Renungan Minggu: 22 – 28 Oktober 2023, Saling Menghormati Sebagai Satu Tubuh – 1 Korintus 12 : 12-31
Adanya penyalagunaan agama untuk membenarkan kekerasan dan intoleransi, juga sangat merugikan bagi kehidupan masyarakat yang beragam. Demikian pula dengan penyebaran informasi yang salah atau menyesatkan, baik secara sengaja (disinformasi) atau tidak sengaja (misinformasi), telah menjadi tantangan besar di era digital dewasa ini. Misinformasi dan disinformasi yang buruk dapat memicu konflik, menumbuhkan kebencian, ketidakpercayaan yang menghancurkan rasa hormat antara individu dan kelompok di masyarakat.
Kehidupan yang saling menghormati merupakan sikap yang sangat berguna dalam kehidupan bersama orang lain. Perbedaan pandangan politik, latar-belakang, status sosial, pendidikan, suku, agama, hendaknya tidak menjadi alasan untuk tidak saling menaruh hormat, sebab saling menghormati merupakan panggilan iman Kristen. Dengan dasar itu diangkat tema “Saling Menghormati Sebagai Satu Tubuh”
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teits Alkitab (Exegese)
Kitab Korintus adalah sebuah surat yang ditulis oleh Rasul Paulus kepada jemaat di kota Korintus. Kota Korintus pada masa itu adalah kota pelabuhan yang penting dan kaya di Yunani. Kota ini terkenal dengan kehidupan yang bebas dan pemujaan terhadap berbagai dewa-dewi, dan yang paling terkenal yaitu penyembahan pada dewa penyembuhan, Asklepius dan dewi cinta, Afrodite. Paulus mengunjungi Korintus dalam misi kedua dan ketiga sekitar tahun 50-52 Masehi dan mendirikan Gereja serta mengabarkan Injil (lih. Kisah Para Rasul 18:11). Ada banyak orang di Korintus yang menjadi Kristen setelah mendengar penginjilan Paulus. Akan tetapi, setelah Paulus meninggalkan Korintus, beberapa masalah muncul dalam gereja setempat. Ada perpecahan dalam jemaat, ada kasus moral yang menyimpang, ada penyalahgunaan karunia Roh Kudus dan kebingungan tentang kebangkitan orang mati. Paulus mendengar masalah-masalah ini dan menulis surat pertama dan keduanya (sekitar tahun 55-56 Masehi) untuk memberikan nasehat tentang bagaimana menyelesaikan konflik dan menjalankan panggilan iman seria kehidupan Gereja sesungguhnya.
I Korintus 12:12-13, Paulus menggunakan analogi tubuh untuk menggambarkan gereja sebagai “Tubuh Kristus”. Sama seperti tubuh manusia yang memiliki banyak anggota (Misalnya: tangan, kaki, mata, telinga, dll), begitu pula Gereja yang terdiri dari banyak anggota dengan berbagai latar belakang, karunia dan peran yang berbeda-beda, namun semua merupakan bagian dari satu tubuh Kristus. Karena itu, baik orang Yahudi dan Yunani, orang budak atau orang merdeka, telah dibaptis oleh Roh Kudus menjadi satu tubuh. Maksudnya, meskipun ada banyak perbedaan di antara orang percaya, tapi semua adalah bagian dari tubuh Kristus yang sama dan memiliki Roh Kudus yang sama.
I Korintus 12:14-17, dalam ayat-ayat ini Paulus menunjukkan bahwa setiap anggota tubuh memiliki fungsi dan peran masing-masing. Bagi Paulus, tidak ada satu anggota tubuh yang bisa mengklaim dirinya bukan bagian dari tubuh, hanya karena memiliki fungsi yang berbeda. Sebaliknya, semua anggota tubuh diperlukan untuk fungsi tubuh secara keseluruhan.
I Korintus 12:18-20, pada bagian ini Paulus berargumen bahwa Allah telah merancang Tubuh Kristus dengan cara yang sama, yaitu dengan memberikan setiap orang percaya peran dan fungsi yang unik dalam tubuh Kristus. Tidak ada satu anggota pun yang lebih penting atau berharga daripada yang lain. Meski banyak anggota, mereka semua bersatu sebagai satu tubuh yaitu tubuh Kristus.
I Korintus 12:21-24, di bagian ini Paulus menekankan bahwa tidak ada satu anggota tubuh yang bisa mengklaim tidak memerlukan anggota tubuh lainnya. Dalam konteks Tubuh Kristus, ini berarti bahwa setiap orang percaya memerlukan orang percaya lainnya, dan tidak ada yang bisa mengklaim bahwa mereka bisa melakukannya sendiri. Malah untuk anggota-anggota yang tampak lemah tetap memiliki peran yang penting dan diperlukan. Bagi Paulus, dalam tubuh Kristus, anggota-anggota yang kurang penting atau kurang dihormati harus diiberikan penghargaan dan penghormatan yang lebih besar.
I Korintus 12:25-26. Paulus mengangkat tentang solidaritas dan empati dalam tubuh Kristus. Jika satu anggota menderita, semua turut menderita, dan jika satu anggota dihormati atau bersukacita, semua anggota lainnya harus merayakannya. Dalam hal ini betapa pentingnya persekutuan jemaat yang saling mendukung dan merawat satu sama lain.
I Korintus 12:27-31. Pada bagian ini Paulus menegaskan kembali tentang identitas jemaat sebagai milik Kristus dan peran penting setiap anggota dalam persekutuan. Bahwa tidak semua memiliki karunia atau peran yang sama. Ada yang ditetapkan sebagai rasul-rasul, nabi-nabi, dan guru-guru. Secara keseluruhan bagian ini menekankan pentingnya setiap anggota dalam tubuh Kristus dengan berbagai karunia yang dimiliki. Namun diatas semua itu, kasih merupakan pokok dari semua persekutuan jemaat, karunia-karunia dan pelayanan Kristen (I Korintus 13).
Makna dan Implikasi Firman
1. Kristus yang sudah menebus dosa-dosa kita, melalui kematian-Nya, mempersatukan kita dengan-Nya. Hal ini merupakan teladan dan pemahaman dasar iman untuk hidup saling menghormati. Tuhan sendiri sudah menerima kita apa adanya, maka menjadi panggilan kita untuk menerima dan menghormati orang lain. apa pun keadaannya.
2. Dalam kehidupan persekutuan gereja, gereja tidaklah steril dari perbedaan dan perselisihan. Adanya perselisihan atau pertengkaran merupakan hal yang seringkali terjadi. Ibarat sebuah keluarga, hal-hal tersebut sulit dihindari. Akan tetapi disinilah letak persekutuan Kristen yang sebenarnya, di mana setiap perbedaan bahkan perselisihan dapat diselesaikan oleh karena Kristus. Kristus-lah Sang pemilik tubuh (jemaat), sehingga tiap-tiap orang yang adalah anggota-anggota tubuh-Nya, dapat saling menghormati seorang terhadap yang lain.
3. Di masa kini yang ditandai dengan kemajuan teknologi digital dan informasi yang begitu pesat, adanya perbedaan-perbedaan di berbagai bidang seringkali membelah masyarakat antara kelompok yang pro dan kontra. Misalnya istilah-istilah yang viral di media sosial yakni ‘cebong’ dan ‘kadrun’. Pembelahan ini membuat masyarakat terkotak-kotak dan terpecah, yang dampaknya terlihat dalam penggunaan media sosial yang saling memfitnah dan menghina satu sama lain. Sebagai warga gereja atau sebagai orang Kristen sejati, menjadi tugas dan panggilan kita untuk terus menjaga kesatuan. Bukan hanya kesatuan sebagai warga gereja, tapi juga kesatuan sebagai warga negara atau masyarakat, dengan saling menghormati setiap perbedaan, dan menolak terjadinya perpecahan. Amin
(mtpjgmim)