Renungan Minggu: 8 – 14 September 2024 – Tuhan Menyediakan – Kejadian 22:1-19


ALASAN PEMILIHAN TEMA

Saat ini kita sedang ada di dunia digital yang ditandai dengan segala sesuatu dapat di akses dengan mudah dan instan. Maka manusia cenderung berpikir bahwa segala sesuatu dengan mudah dapat dimiliki. Manusia memiliki segudang keinginan dan kebutuhan dalam hidup. Manusia berusaha dengan sekuat tenaga mengejar apa yang dibutuhkan. Namun pada kenyataannya tidak semua yang diharapkan dapat dicapai dan kita akan tersadar bahwa kita memiliki keterbatasan dan kita hidup bergantung kepada Tuhan Allah.

Ada ungkapan orang beriman “ketika segala usaha tidak berhasil, maka kita akan mengatakan bahwa Tuhan Allah menyediakan.” (Jehova Jireh). Pernyataan ini untuk membangun jiwa, memberi semangat dan harapan kepada orang percaya bahwa pada titik nadir (terendah) ada Tuhan Allah yang menyediakan. Keyakinan ini berakar kuat dalam Alkitab di mana Tuhan Allah menyediakan segala sesuatu untuk manusia ciptaan-Nya. Ia menunjukkan kasih-Nya kepada manusia bukan hanya secara fisik tetapi juga mencakup kesejahteraan, emosional, spritual dan relasi. Semua itu di karuniakan oleh Dia yang memberikan harapan dan kekuatan bahkan penghiburan bagi orang yang percaya. Sehingga sepanjang minggu ini kita berefleksi dari tema: “Tuhan Menyediakan”.

PEMBAHASAN TEMATIS

Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)

Kitab Kejadian (“Pada Mulanya”) dapat dipilah menjadi 2 bagian, yaitu sejarah purba dan sejarah nenek moyang. Sejarah purba merekam penciptaan (Kejadian 1-2), dan jatuhnya manusia dalam dosa (Kejadian 3-5), banjir besar/Air Bah (Kejadian 6-9) dan Penyebaran (Kejadian 10-11). Sejarah nenek moyang mengisahkan kehidupan 4 tokoh besar, yakni Abraham (Kejadian 12:1-25:8), Ishak (Kejadian 21:1-35:29), Yakub (Kejadian 25:21-50:14) dan Yusuf (Kejadian 30:22-50:26). Kitab Kejadian ditulis ± tahun 1900-1700 SM atau 2100-1900 SM.

Kejadian 22:1-22 Tuhan Allah menguji iman Abraham supaya nyata, apakah murni dan sejati kepercayaannya atau tidak?  Setelah semua pergumulan yang Abraham lalui, yaitu Ia di suruh meninggalkan kelaparan menuju ke Mesir (Kej.12:10), pemberian anak ditunda (bdk. Kej.15:2;17,18) adalah bagian dari ujian. Kini kembali Tuhan Allah menguji yang lebih dahsyat. Tuhan Allah berfirman kepadanya: “Abraham,” ia menjawab: “Ya, Tuhan.” Firman–Nya: “Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak dan persembahkanlah dia sebagai korban bakaran. Anak yang ditunggu-tunggu sekian lama, anak satu-satunya namun Tuhan Allah meminta agar Ishak (artinya tertawa) dipersembahkan sebagai korban bakaran di tanah Moria. Perintah Tuhan Allah ini seolah-olah menentang dan membatalkan perjanjian-Nya sendiri sebab Ishak merupakan anak perjanjian, ahli waris dan pengantara berkat Tuhan Allah kepada keturunan Abraham dan kepada segala bangsa (Kej.12:3). Abraham tidak menolaknya, bukti sebuah ketaatan, ia tidak bertanya dan mulai bertindak. Ia mempersiapkan segala kebutuhan untuk melaksanakan permintaan Tuhan Allah.

Lalu ia berangkat membawa bersamanya Ishak dan kedua bujangnya menuju tempat yang Tuhan Allah katakan padanya. Perjalanan yang dicapai dengan berjalan kaki sekitar 20 jam tanpa berhenti. Jelas ini jarak yang jauh dan hal tersebut memperberat ujian bagi Abraham. Sebenarnya durasi waktu itu bisa membuat Abraham ragu atas keputusannya. Ia bisa saja goyah untuk mempersembahkan Ishak anak satu-satunya yang ia kasihi, tetapi ia tetap taat dan memilih melakukan apa yang Tuhan Allah minta. Mempersembahkan anak bukanlah perkara yang mudah dan sangatlah berat. Anak yang diharapkan akan mewarisi dan meneruskan janji yang telah Tuhan Allah sampaikan dan kini anak itu diminta-Nya untuk dipersembahkan. Bukankah ini membinggungkan? Moria adalah nama gunung letaknya di luar kota Yerusalem. Moria dinamakan gunung Allah (bdk. II Taw.3:1). Semua yang dilakukannya untuk melaksanakan perintah Tuhan  Allah. Ia melakukan sendiri dan tidak melibatkan kedua bujangnya, sebab baginya betapa berat pekerjaan yang diberikan Tuhan Allah kepada-Nya, dan ditanggungnya sendiri. (ay.1-3)

Lalu Abraham melayangkan pandangannya, dan kelihatanlah kepadanya tempat untuk mengorbankan anaknya. Ia tidak mundur atau gentar melainkan dengan kesadaran penuh ia melanjutkan perjalanan deritanya. Untuk mempersembahkan Ishak, ia tidak mengikutsertakan para bujang ke puncak gunung agar mereka tidak menjadi saksi dari pengorbanan anaknya dan juga tidak menghalanginya untuk taat kepada Tuhan Allah. Abraham mengambil kayu untuk korban bakaran itu dan memikulkannya ke atas bahu Ishak, anaknya, sedang di tangannya dibawanya api dan pisau. Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama. Ishak bertanya, ayah di sini sudah ada api dan kayu, di manakah anak domba untuk korban bakaran? Abraham menjawab Tuhan Allah akan menyediakan anakku. Abraham tahu anak domba itu Ishak sendiri. Mereka terus berjalan, setelah sampai Abraham mendirikan mezbah dan siap mempersembahkan anaknya. Ia mengikat Ishak dan ia hanya diam dan tidak berontak. Lalu ia mengambil pisau untuk menyembelih anaknya (ay.4-10). Menyembelih (Ibr. syakhat) artinya membunuh binatang korban menurut aturan (Kel.12:6, 21; Im.1:5,11).  Tetapi tiba-tiba ada suara dari Malaikat Tuhan berkata:  “Abraham, Abraham.” Sahutnya: “Ya, Tuhan.” Jangan bunuh anak itu, dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah-Ku ketahui sekarang bahwa engkau takut akan Allah dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku” (ay.11-12). Abraham takut akan Tuhan Allah (mematuhi Allah) dan ia memberi yang terbaik kepada-Nya.  Tuhan Allah memberi domba sebagai pengganti Ishak. Dan Abraham menamai tempat itu “TUHAN menyediakan” (ay.13-14). Di tempat tersebut seharusnya Ishak yang dikorbankan kini diganti dengan anak domba, menghapus pengorbanan anak-anak manusia dan diganti dengan binatang (anak domba jantan).  Karena ketaatan Abraham, maka Tuhan Allah bersumpah demi diri-Nya sendiri dan mengulangi janji-Nya kepada Abraham.

Ketaatan Abraham membawa berkat berlimpah baginya dan keturunannya menjadi sangat banyak. Ketaatan Abraham dibuktikan dengan percaya dan berserah kepada Tuhan Allah. Abraham lulus dalam ujian, ia memperoleh berkat dan menjadi saluran berkat bagi semua bangsa. (ay.15-22)

Makna dan Implikasi Firman

• Iman Abraham diuji untuk melihat ketaatan yang dijalankan tanpa keluhan dan bantahan serta menurutinya. Abraham melakukan perintah Tuhan Allah dengan taat mempersembahkan sesuatu yang sangat dia kasihi, yaitu anak tunggalnya sebagai korban bakaran. Ketaatan mendengarkan dan melakukannya firman Tuhan Allah tanpa bertanya dan berontak, walaupun sulit/berat. Gereja pun selalu diminta oleh Tuhan Allah untuk mempersembahkan kehidupannya, bahkan apa yang ia miliki. Ada yang taat mempersembahakan dengan sukarela sebagai komitmen iman. Tapi banyak yang merespon dengan berbagai pertimbangan dan alasan-alasan untuk menghindan dan Gereja sering diperhadapkan dengan ujian-ujian iman, banyak yang taat dalam menjalaninya tanpa mengeluh. Berani melakukan penginjilan walau diperhadapkan dengan berbagai tindakan penolakan. Tapi ada juga yang mengeluh dan berat untuk melakukan dan menjalani ujian tersebut.

• Iman Abraham mengalahkan rasa cintanya kepada anaknya. Abraham yakin Tuhan Allah memiliki rencana yang indah, “Tuhan menyediakan”. Kita juga diajak untuk lebih mengutamakan dan mengasih Tuhan Allah dari apapun yang kita miliki karena semua adalah pemberian dan milik- Dalam iman ada kepercayaan, ketaatan dan komitmen bahwa Tuhan Allah menyediakan.

• Abraham takut kepadaTuhan Allah karena ia percaya kepada-Nya. Abraham menghormati dan menghargai Tuhan Allah, Allah memiliki tempat yang utama di hati Abraham, maka Tuhan Allah menyediakan. Ia menggantikan pengorbanan Ishak dengan binatang (domba jantan). Tuhan Allah juga menyediakan segala sesuatu bagi orang percaya yang terus berjuang, berkarya dan melayani dengan taat dan setia, walau diperhadapkan dengan berbagai situasi sulit dan berat.

• Dengan iman orang dapat merasakan, melihat dan menikmati janji-janji Tuhan Allah. Sebab iman adalah kepastian bahwa yang Tuhan Allah katakan itu benar. Iman dapat mengalahkan segala sesuatu. Karena iman bagian karya Tuhan Allah menyelamatkan manusia. Amin. (mtpjgmim)

Berita Terkait

Top