Dalam hubungan pribadi, persekutuan, sosial dan politik, pengkhianatan adalah tindakan yang sangat merugikan, menyakitkan dan dianggap tidak bermoral. Pengkhianatan merusak kepercayaan dan kesetiaan yang seharusnya menjadi dasar dari setiap hubungan yang sehat dan kokoh. Karena ketika pengkhianatan itu terjadi maka pasti menimbulkan luka batin dan sulit baginya untuk mendapatkan kepercayaan lagi di masa depan. Pelaku pengkhianatan biasanya adalah orang-orang kepercayaan, orang-orang terdekat, bahkan orang-orang yang seharusnya berjuang bersama demi mencapai tujuan.
Dalam lingkungan masyarakat, kita sering menjumpai tindakan “menyerahkan” atau “menjual” teman sendiri dengan fitnah, ujaran kebencian dan sebagainya demi mencapai keberhasilan, kesuksesan, dan ketenaran. Kenyataan itu juga sering terjadi di lingkungan pelayanan gereja. Gereja seharusnya selalu menjadi persekutuan yang mengedepankan kasih, antara lain kejujuran, ketulusan dalam kehidupan yang saling membantu dan saling melayani. Namun tidak jarang dijumpai anggota jemaat hidup tidak setia kawan bahkan secara sadar dan terang-terangan menjual kekurangan sesama anggota jemaat dan sesama pelayan khusus, karena iri hati, kecewa ataupun untuk keuntungan pribadi. Tanpa sadar, seperti peribahasa mengatakan bagaikan melubangi perahu sendiri yang kemudian justru membawanya turut tenggelam. Sehubungan dengan tindakan tidak serta kawan dan berkhianat maka di sepanjang Minggu Sengsara III ini diangkatlah tema dari ucapan Yesus: “Seorang Di Antara Kamu Akan Menyerahkan Aku”
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Injil Yohanes ditulis oleh Yohanes murid Yesus Kristus, saudara Yakobus, anak Zebedeus. Dapat dikatakan Injil Yohanes melengkapi ketiga Injil yang pertama, Tiga Injil yang pertama mengemukakan segi-segi kemanusiaan Yesus Kristus, maka Injil Yohanes menyingkapkan keilahian-Nya. Tiga Injil yang pertama menceritakan khotbah Yesus Kristus kepada orang banyak. Sedangkan Injil Yohanes menceritakan percakapan Yesus Kristus secara empat mata, perkataan-perkataan-Nya yang berlawanan dengan pengajaran-pengajaran orang Yahudi secara khusus Ia tujukan kepada para murid.
Perikop Yohanes 13:21-30 memiliki paralel dengan ketiga Injil Sinoptis. (Matius 26:21-25, Markus 14:18-21 dan Lukas 22:21-23). Namun Yohanes memberikan penekanan lebih besar pada pengkhianatan daripada ketiga Injil lainnya. Yohanes memberikan informasi yang lebih detail tentang interaksi khusus antara Yesus Kristus dengan Yohanes dan Yudas serta mengindikasikan pengkhianatan Yudas (Yoh 13:26-27).
Yohanes 13:21-30, adalah rangkaian cerita yang tak terpisahkan dari keseluruhan pasal 13 tentang peristiwa Yesus Kristus merayakan Paskah bersama para murid-Nya. Perikop ini diawali dengan ungkapan perasaan Yesus yang sangat terharu (edisi 2 terguncang). Karena setelah membasuh kaki para murid, Ia memberitahukan tentang apa yang akan terjadi pada-Nya (ayat 19). Dan menegaskan bahwa ada salah seorang dari para murid akan menyerahkan Dia. Kata “menyerahkan” (Yun: pa radosei) menunjuk pada pengkhianatan dan penyerahan Yesus Kristus kepada ahli-ahli Taurat dan tua-tua Yahudi (Mat 20:18). Sebenarnya secara jelas Yesus Kristus menyatakan kepada para murid bahwa Dia tahu sejak awal tentang pengkhianatan itu.
Pengkhianatan menjadi bagian dari rencana Tuhan Allah untuk menebus dosa manusia melaiui penderitaan dan kematian Anak-Nya, Yesus Kristus. Namun dengan pernyataan itu secara tidak langsung Yesus Kristus memperingatkan Yudas agar ia sadar dan dapat mengelak dari jebakan iblis. Sebab biasanya pengkhianat yang rencananya telah diketahui, pasti akan membatalkan rencana itu. Yudas seharusnya dapat mengurungkan niatnya saat dia tahu bahwa Sang Guru telah mengetahui rencananya dan dia juga tahu bagaimana akibatnya rencana yang telah terbongkar itu tetap dilaksanakan.
Yesus Kristus mengatakan tentang pengkhianatan itu dengan nada yang amat memprihatinkan dan perasaan yang sangat terguncang. Hal itu mendatangkan dukacita yang besar bagi Yesus Kristus. Bagaimana mungkin mereka yang dianggap layak/yang dipilih-Nya, yang begitu dikasihi-Nya ternyata tega mengkhinati-Nya.
Dalam perikop ini. Yohanes menekankan reaksi yang lebih kuat tentang terkejutnya para murid terhadap pengkhianatan itu sehingga mereka saling bertanya, siapakah pelaku pengkhianatan itu? (Yohanes 13:22-25). Mereka melihat bahwa Sang Guru sedang bersusah hati. Mereka saling memandang dan menyelidiki siapa yang kira-kira menunjukkan rasa bersalah dan penyesalan, tetapi mereka tidak menemukannya. Dan mereka tidak pernah menduga bahwa Yudas akan jadi pengkhianat karena ditutupi dengan sangat baik.
Yudas mendapat posisi istimewa dengan kepercayaan Sang Guru dan Para murid sebagai pemegang kas (bendahara). Yudas juga turut dalam berbagai aktifitas pelayanan yang dilakukan Yesus Kristus. Memang tidak ada yang dapat dinyatakan benar-benar berkhianat pada-Nya selain dari dia yang mendapat kepercayaan dan menjadi saksi dari segala pekerjaan-Nya.
Jika Injil Matius, Markus dan Lukas menggambarkan pertanyaan para murid secara umum kepada Yesus Kristus tentang siapa yang akan mengkhianati-Nya maka, Injil Yohanes justru mengungkapkan lebih spesifik tentang Petrus yang mengarahkan pertanyaan itu kepada murid yang dikasihi Yesus Kristus yang duduk di samping-Nya (ayat 24-25). Petrus menjadi murid yang paling ingin tahu tentang siapa pengkhianat itu. Ia mendorong murid yang dikasihi Yesus Kristus (Yohanes) dengan isyarat untuk bertanya kepada Yesus Kristus. Yohanes memiliki kesempatan yang lebih baik untuk bertanya secara pribadi dan menerima jawaban secara pribadi juga. Rasa ingin tahu Petrus bukan hanya untuk memastikan bahwa dia bukan pengkhianat itu tetapi dengan mengetahui siapa pengkhianat itu. Petrus dan rekan murid lain dapat mengambil sikap untuk berjaga-jaga terhadap rencana pengkhianatan itu.
Injil Yohanes mencatat petunjuk khusus tentang siapa pengkhianat itu yakni kepadanya Yesus Kristus, “membertikan roti, sesudah Aku mecelupkannya. ” Dalam Injil Sinoptis, Markus 14:20b “dia yang mencelupkan roti ke dalam satu pinggan dengan Aku”. Yohanes memperhatikan dengan seksama bagaimana Yesus Kristus mengambil roti dan mencelupkannya kemudian memberikan roti itu kepada Yudas anak Simon Iskariot. Itulah cara Yesus Kristus memberitahukan jati diri si pengkhianat dengan sebuah tanda. Dari tanda itu Yohanes tahu siapa murid yang berkhianat. Tanda itu merupakan penggenapan firman.
Sesudah menerima roti itu, Yudas kerasukan iblis. Yudas sadar kalau dia telah ketahuan, tetapi justru hal itu membuatnya semakin gigih untuk menjalankan rencananya. Yesus Kristus tahu dan membiarkan Yudas menjalankan rencana itu karena telah berbagai cara dilakukan Yesus Kristus untuk menginsafkannya tidak membawa hasil. Karena itu Yesus Kristus berkata “Apa yang kendak kau perbuat, perbuatlah dengan segera”. Ini seperti tantangan yang diberikan kepada Yudas untuk melaksanan tindakan kejahatan itu dan sekaligus mengungkapkar secara terang-terangan bahwa Yesus Kristus sudah sangat siap untuk menghadapi penderitaan dan kematian demi umat manusia. Bahkan terkesan Ia tidak sabar untuk segera menuntaskan tugas mulia-Nya itu.
Para murid yang duduk makan bersama-Nya tidak mengerti maksud dari tindakan dan perkataan Yesus Kristus sebab mereka tidak mendengar apa yang Ia bisikkan kepada Yohanes sebelumnya. Mereka tidak menduga bahwa Yesus Kristus berkata kepada Yudas sebagai seorang pengkhianat. Tidak ada yang menyangka kalau Yudas bisa sejahat itu. Yang mereka duga bahwa perkataan itu disampaikan Yesus Kristus kepada Yudas sebagai pemegang kas/bendahara dan menyuruhnya untuk membeli apa-apa yang perlu bagi perayaan itu atau memberi sedekah kepada orang miskin.
Akhirnya Yudas membulatkan tekad untuk melaksanakan rancangan jahatnya terhadap Yesus Kristus dan segera pergi. Kepergiannya yang terburu-buru itu mengungkapkan beberapa alasan:
a. Karena ia takut kejahatannya semakin terbongkar di depan para murid yang lain. Mereka bisa menyerangnya maka pasti rencananya gagal.
b. Dia merasa keinginan dan harapanya berada dekat dengan Yesus Kristus dan murid yang lain tidak mungkin tercapai
c. Dia pergi melaksanakan rencananya dengan menemui orang-orang yang bersekongkol dengannya untuk menyelesaikan kesepakatan dengan mereka. Iblis yang merasukinya merongrong Yudas untuk cepat-cepat bertindak, jangan sampai Yudas sadar dan bertobat.
Meskipun hari sudah malam dan bukan waktu yang tepat untuk bekerja, namun Yudas yang sudah sedemikian dirasuki iblis tidak peduli menghadapi dingin dan gelapnya malam. Gelapnya malam justru memberinya keleluasaan untuk beraksi secara diam-diam.
Makna dan Implikasi Firman
1. Menghayati Minggu Sengsara III, kita diingatkan untuk tidak berkhianat dengan “menyerahkan” atau “menjual” Yesus Kristus demi tujuan apapun. “Menyerahkan” Yesus Kristus berarti mengkhinati-Nya yang di masa kini dapat dilakukan antara lain dengan cara berpindah keyakinan karena tergoda dengan calon pasangan hidup yang tidak seiman, jabatan dan lain-lain.
2. Pengkhianatan yang diungkapkan dalam bacaan ini menggambarkan tindakan ketidaksetiaan Yudas dan mengingatkan kepada kita tentang pentingnya menghargai
dan mempertahankan kesetiaan dalam hubungan, baik itu dengan Tuhan, keluarga, teman atau sesama lainnya.
3. Pengkhianatan Yudas juga mengajarkan pentingnya mengenali dan waspada terhadap seseorang yang mungkin berpura-pura berkawan dan mendukung kita tapi yang sebenarnya memiliki motivasi lain yang merugikan. (Musuh dalam selimut). Seharusnya semakin karib dalam hubungan semakin saling mengenal dan semakin dapat dipercaya tapi ternyata tidak semua kawan adalah orang yang dapat dipercaya.
4. Hati dan pikiran yang dibiarkan dirasuki iblis dapat mengubah kawan menjadi lawan. Dibutuhkan iman yang sungguh dan pertobatan terus menerus sehingga tidak
dikuasai iblis dan tidak dapat diprovokasi untuk melakukan tindakan kejahatan.
5. Peringatkanlah pelaku kejahatan/pengkhianat dengan teguran dan doakanlah agar rencana jahat digagalkan bahkan diubahkan menjadi rencana yang indah.
6. Tetaplah setia dalam iman dan keyakinan kepada Yesus Kristus dalam menjalani kehidupan sehari-hari dengan melakukan apa saja yang Dia kehendaki. Hidup dalam kasih persaudaraan yang rukun. Menjauhi keinginan yang merusak kebersamaan dan terus berupaya menjadi orang yang dapat dipercaya. Amin. (mtpjgmim)