Renungan Minggu: 5-11 November 2023, Hidup Dibenarkan Oleh Iman -Galatia 2 : 15-21
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Dalam realita kehidupan didapati banyak orang-orang tertentu sangat bermegah akan segala perbuatan mereka, bahwa segala perbuatan mereka yang fana akan menyelamatkan kehidupan mereka sehingga mereka masuk dalam kehidupan kekal. Semua orang percaya dari zaman ke zaman menyadari bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat karena mereka semua orang berdosa. Manusia diselamatkan karena iman kepada Yesus Kristus, bukan karena berbuat baik atau melakukan hukum Taurat. Alkitab mengajarkan bahwa keselamatan hanya diperoleh karena Iman kepada Yesus Kristus (sola fide). Yesus Kristus menjadi pusat dari iman. Seseorang yang telah percaya dan beriman kepada Yesus Kristus, merespons anugerah Allah dengan menunjukkan kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama manusia. Karena itu bacaan Firman Tuhan minggu ini diberi tema: “Hidup Dibenarkan Oleh Iman.”
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exesege)
Surat Galatia sejak awal diterima sebagai sebuah surat yang ditulis oleh Paulus. Surat ini ditulis sekitar akhir tahun 54/55 M di Efesus atau Makedonia. Surat Paulus kepada jemaat- jemaat di Galatia ini ditulis di tengah-tengah hangatnya pergumulan di komunitas Yahudi pada saat itu. Orang-orang Yahudi ingin meyahudikan semua jemaat dan mereka juga memasuki jemaat yang didirikan oleh Paulus. Hal ini pun mendapat perlawanan dari Paulus. Orang Yahudi itu mencoba meyakinkan orang-orang Galatia bahwa keselamatan harus dikerjakan dengan jalan menaati hukum Taurat. Paulus pun mendapat cobaan dan tantangan dalam hal-hal ini. Mereka sengaja melakukan hal tersebut untuk menghasut orang-orang Galatia untuk melawan Paulus, dengan menggugat kerasulannya.
Surat Galatia merupakan sebuah surat yang kata akan pertanggungjawaban Paulus atas kerasulannya dan atas Injil yang ia wartakan. Ia harus berhadapan dengan serangan- serangan lawan yang mempertanyakan keabsahan kerasulan dan Injilnya. Sementara itu, ia juga berhadapan dengan jemaat yang dibingungkan dengan ajaran yang menyatakan bahwa mereka hanya bisa diselamatkan jika menaati hukum Taurat.
Surat Galatia ini ditulis untuk menolong orang-orang yang telah disesatkan oleh ajaran dari saudara-saudara palsu (Gal 2:4,5). Dengan kata lain. supaya mereka kembali taat kepada ajaran yang benar. Paulus memulai suratnya ini dengan berkata bahwa ia adalah rasul Yesus Kristus, karena itu Paulus dengan tegas mengatakan bahwa ia dipanggil untuk menjadi rasul oleh Tuhan dan bukan manusia.
Galatia 2:15-21 lebih ditujukan kepada orang-orang Kristen Yahudi terutama di daerah Galatia. Bagian ini tidak terlepas dari pasal sebelumnya yang berbicara tentang bagaimana Paulus berselisih paham dengan Petrus (Kefas) mengenai jamuan makan dengan orang kafir yang tidak termasuk orang Yahudi (2:11-14). Kemudian Paulus ingin meluruskan pemahaman yang keliru terhadap hukum Taurat.
Ayat 15. Orang Yahudi bersikap ekslusif dalam kehidupan mereka sehari-hari. Orang Yahudi memiliki keyakinan sebagai keturunan umat pilihan Allah, sehingga mereka cenderung memandang rendah orang lain yang tidak termasuk hitungan Yahudi. Mereka menganggap bahwa orang bukan Yahudi sebagai orang yang berdosa, karena mereka tidak memiliki dan memelihara hukum Taurat. Jika orang-orang Yahudi menyebut golongan kafir “orang-orang berdosa” maka mereka sama sekali tidak mengkaitkannya dengan segi-segi moral. Mereka lebih mengkaitkannya dengan soal memberlakukan hukum Taurat.
Ayat 16. Tetapi bagi Paulus, iman bukanlah suatu perbuatan, melainkan sebaliknya penerimaan anugerah Allah dalam Yesus Kristus dan dengan demikian justru iman itulah merupakan inti dan sumber dati kehidupan rohani, termasuk perbuatan-perbuatan (bnd. Rm. 9:31-10:3). Kalau sumber itu tidak ada pada kita, maka niat untuk melakukan hukum Taurat itu sudah salah, karena dengan demikian perbuatan-perbuatan kita tidak terarah kepada Allah dan sesama kita, tetapi kita melakukannya untuk dibenarkan, yaitu guna untuk diri kita sendiri. Yang menentukan seseorang beriman ialah ketika ia mulai percaya, mempercayakan diri, menyerahkan diri kepada Kristus. Iman bukanlah teori yang harus dianut, melainkan suatu keyakinan yang di dalamnya tersimpul suatu sikap hidup.
Ayat 17-18. Kata “berusaha” sangat ditekankan dalam ayat 17, karena dapat memberi kesan bahwa kebenaran itu adalah hasil dari usaha manusia. Tapi maksud Paulus ialah “kami” yang ingin dibenarkan dalam Kristus, harus mengakui bahwa kami orang-orang berdosa juga sama seperti orang-orang bukan Yahudi. Mereka yang mau dibenarkan berlaku untuk semua orang, baik itu orang Yahudi maupun bangsa-bangsa lain. Titik tolak bagi Paulus adalah bahwa manusia selalu berdiri di hadapan Allah dan bahwa itulah sebabnya hanya ada satu jalan saja dengan mengaku dosa-dosa manusia, yaitu tidak lagi membela perbuatan-perbuatan, tetapi merombaknya atau mengakui kesalahannya. Begitu seseorang mengaku bahwa dia sebagai pelanggar-pelanggar dosa, dan berniat mengubah hidup, maka ia tidak melanggar hukum Taurat lagi.
Ayat 19-20. Paulus berkata bahwa ia telah mati oleh dan untuk hukum Taurat, agar dapat hidup untuk Allah. Maksud perkataan Paulus ini menunjukkan bahwa dalam kehidupan lamanya ia telah berusaha menaati hukum Taurat untuk membenarkan diri di hadapan Allah. Namun dengan cara hidup yang demikian tidak menghasilkan apa-apa, tetapi hanya menunjukkan kelemahan dirinya. Begitu besar perubahan yang dialami Paulus, sehingga satu-satunya cara yang dipakainya untuk menjelaskan hal itu ialah mengatakan bahwa dirinya yang lama telah disalibkan bersama Kristus dan kini telah mati; sedangkan kuasa yang kini hidup di dalam dirinya ialah Kristus semata-mata.
Ayat 21. Paulus mengakhiri bagian ini dengan memberitahukan bahwa ajaran pembenaran oleh iman di dalam Kristus, tanpa perlu melakukan hukum Taurat (yang Ia tegaskan dan ditentang oleh orang-orang lain). Paulus tidak menolak kasih karunia Allah, seperti yang dilakukan oleh ajaran pembenaran melalui perbuatan hukum Taurat. Sebab ia menegaskan dalam Roma 11:6 “Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia”. Paulus tidak menyia-nyiakan kematian Kristus. Sebaliknya, ia berkata “sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus” (2:2l). Sebab jika kita mencari keselamatan dengan menjalankan hukum Taurat, maka kita membuat kematian Kristus menjadi tidak ada gunanya. Sebab untuk apa Ia ditentukan harus mati, jika kita dapat diselamatkan tanpa kematian-Nya?
Paulus mengemukakan bahwa satu-satunya dasar yang baik untuk kehidupan Kristen adalah percaya kepada Yesus Kristus. Dengan kepercayaan itu hubungan manusia dengan Allah menjadi terjalin dengan baik.
Makna dan Implikasi Firman
1. Orang yang hidup di dalam Kristus sesungguhnya dibenarkan bukan karena perbuatan baik mereka tetapi karena kasih karunia Allah di dalam Yesus Kristus. Demikian halnya dengan fungsi hukum Taurat hanyalah sebagai cermin untuk melihat dosa atau sebagai pagar terhadap apa yang harus kita lakukan dan bukan sebagai jalan untuk mendapatkan keselamatan. Manusia dibenarkan karena Iman dan oleh Iman kepada Yesus Kristus.