Renungan Minggu: Sahabat Karib Yang Berkhianat (Mazmur 41:1-14)

Renungan Minggu:
Sahabat Karib Yang Berkhianat (Mazmur 41:1-14)
MAZMUR 41:1-14 merupakan ungkapan hati seorang Raja Daud. Pada saat itu ia tengah mengalami pergumulan yang berat. Di satu sisi ia merasakan sakit secara fisik (tubuh). Tapi juga yang lebih menyakitkan adalah penderitaan sakit secara psikis (rohani/jiwa).
Betapa tidak, dalam pergumulannya yang berat, ia merasakan adanya upaya untuk menjatuhkan dia, baik oleh orang-orang yang membenci Daud, tapi terutama pengkhianatan dari sahabat karibnya.
Kita juga mungkin punya pengalaman yang sama seperti Daud, dimana sahabat karib kita justru menjatuhkan dan menghancurkan kita. Dalam Mazmur ini Daud menyebutkan, sahabat karib itu “telah mengangkat tumitnya terhadap aku”. (Arti harfianya, menendang).
Dalam Mazmur ini, Daud bergumul dengan sakitnya, dan ia juga mengakui atas dosa-dosanya.
Sementara dalam pergumulan itu, ia juga menghadapi musuh-musuh yang membenci dia. Mereka berharap ia segera mati dan namanya hilang lenyap. Dan di antara mereka yang membenci dia juga berharap ia tidak akan sembuh (bangun) lagi.
Bahkan di antara mereka yang datang menjenguk dia pun berlaku munafik. Karena setelah menjenguk, mereka menceritakan keberadaannya di jalan, dengan mengatakan “penyakit jahanam telah menimpa dia, sekali ia berbaring tak akan bangun-bangun lagi”.
Kata penyakit jahanam ini bisa diartikan sebagai penyakit kutukan.
Jadi mereka menganggap Daud telah kena kutuk. Kata-kata kutukan ini merupakan perbuatan yang menghakimi.
Dalam pengalaman sehari-hari kita selalu melihat ada saja orang yang ketika melihat orang lain mengalami sakit, tertimpa bencana atau kecelakaan, bukannya memberi pertolongan, tapi langsung mengambil kesimpulan dengan menghakimi bahwa itu karena dosa dan kesalahan mereka.
Dalam kesaksian Injil, Tuhan Yesus juga pernah berjumpa dengan orang-orang Yahudi yang suka menghakimi. Terutama juga dari kalangan ahli Taurat dan Majelis Agama.
Begitu juga soal pengkhianatan dari sahabat karibnya, Yaitu Yudas. Ditambah pula dengan penyangkalan Petrus, serta murid-murid lainnya yang melarikan diri. Sehingga Yesus seorang diri harus mengalami penghakiman, bahkan divonis mati dengan cara disalibkan.
Padahal selama hidup Yesus, ia selalu melakukan yang terbaik untuk kebahagiaan dan keselamatan manusia. Ia juga, selain memberitakan Injil juga peduli dengan mereka yang membutuhkan pertolongan dan yang terpinggirkan. Orang sakit disembuhkan, orang mati dibangkitkan, orang lemah dikuatkan, orang lapar diberi makan, dan masih banyak perbuatan baiknya.
Dan karena perbuatan-perbuatan baiknya itu, ia disambut banyak orang di berbagai tempat. Bahkan dalam satu peristiwa menjelang Ia dihakimi, saat memasuki kota Yerusalem orang menyambutnya dengan ucapan, Hosana, Hosana, Hosana bagi Anak Daud.
Kata Hosana berarti “tolong selamatkan kami” atau “juruselamat”. Yesus dirasakan sebagai “Juruselamat” yang akan menjadi raja yang diurapi (Mesias).
Tapi pada akhirnya dalam drama penyaliban Yesus (via dolorasa), justru terjadi anti klimaks, dimana orang-orang Yahudi meneriakkan, “Salibkan Dia Salibkan Dia”. Amin.
Selamat memasuki Minggu-Minggu Sengsara Tuhan Yesus.
(Jeffry Pay)