Allahlah yang berkuasa atas waktu dan keberadaan hidup manusia, Jika sudah tiba saatnya tidak ada satu orangpun yang dapat menolaknya termasuk Petrus dengan pedangnya itu.
“Inilah saaatnya kamu dan kuasa kegelapan itu”. Ternyata Tuhan memberikan ruang kepada kuasa kegelapan, dan tidak ada wilayah kegelapan, sekelam apapun yang tidak pernah dialami oleh Yesus. Dan
itu hanyan mungkin Yesus alami karena Dia telah berdoa dengan penyerahan diri dan bersedia menerima karena saatnya sudah tiba.

Yesus bersedia ditangkap karena ketaatanNya kepada Bapa bukan karena
ciuman Yudas dan pasukan pemimpin pemimpin Yahudi. Alkitab memberi
kesaksian, banyak peluang mereka bisa menangkap Yesus tapi “belum
saatnya”

Karena itu, baik ciuman maupun pedang tidak dapat menyerahkan dan menghentikan Yesus untuk disalib. Yesus mengentikan kedua kuasa ciuman dan pedang karena ketaaatananNya kepada Bapa dan karena sudah saatnya. Amin.

Berita Terkait

Top