Renungan Minggu: Yang Benar, Yang Disalahkan (PA: Yohanes 18:38b-40 – 19:1-16a)

Renungan Minggu:
Yang Benar, Yang Disalahkan (PA: Yohanes 18:38b-40 – 19:1-16a)
“Apakah kebenaran itu”, begitulah pertanyaan Walinegeri Pilatus kepada Yesus saat Ia akan disalibkan.
Pertanyaan Pilatus ini berhubungan dengan pernyataan Yesus sebelumnya, dimana dalam dialognya dengan Yesus sebagaimana tersebut dalam
Yohanes 18:37: Maka kata Pilatus kepada-Nya: “Jadi Engkau adalah raja?” Jawab Yesus: “Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku.”
Ketika Pilatus bertanya “apakah kebenaran itu”, Yesus tidak menjawabnya. Kita tidak tahu mengapa Yesus tidak menjawab pertanyaan Pilatus ini. Tapi kalau kita kembali pada pernyataan Yesus sebelumnya, yang berkata, “setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku”, maka kita bisa mengambil kesimpulan bahwa Yesus tahu bahwa Pilatus tidak akan mendengar suara Yesus untuk bicara tentang kebenaran. Jadi percuma untuk menyatakan “apa kebenaran itu” kepada Pilatus.
Tapi harus diakui Pilatus sebetulnya memiliki pendapat yang obyektif. Karena ia sendiri berkesimpulan, “Aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya. (Yoh. 18:38b)
Itu artinya Yesus tidak patut dihukum mati seperti yang diinginkan oleh imam-imam kepala dan orang Yahudi. Tapi pada akhirnya Pilatus “membasuh tangan” (cuci tangan). Ia tidak mengambil keputusan hukum yang tegas. Ia hanya mendengar suara orang banyak: Salibkan Dia. Ia takut kehilangan jabatan. Dan akhirnya Yesus yang benar itu yang disalahkan. Ia disalibkan bukan karena kesalahan dan kejahatan, tapi justru karena kebenaran.
Hal itu juga banyak terjadi di lingkungan dimana kita hidup. Dimana ketidakadilan tumbuh dimana-mana. Orang-orang yang melakukan kebenaran justru tersingkirkan dan disalahkan. Bahkan juga dihakimi. Dan yang mendapat pembelaan, dukungan, atau kekuasaan, justru orang-orang yang tidak berlaku benar.
Orang-orang yang sering menghakimi juga sebagaimana dialami Yesus adalah imam-imam kepala dan ahli Taurat. Mereka memahami Kitab Suci hanya untuk dipakai menghakimi, bukan mengasihi. Kitab Suci hanya dipakai untuk mencari keuntungan diri sendiri dan kelompoknya.
Yesus adalah korban karena melakukan kebenaran. Dan seperti pepatah mengatakan, “Meskipun kebohongan itu lari secepat kilat, satu waktu kebenaran itu akan mengalahkannya.” Amin. (Jeffry Pay)