Renungan Minggu: 25 – 31 Agustus 2024 – “ Segala Perkara dapat Kutanggung didalam Dia ” – Filipi 4:10-20
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Gereja merupakan kumpulan orang percaya yang telah dipanggil oleh Tuhan Allah keluar dari kegelapan dan masuk kepada terang yang menyelamatkan. Akan tetapi begitu banyak orang percaya berhenti sampai pada pemanggilan ini dan lupa bahwa, sesudah dipanggil mereka diutus oleh Tuhan Allah untuk memberitakan Injil ke dalam dunia.
Dewasa ini, pada satu pihak, kita menjumpai cara hidup manusia yang individualistis artinya hidup hanya mengutamakan diri sendiri. Sikap ini, cenderung tidak peduli dengan kesusahan, beban dan problematika yang dialami oleh orang lain, termasuk di lingkungan keluarganya dan kelompok. Ada yang bermasa bodoh dan acuh tak acuh dalam pelayanan gereja dikarenakan tidak mau ikut campur dalam setiap perkara dan persoalan. Apalagi dalam suasana politik sekarang ini ketika ada perbedaan warna dan pilihan yang menyebabkan kerenggangan sehingga mencederai kehidupan bergereja. Pada pihak lain, dalam pelayanan, termasuk kepemimpinan pelayanan jemaat/gereja, sering kita jumpai ada orang (warga jemaat atau Pelayan Khusus) yang dengan gigih ikut bersama dalam pelayanan gereja menanggulangi masalah kehidupan jemaat seperti krisis pangan, menetralisir masalah politik serta upaya-upaya lainya.
Berdasarkan alasan tersebut, maka dipilihlah tema: “Segala Perkara dapat Kutanggung didalam Dia” yang pada intinya memotivasi warga jemaat agar dapat membangkitkan semangat bersama dalam rangka bertanggung-jawab terhadap semua hal yang berhubungan dengan pergumulan dan permasalahan kehidupan sesamanya.
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Surat Filipi, Efesus, Kolose dan Filemon diperkirakan ditulis pada tahun 60 sampai dengan 62 M, saat rasul Paulus berada di penjara Roma. Sehingga ke empat surat ini disebut “Surat-Surat dari Penjara”. Khusus surat Filipi banyak menyinggung tentang penderitaan Paulus waktu di penjara, juga keinginannya untuk mempekerjakan Timotius dan Epafroditus dalam pelayanan di jemaat Filipi.
Filipi 4:10-20 merupakan bagian akhir dari surat Paulus kepada jemaat di Filipi. Di mana Paulus hendak menyampaikan rasa terima kasihnya atas pemberian jemaat sebagai bantuan dan tanda persekutuan mereka dengannya. Pokok penting perikop ini, bukanlah pada pemberian jemaat, melainkan pada rasa cukup yang dialami Paulus. Rasa cukup inilah yang membuat Paulus berterima kasih atas perhatiaan jemaat Filipi yang telah ia terima. Rasa cukup yang dimaksudkan oleh Paulus, tidak didasarkan pada kelimpahan atau pun kekurangan, tetapi didalam segala hal. Ini yang membuat Paulus merasakan kuasa Tuhan Allah yang telah memberikan kekuatan baginya untuk menghadapi segala perkara dalam kehidupan, baik pada saat kelimpahan maupun pada saat kekurangan.
Ayat 10, “Aku sangat bersukacita didalam Tuhan”. Paulus bisa saja memulai dengan ucapan terima kasih (bdk. Rm. 16:4), tapi dia memilih untuk memulai dengan bersukacita didalam Tuhan Allah. Sikap ini sejalan dengan ucapannya di dalam 1:5a “Aku mengucap syukur kepada Allahku karena persekutuanmu dalam Berita Injil”. Paulus sangat menyadari bahwa ada intervensi tangan Tuhan Allah di balik kemauan dan kemampuan jemaat Filipi dalam mendorong pekerjaan Injil. Ia bersukacita karena ungkapan percaya yang telah tumbuh dalam pikiran dan perasaan jemaat Filipi kepadanya yang mewujud dalam perhatian ketika ia dalam penjara. Mereka tidak melupakan dalam perjuangannya untuk membela dan meneguhkan berita Injil. Dia bersukacita ketika berada di penjara dengan semua persoalan dan keterbatasannya (1:12-18), pada saat dia harus membayar harga dalam pelayanan (2:17-18) dan bersukacita ketika menerima bantuan (4:10). Semua ini menunjukkan bahwa sukacita tidak ditentukan oleh situasi dan kondisi, melainkan oleh kedaulatan dan kebaikan Tuhan Allah. Sukacita terutama bukan masalah perasaan, tetapi pemahaman. Sukacita merupakan kualitas atau watak dan bukan perasaan hati saja yang didasarkan pada Tuhan Allah sebagai sumber kebahagiaan.
Ayat 11-12: Paulus merasakan bahwa dalam pelayanannya, Tuhan Allah tidak pernah menjadikan dirinya kelaparan maupun kekurangan yang berkelanjutan. Tuhan Allah selalu mencukupkan apa yang diperlukan. Dan Paulus sudah terbiasa dengan mencukupkan diri dalam segala hal. Bagi Paulus kecukupan dan kekurangan adalah hasil dari belajarnya dalam segala situasi. Karena itu, atas pemberian/kiriman jemaat Filipi melalui Epafroditus, Paulus yakin, Tuhan Allah pasti memenuhi segala keperluan orang percaya sesuai dengan kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Yesus Kristus. Begitulah yang terjadi dengan Paulus. Dalam situasi apapun dia mampu melihat Tuhan Allah bekerja dan menjadi pusat yang menggerakkan semuanya.
Pandangan Paulus bersifat Teosentris (berpusat pada Tuhan Allah), termasuk pada saat dia mengucapkan terima kasih atas bantuan materi yang dikirimkan oleh jemaat Filipi kepadanya melalui Epafroditus. Paulus bersukacita di dalam Tuhan Allah atas perhatian jemaat Filipi (4:10). Dia belajar untuk mencukupkan diri dalam segala hal dengan kekuatan Yesus Kristus (4:11-13), bukan mengeksploitasi kemiskinannya atau memanipulasi kebaikan hati jemaat Filipi.
Ayat 13 “Segala perkara” menyatakan segala sesuatu. Artinya, bukan hanya hal-hal yang kecil, tapi juga hal-hal yang besar. Kata kutanggung menyatakan oleh kekuatan sehingga Paulus memiliki kemampuan untuk menghadapi berbagai masalah, baik itu masalah kecil, maupun masalah besar. Dan hanya dengan berada di dalam Dia maka Paulus dapat menikmati apa yang dijanjikan. “Memberi kekuatan” (Yun: endunamoo: daya/kemampuan) menyatakan Tuhan Allah yang menjadi sumber kekuatan dan memberikannya kepada manusia. Paulus menyatakan memahami bahwa ia dapat menanggung segala perkara bukan karena kekuatan dirinya, tetapi karena kekuatan yang berasal daripada Yesus Kristus.
Ayat 14-17, Paulus fokus pada buah rohani yang dihasilkan dari pemberian jemaat. Dan melihat pemberian tersebut dalam kaitan dengan Tuhan Allah dan kemuliaan-Nya. Paulus memandang bantuan dari jemaat Filipi dari kacamata ilahi. Apa yang dilakukan oleh jemaat Filipi merupakan sebuah persembahan yang Teosentris. Jemaat Filipi, dalam keterbatasannya telah berbagi dengan Paulus dan sebagai gantinya, Paulus memberikan janji dan jaminan bahwa Tuhan Allah yang akan menyediakan apa yang menjadi kebutuhan mereka.
Dalam ayat 19-20, dipakai kata “Allah-ku” yang merupakan kesaksian pribadi dan pengalaman iman Paulus, di mana ia mengalami bagaimana kuasa Tuhan Allah telah memenuhi keperluan pribadi melalui Yesus Kristus. Tuhan Allah yang telah memakai jemaat Filipi dalam memenuhi kebutuhan Paulus, Dialah juga yang akan memenuhi semua kebutuhan jemaat Filipi. Dengan demikian Paulus hendak menegaskan bahwa bukan dia yang akan membalas kebaikan orang Filipi, tetapi Tuhan Allah yang menjadi sumber kekuatannya dalam menghadapi segala situasi tersebut yang akan memenuhi keperluan mereka. Paulus kemudian memberikan jaminan bahwa Tuhan Allah yang menjadi sumber kekuatan yang menyediakan kebutuhannya dan jemaat Filipi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa apabila seseorang mau berbagi dengan orang lain karena kasih Tuhan Allah dan khususnya dalam mengembangkan karya keselamatan-Nya, maka Ia akan memenuhi kekurangan mereka karena kemurahan hati mereka (bdk.Matius 5:7).
Makna dan Implikasi Firman
• Di tengah situasi yang sulit, marilah kita belajar seperti Paulus melihat kehidupan sebagai kesempatan untuk belajar menyesuaikan diri dengan segala situasi, baik dalam kekurangan maupun kelimpahan, kemudahan maupun kesukaran. Kalau bersedia belajar menghadapi hidup ini apa adanya, maka kita akan mampu menghadapi segala situasi tersebut. Bukan karena hebat atau mampu secara manusia, tetapi karena Tuhan Allah yang menguatkan dan memampukannya. Hendaknya kita mau berbagi dengan saudara-saudara seiman dan bahkan sesama kita. Tuhan Allah memberikan janji dan jaminan bahwa Ia akan memenuhi keperluan kita sesuai dengan kekayaan dan kemuliaan-Nya.
• Tuhan Allah mengajar supaya kita jangan takut menghadapi kesulitan, kelemahan dan Dalam kondisi tersebut, Tuhan Allah tidak tinggal diam, tidak membiarkan kita menghadapinya sendiri. Seperti dalam 2 Korintus 2:9 “Tetapi seperti ada tertulis: “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.”
• Paulus menyadari fakta bahwa kita memerlukan hikmat dari Tuhan Allah, agar kita dapat menghadapi kehidupan, baik kekurangan ataupun kelimpahan. Seperti yang disebutkan dalam Amsal 30:8-9: “Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: Siapa Tuhan itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku. (mtpjgmim)