Renungan Minggu: 2 – 8 Juni 2024 “Kamu Harus Memberi Mereka Makan” – Markus 6:30-44

ALASAN PEMILIHAN TEMA
Semua makhluk hidup membutuhkan makanan untuk hidup. Namun, orang percaya juga membutuhkan makanan rohani untuk hidup dan bertumbuh. Saat ini, banyak orang/warga gereja yang lapar dan haus akan makanan rohani (firman Tuhan) juga makanan jasmani (makanan, minuman, pendidikan, kesehatan, keadilan, dan sebagainya).
Gereja membutuhkan analisis yang objektif melihat konteks pelayanannya agar dapat memahami apa yang benar-benar dibutuhkan oleh jemaat secara rohani dan jasmani. Sehingga pelayanannya secara efektif dan efisien dapat menumbuhkan dan mempertkuat iman warganya kepada Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus. Itu semua harus dilakukan dengan hati yang penuh dengan belas kasihan, kesediaan untuk menyangkal diri dan iman serta ketaatan kepada Tuhan Allah. Bacaan Alkitab minggu ini sebagai bahan refleksi untuk melihat kembali pelayanan yang telah kita kerjakan di tengah konteks kehidupan jemaat yang berubah-ubah dan penuh tantangan, di bawah tema: Kamu harus memberi mereka makan.
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Injil Markus ditulis oleh seorang pengikut Yesus Kristus yang bernama Markus ditujukan bagi orang Kristen, yang mayoritasnya non-Yahudi, di luar Palestina, sekitar tahun 67–70 M. Komunitas ini mengalami kesulitan, tekanan, penganiayaan dan penderitaan. Dalam situasi ini, jemaat sangat mengharapkan kedatangan Tuhan Allah sebagai Hakim dan Penyelamat. Bagi Markus, penderitaan itu adalah salib yang harus dipikul oleh pengikut Yesus Kristus.
Markus 6:30–44 menceritakan tentang Yesus Kristus memberi makan 5000 orang. Teks ini dapat dibagi ke dalam dua bagian yaitu, ayat 30–34 dan ayat 35–44.
Bagian pertama: ayat 30–34.
Ayat 30–44 menceritakan bahwa para murid itu kembali berkumpul dengan Yesus Kristus dan memberitahukan kepada-Nya semua yang telah mereka kerjakan. Markus menyatakan bahwa Yesus Kristus dan para murid-Nya mengasingkan diri ke tempat yang sunyi. Mereka butuh istirahat dan waktu untuk menikmati ketenangan, meski singkat saja. Namun, orang banyak mengetahui kepergian Yesus Kristus dan para murid-Nya, dan mereka pergi ke tempat tersebut. Sehingga ketika Yesus Kristus tiba, mereka telah lebih dulu ada di sana.
Ada tiga hal yang dialami dan dilakukan oleh Yesus Kristus ketika tiba di sana:
Pertama, Ia melihat (Yunani: eiden) sejumlah besar orang banyak. Kata Yunani eiden artinya melihat, sadar, mengerti. Jadi, dengan melihat, Yesus Kristus memperhatikan, mengetahui, memahami siapa dan bagaimana keadaan mereka; apa yang sangat mereka butuhkan pada saat itu. Dan Ia tidak mengabaikan mereka.
Kedua, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Karena itu, hati-Nya tergerak (Yunani: esplagchnisthe) oleh belas kasihan kepada mereka. Mengapa? Teks menjawab: karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Ini memberikan gambaran tentang situasi jemaat pembaca Injil Markus yang sementara menghadapi tantangan, penderitaan dan penganiayaan. Pernyataan seperti domba yang tidak mempunyai gembala, berarti: tidak ada yang menuntun ke tempat yang tersedia makanan dan air, tidak ada perlindungan dari bahaya, tidak ada yang mengobati/merawat ketika terluka, tidak ada yang mengasihi, memimpin, dan lain sebagainya. Seperti jemaat tanpa seorang pemimpin yang menuntun dan mengajar mereka tentang bagaimana hidup dan memelihara iman.
Jadi, Injil Markus hendak mengatakan/mengajarkan kepada mereka bahwa: Yesus Kristus melihat, mengetahui dan memahami pergumulan mereka serta menjawab kebutuhan mereka. Belas kasih-Nya mengalahkan rasa lelah dan keinginan untuk mengasingkan diri dan beristirahat. Jelas ini merupakan pengajaran yang menguatkan dan mengokohkan iman jemaat.
Hati yang tergerak oleh belas kasihan adalah hati yang tidak mementingkan diri sendiri; yang peduli kepada orang lain; dan mau melakukan kebaikan bagi orang lain. Itu adalah salah satu bentuk penyangkalan diri dan itu adalah hati yang mengasihi seperti kasih Tuhan Allah kepada manusia (umat-Nya). Markus menggambarkan Tuhan Allah yang mengasihi manusia. Ia melihat, mengetahui, memahami dan bertindak untuk umat-Nya.
Ketiga, Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka. Setelah Yesus Kristus melihat mereka, Ia mulai mengajarkan (Yunani: didaskein) banyak hal kepada mereka. Yesus Kristus memberi perhatian kepada mereka dan bertindak sebagai pemimpin yang memberi instruksi/pengajaran tentang bagaimana sepatutnya mereka hidup sebagai pengikut-Nya.
Bagian kedua, ayat 35–44.
Fokus bagian ini ada pada pernyataan Yesus Kristus kepada para murid: Kamu harus memberi mereka makan! Pernyataan ini diberikan kepada para murid karena mereka meminta-Nya untuk menyuruh orang banyak itu pergi mencari makanan ke desa–desa dan di kampung–kampung di sekitar situ. (ayat 36). Para murid kelelahan dan butuh istirahat, demikian pula orang banyak itu, semuanya lelah dan lapar. Dalam kelelahan dan rasa lapar yang mendera, para murid harus membayangkan jumlah uang 200 (dua ratus) dinar yang harus dihabiskan untuk membeli roti. Itu bukan jumlah yang sedikit. Jumlah itu adalah upah untuk 200 hari kerja.
Yesus Kristus menanggapi/ menjawab dengan pertanyaan: Berapa banyak roti yang ada padamu? Cobalah periksa! Ternyata mereka hanya memiliki lima roti dan dua ikan. Yesus Kristus mengetahui bahwa murid-murid-Nya kelelahan dan butuh istirahat, tetapi Ia mau mereka juga terlibat dalam pelayanan yang sementara Ia kerjakan bagi orang banyak. Pertanyaan ini adalah ajakan bagi para murid untuk melihat apa yang ada pada mereka yang dapat digunakan untuk memberi makan orang banyak, sekaligus bentuk keterlibatan aktif mereka dalam pelayanan Yesus Kristus.
Jadi, lima roti dan dua ikan adalah lambang kasih, mujizat/berkat dan iman kepada Tuhan Allah yang berkuasa dan keterlibatan dalam pelayanan diakonia bagi orang banyak.
Mendengar jawaban para murid, Yesus Kristus bertindak: Ia menyuruh mereka duduk berkelompok; mengambil lima roti dan dua ikan itu; menengadah ke langit dan mengucap berkat; memecah-mecahkan roti itu dan memberikan kepada murid-murid-Nya untuk dibagikan kepada orang banyak. Di sini, jelas Yesus Kristus menyatakan kuasa Bapa-Nya dengan melakukan mujizat. Yesus Kristus memohon kasih karunia dan berkat Tuhan Allah, sehingga lima roti dan dua ikan menjadi makanan berlimpah bagi semua orang, bahkan banyak sisanya. Hanya TUHAN Allah yang berkuasa melakukannya. Ini adalah ajakan untuk percaya kepada Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus, yang berkuasa melakukan hal yang mustahil, yang mengasihi dan menyediakan berkat berlimpah bagi semua orang yang membutuhkan.
Bagian akhir cerita ini merupakan kesimpulan Injil Markus: mereka semuanya makan sampai kenyang; orang mengumpulkan potongan-potongan roti dua belas bakul penuh; dan, yang ikut makan roti itu ada lima ribu orang laki-laki. Berkat yang diberikan Tuhan Allah tersedia bagi semua orang sesuai kebutuhan. Tidak ada yang tidak mendapat bagian, tidak ada yang tidak makan. Semua mendapat bagian dari berkat Tuhan Allah. Hal ini mengajarkan pengikut Yesus Kristus bahwa pernyataan/tindakan belas kasih dalam iman dan ketaatan kepada Tuhan Allah akan selalu berbuah berkat bagi banyak orang.
Makna dan Implikasi Firman
Beberapa hal dapat dipelajari dari teks ini adalah:
Pertama, perikop ini mengajak orang percaya untuk mampu melihat situasi dan kondisi di dalam konteks pelayanan, melihat apa yang dibutuhkan secara jasmani dan rohani, sehingga pelayanan yang dilakukan benar-benar menyentuh dan menjawab kebutuhan hidup anggota jemaat.
Kedua, perikop ini mengajak orang percaya agar memiliki hati yang selalu tergerak oleh belas kasih kepada orang lain. Belas kasih itu adalah pernyataan kasih, bukan mengasihani dalam konotasi yang negatif seperti meremehkan, tetapi mengasihani dalam pengertian menaruh kasih. Hati yang tergerak oleh belas kasihan menuntut penyangkalan diri dan rela berkorban.
Warga Gereja membutuhkan pemimpin/pelayan yang hatinya senantiasa tergerak oleh belas kasih, yang selalu memberi diri untuk melayani, mengajar, menuntun dan mengasihi mereka. Pelayanan yang dibutuhkan oleh anggota jemaat adalah pelayanan yang didasarkan pada rasa belas kasih.
Ketiga, yang dituntut dari orang percaya adalah iman dan ketaatan kepada Yesus Kristus, Guru dan Tuhan. Jika bekerja dan melayani dengan hati yang penuh belas kasihan, juga dengan iman yang sungguh-sungguh kepada Tuhan Allah, maka tidak ada yang mustahil. Selalu akan ada berkat berlimpah yang dapat dinikmati oleh banyak orang.
Keempat, orang percaya dapat menggunakan semua sumber daya yang dimilikinya dengan bijaksana, untuk memberikan apa yang dibutuhkan oleh orang banyak yaitu makanan rohani dan jasmani. Ini adalah bentuk keterlibatan aktif dalam kerja pelayanan diakonia yang dilakukan oleh gereja, yaitu mengajar, memberi makan, menyembuhkan, dan lain sebagainya.
Lima roti dan dua ikan adalah lambang cinta kasih, mujizat/berkat, lambang iman kepada Tuhan Allah dan keterlibatan dalam pelayanan diakonia bagi orang banyak. Gereja Kristen di sepanjang abad, telah menghadapi begitu banyak pergumulan, tantangan, pencobaan yang menantang imannya. Kita semua membutuhkan makanan rohani dan jasmani, agar tetap teguh, kokoh, setia dan taat pada iman kepada Tuhan Allah dalam Yesus Kristus. Sehingga tidak mudah diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran yang menyesatkan dan tidak menjadi tawar hati lalu berbalik meninggalkan iman. (mtpjgmim)