Renungan Minggu: 17-23 Maret 2024 – Sangkamu Aku Ini Penyamun – Lukas 22:47-53


ALASAN PEMILIHAN TEMA
Gereja sebagai persekutuan orang-orang percaya tidak luput dari pengumulan dan tantangan. Ada orang percaya yang sangat responsif menyikapi isu atau rumors yang belum tahu persis kebenaran dan sumbernya, namun sudah memberikan kesimpulan yang bertentangan dengan pokok iman Kristen. Ada orang sering berprasangka buruk terhadap orang lain dan menjelek-jelekkan dan menfitnah, baik secara langsung maupun melalui media sosial. Karakter orang Kristen dewasa ini sedang diuji dengan munculnya berbagai-bagai berita bohong yang bila kita tidak menyaringnya dengan baik maka dapat saja termakan dan terpengaruh dengan berita bohong tersebut.

Juga sering terjadi antar gereja saling berprasangka buruk terhadap gereja yang lain dan masing-masing mempertahankan dogma dan ajaran gerejanya sebagai kebenaran mutlak. Gereja yang satu menggangap gerejanya yang benar sedangkan gereja yang lain tidak benar. Padahal kita sebagai gereja satu adanya yaitu menyembah satu Tuhan Yesus Kristus. Dalam hal antar hubungan umat beragama masih ada agama tertentu berprasangka buruk terhadap agama lain dengan mengatakan agama kami yang benar dan lainnya kafir. Padahal semua agama mengajarkan yang baik dan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita diikat oleh dasar negara Indonesia yaitu Pancasila dan Undang-undang Dasar tahun 1945. Karena itu kita sebagai warga GMIM yang sedang menghayati minggu-minggu sengsara diajak dan dituntun dengan memahami tema minggu ini adalah, “Sangkamu Aku ini Penyamun.”

PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Injil Lukas adalah Injil Sinoptis atau memandang cara yang sama pelayanan dan karya Yesus Kristus di tengah-tengah dunia. Injil Lukas ditulis pada sekitar tahun 63-68 M oleh Lukas yang sebut Tabib atau dokter dan ia juga yang menulis Kitab Kisah Para Rasul. Tulisan Injil Lukas ini ditujukan kepada Teofilus yang mulia. (Lukas 1:1) supaya jemaat mula-mula hanya percaya kepada Yesus Kristus sekalipun banyak tekanan dari pemerintahan Romawi.

Perikop Lukas 22:47-53 menceritakan peristiwa atau kejadian penangkapan Yesus Kristus dengan tujuan untuk diadili oleh Mahkamah Agama. Ketika Yesus Kristus sedang berbicara, datanglah serombongan orang untuk menangkap-Nya. Mereka tidak langsung menangkap-Nya, tetapi melalui proses Yudas memberi tanda dengan mencium-Nya. (Ayat 47) Suatu ciuman yang tidak tutus dan penuh dengan kemunafikan serta penghianatan dari seorang murid Yesus Kristus. Biasanya mencium sesama adalah merupakan perasaan suka dan bahagia karena hubungan yang akrab. Namun tidaklah demikian yang dilakukan oleh Yudas terhadap Yesus Kristus. Yudas mencium sebagai tanda bahwa orang yang diciumnya adalah orang yang harus ditangkap. Yesus Kristus memasrahkan diri-Nya dan tidak sedikitpun melawan. Bahkan Yesus berkata: Hai Yudas, engkau menyerahkan Anak Manusia dengan ciuman?” (Ayat 48) Yesus Kristus tahu apa maksud jahat Yudas untuk menangkap-Nya. Yesus Kristus dapat saja menggunakan kuasa-Nya, namun Ia tahu bahwa Ia harus menjalaninya demi terwujudnya kerajaan Allah melalui kematian diri-Nya di kayu salib.

Reaksi orang-orang yang bersama Yesus Kristus ingin membela-Nya dengan mengatakan: Tuhan, mestikah kami menyerang mereka dengan pedang? (Ayat 49). Suasana menjadi lebih tegang karena seorang di antara yang bersama Yesus Kristus menyerang seorang hamba Imam Besar dengan pedang sehingga putuslah telinga kanannya. (Ayat 50) Akan tetapi Yesus Kristus menenangkan mereka supaya tidak terjadi kegaduhan yang lebih parah dengan mengatakan “Sudahlah itu.” Artinya tidak perlu lagi dipersoalan karena semua bisa selesai dengan Yesus Kristus menjamah telinga orang itu dan menyembuhkannya. Yesus Kristus menunjukkan kuasa mujizat-Nya walaupun serombongan orang itu tetap tidak percaya.

“Yesus Kristus berkata kepada imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal Bait Allah serta tua-tua yang datang untuk menangkap Dia, kata-Nya: “Sangkamu Aku ini penyamun, maka kamu datang lengkap dengan pedang dan pentung? (Ayat 52) Sangkamu Aku ini penyamun atau diartikan sebagai perampok mengambil harta orang lain dengan menggunakan cara kekerasan atau mengancam pemilik harta dengan senjata dan terkadang disertai dengan pembunuhan. Bahkan dengan menangkap seorang saja yaitu Yesus Kristus mereka datang dengan membawa pedang dan pentung. Sepertinya mereka menggangap Yesus Kristus akan lari dari kenyataan dan mungkin akan terjadi perlawanan dari pengikut-Nya. Kendati Yesus Kristus tidaklah demikian, namun mereka memperlakukan-Nya dengan kasar dan tidak sopan. Bahkan saat disalibkan Yesus Kristus disamakan dengan kedua orang penyamun yang disalib bersama-sama dengan-Nya. (Lukas 23:33).

Yesus Kristus memberikan pernyataan bahwa mereka telah mengenal-Nya dan pelayanan-Nya karena mereka berada bersama Yesus di Bait Allah. Akan tetapi hal itu tidak menghalangi mereka untuk menangkap-Nya. Karena memang sudah saatnya Yesus Kristus menyerahkan diri untuk ditangkap dengan menggunakan kuasa kegelapan yang dilakukan oleh Yudas dan rombongan orang itu. Inilah saatnya dan inilah kuasa kegelapan itu. Betapa berat rasanya Yesus Kristus harus berhadapan dengan perbuatan seperti ini, namun Dia menerima-Nya demi ketaatan melakukan kehendak Bapa-Nya.

Makna dan Implikasi Firman
1. Hal mencium adalah hal yang biasa dilakukan oleh orang Kristen, baik sebagai suami isteri, maupun orang tua mencium anak-anak atau sahabat dalam pertemuan di
acara tertentu sebagai tanda kasih sayang dan persahabatan. Namun ada teman atau sahabat menghianati persahabatan walaupun dalam pertemuan kelihatan akrab dan bersahabat. Sama seperti Yudas yang tega mencium Yesus Kristus dengan maksud mengkhianti-Nya untuk menyerahkan kepada imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal Bait Allah serta tua-tua. Kita tidak sepatutnya mencontohi cara Yudas yang menjual Yesus Kristus dengan tiga puluh uang perak (Matius 26:15). Dan kita tidak boleh menghianati dan menyangkal iman kepada Yesus Kristus dalam keadaan apapun.

2. Sebagai orang percaya kita harus sungguh-sungguh mengandalkan Yesus Kristus dalam hidup. Kita tidak boleh mengingkari iman kepada Yesus Kristus sebagai juruselamat dan Tuhan dunia yang sudah dimiliki sejak kecil. Walaupun dalam dunia kekristenan makin banyak orang Kristen yang meninggalkan imannya seperti di negara Eropa dan Korea Selatan yang disebabkan oleh makin maraknya dunia tehnologi, mengutamakan akal dan materi sehingga nama Yesus Kristus tidak lagi berkumandang dalam hidup mereka.
3. Sebagai orang Kristen, dalam menghayati minggu sengsara yang ke lima ini, marilah kita jalin persahabatan yang baik dengan sesama kita. Kita saling mendoakan, mendukung dan mengasihi satu dengan yang lain. Jangan berprangka buruk kepada sesama manusia. Sering ada orang yang berprasangka buruk terhadap orang yang tidak melakukan kesalahan dan mempraktikan iman yang benar, namun orang tidak mempercayainya. Mungkin ia akan merespons seperti Sang Guru, dengan mengatakan sangkamu aku ini penyamun atau sangkamu aku ini perampok atau sangkamu aku pencuri, atau sangkamu aku ini “pangdusta”. Jadi betapa pentingnya saling mempercayai satu dengan yang lain dengan mengutamakan karakter Kristen yang berdasarkan kasih Yesus Kristus. Walaupun dalam kasih Yesus Kristus kita harus peka dan berhati-hati terhadap saudara, teman dan kerabat yang berperilaku seperti Yudas. Amin. (mtpjgmim)

Berita Terkait

Top