Renungan Minggu: 15 – 21 September 2024, Memperlengkapi Orang Kudus bagi Pembangunan Tubuh Kristus – Efesus 4 : 1-16
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Kepemimpinan adalah faktor yang sangat penting dalam setiap institusi pemerintah, swasta dan lembaga sosial kemasyarakatan, termasuk gereja. Jatuh bangunnya sebuah institusi tergantung dari kepemimpinan. Jika kepemimpinan berfungsi dengan baik maka institusi tersebut akan bertumbuh dan berkembang. Gereja sebagai institusi yang unik dan berbeda dari institusi lainnya, memiliki sifat kepemimpinan yang unik pula. Gereja adalah institusi yang didirikan oleh Yesus Kristus, tidak terkecuali dalam hal kepemimpinan dan pelayanannya.
Pada hakikatnya tugas pemimpin/pelayan dalam gereja adalah melayani dan melakukan pembinaan warga gereja (PWG). Namun sangat disayangkan, banyak pelayan gereja meninggalkan prinsip kepemimpinan Alkitabiah. Sementara kepemimpinan sekuler gencar mengadopsi prinsip kepemimpinan Alkitabiah. Masalah dalam gereja bukan karena pelayan tidak melayani tetapi karena anggota jemaat hanya datang untuk dilayani dan tidak diperlengkapi melakukan pelayanan. Maka tema yang menuntun perenugan kita minggu ini adalah “Memperlengkapi Orang Kudus bagi Pembangunan Tubuh Kristus”.
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Kitab Efesus adalah surat yang ditulis rasul Paulus tahun ± 62M pada saat dia berada dalam penjara di kota Roma. Struktur kitab ini dimulai dengan penjelasan mengenai rencana kekal Tuhan Allah untuk mendamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya dalam Yesus Kristus (pasal 1-3). Kemudian tentang esensi dan fungsi gereja sebagai tubuh Yesus Kristus dan memanggil setiap orang percaya untuk mengambil bagian dalam rencana tersebut (pasal 4-6).
Efesus 4:1-16, Paulus menasihati jemaat Efesus agar hidup sesuai dengan panggilan dan mengerti tujuan hidupnya, yakni menjalani kehidupan sebagai orang-orang yang telah dipanggil Tuhan Allah dan tidak menyia-nyiakan hidup. Ayat 1-2. Untuk menjaga panggilan hidup sebagai orang-orang yang telah diselamatkan dan membangun hubungan timbal balik secara horizontal yang positif, harus dibangun melalui kerendahan hati, kelembutan, kesabaran dan sating menerima satu sama lain dalam kasih. Sehingga ketika membantu orang lain, kasih Tuhan Allah dalam Yesus Kristus yang menjadi model.
Ayat 3-6. Kemudian ditegaskan pentingnya kesatuan dalam persekutuan. Jemaat hams berusaha memelihara kesatuan Roh dalam suatu ikatan damai sejahtera. Sebagaimana orang percaya yang terikat dalam satu tubuh, satu roh, satu pengharapan, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan dan satu Allan. “Satu tubuh” artinya setiap orang percaya adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari gereja. Sebab kesatuan gereja sangat penting dalam pekerjaan Kristus. “Satu Roh” menunjuk kepada Roh Kudus yang diam di dalam gereja dan melaluinya gereja dibaptis menjadi satu tubuh (1 Kor. 12:13). “Satu pengharapan” menunjuk pada gereja yang dipanggil keluar dari kegelapan. Panggilan itu terkandung pengharapan. yang mengindikasikan bahwa kelak orang-orang percaya akan memiliki kehidupan kekal. Inilah pengharapan dari panggilan itu dan semua orang percaya memiliki pengharapan ini. “Satu Tuhan” berarti: “satu tuan”, yang mengacu kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan, pemilik gereja dan tuan atasnya. Di mana karya penebusan Yesus Kristus itu sempurna, sehingga tidak diperlukan penebus yang lain untuk memberikan keselamatan kepada orang percaya (1 Tim. 2:5-6; Ibr. 9:15). “Satu iman ” merupakan satu keyakinan kepada Sang Juruslamat yang mendatangkan kepastian keselamatan.
Menaruh kepercayaan pada prinsip-prinsip praktis kehidupan Yesus Kristus — dan karena itu mereka menjadi satu. “Satu baptisan” menunjuk upacara yang satu dan sama bagi semua dan oleh baptisan orang percaya tergabung ke dalam persekutuan dari gereja-Nya. “Satu baptisan” bukan merujuk pada satu model baptisan, melainkan kepada satu nama yang disebutkan dalam baptisan (lih. Mat.28:19). “Satu Allah” menjelaskan tentang transendensi Allah Bapa, tetapi yang menyatakan diri-Nya dan hadir ditengah-tengah ciptaan-Nya. Gereja tidak dapat dipisah-pisahkan karena mereka memiliki kesamaan dan kesatuan. Tuhan Allah ada di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua.
Ayat 7-10. Paulus menegaskan tentang perbedaan di dalam kesatuan “bahwa masing-masing orang diberi anugerah yang berbeda-beda”. Perbedaan anugerah ini, dasarnya menurut ukuran pemberian Yesus Kristus. Masing-masing mendapat anugerah dari Yesus Kristus, sesuai dengan ukuran di mana Sang Pemberi berkenan memberikannya, yang satu dalam ukuran yang lebih besar dan yang lain lebih kecil, tetapi semuanya mendapatkan pemberian itu dari Pemberi yang sama. Di dalam kesatuan, masing-masing orang dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Yesus Kristus. Panggilan Tuhan Allah agar umat menjadi satu bukan menjadi seragam, tetapi masing-masing mempunyai bagiannya sendiri. Mereka satu di dalam keberagaman bukan satu dalam keseragaman. Dasar pemberian karunia kepada individu dalam jemaat adalah karena Yesus Kristus sudah “turun ke tempat rendah” dan juga telah naik ke tempat tinggi. Itu berarti Ia memenuhi segala sesuatu. Jadi, gereja mendapatkan karunia-karunia karena Yesus Kristus memenuhi segala sesuatu yang telah dibuktikan melalui kematian, kebangkitan dan kenaikan-Nya ke surga.
Ayat 11-12. Paulus mengatakan bahwa kehadiran para pelayan seperti rasul, nabi, pemberita Injil, gembala dan pengajar karena Tuhan Allah yang memberikan-Nya. Kata “memberikan” (Yun. edomen: mengangkat) menyatakan bahwa Tuhan Allah yang memutuskan untuk melimpahkan anugerah kepada seseorang dalam melakukan tugas khusus disertai dengan kuasa atau otoritas tertentu. Rasul (Yun. apostolos: seseorang yang diutus), tugasnya adalah melayani tubuh Yesus Kristus dengan peranan yang mendasar dan menyediakan ruang bagi semua pelayanan yang diutus oleh Tuhan Yesus Kristus. Dan menempatkannya di tempat yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kesehatan gereja yang berkelanjutan. Nabi adalah mereka yang dipakai Tuhan Allah sebagai alat-Nya untuk berbicara kepada manusia. Nabi adalah penyambung lidah Tuhan Allah yang mengatakan “demikianlah firman Tuhan”. Pemberita Injil adalah mereka yang memberitakan Injil, di segala tempat di mana Yesus Kristus belum dikenal dan menuntun orang-orang beriman kepada-Nya. Gembala-gembala adalah mereka yang dipanggil Tuhan Allah untuk menjaga domba-domba-Nya dengan memberi makan rohani dan jasmani. Tugas gembala adalah mengatur dan memimpin hidup jemaat (1 Kor.12:28), penilik jemaat (Flp.1:1; 1Tim.3:2), tua-tua jemaat (Kis.11:30;14). dan pengantar-pengantar jemaat (Ibr.13:7). Pengajar-pengajar adalah orang yang memahami kitab suci dan injil disampaikan kepada jemaat dengan bahasa yang bisa dimengerti.
Ayat 14-16. Tujuan pemberian para pelayan adalah untuk memperlengkapi orang-orang kudus. Kata “memperlengkapi” (Yun. katartismon) berarti mempersiapkan, memperbaiki, atau memulihkan. Memperlengkapi artinya membuat seseorang mampu atau memadai untuk melakukan pekerjaan pelayanan. Jadi, fungsi para pelayan dalam gereja adalah mempersiapkan anggota gereja memiliki kemampuan dasar untuk pekerjaan pelayanan bagi pembangunan tubuh Yesus Kristus. Tujuan akhir yang ingin dicapai dalam pembangunan gereja (tubuh Yesus Kristus) adalah: Pertama, kesatuan iman; di mana tubuh Yesus Kristus dibangun untuk mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Yesus Kristus (ay.13a). Kedua, kedewasaan penuh: diharapkan anggota-anggota tubuh Yesus Kristus bertumbuh dewasa baik sebagai individu maupun komunitas, sampai kepada kepenuhan Yesus Kristus (ay.13b). Kedewasaan penuh menjadikan anggota gereja tidak akan mudah diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran dan tidak akan disesatkan oleh kelicikan manusia tapi dapat bertumbuh dan teguh berpegang pada kebenaran di dalam kasih.
Orang percaya yang dewasa adalah mereka yang hidup dalam kebenaran Yesus Kristus dan memberitakan kebenaran tersebut dengan kasih sehingga bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus yang adalah Kepala. Ayat 16, kata “daripada-Nyalah”, menegaskan bahwa kesatuan dan pertumbuhan bersumber dari Yesus Kristus. Peran sentral Yesus Kristus dalam pertumbuhan tujuannya: rapi tersusun dan terikat menjadi satu. Kedua hal tersebut saling melengkapi: yang satu dari metafora bangunan, satu lagi dari anatomi tubuh manusia. Di mana penekanannya: yang satu kesesuaian, dan lain kesatuan. Sehubungan dengan pertumbuhan, orang percaya berperan: “sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota “. Makna pekerjaan mengarah pada kuasa yang sedang bekerja: penuh keseriusan dan berdampak positif. Pekerjaan tersebut melibatkan tiap-tiap anggota secara bersama-sama.
Berhubungan dengan pertumbuhan tubuh Kristus, Paulus menekan peran secara komunal (bersama-sama) daripada personal (sendiri-sendiri). Namun setiap anggota harus memainkan peranannya masing-masing. Ketika anggota berperan dalam pelayanan, maka seluruh tubuh akan menerima pertumbuhannya. “Membangun dirinya dalam kasih”. Jika tanpa kasih, maka keragaman menjadi ancaman. Tapi dengan kasih, keragaman adalah kekayaan. Kasih adalah pemersatu. Kasih tidak dapat dipisahkan dari kebenaran. Tanpa kebenaran, kasih tidak berbeda dengan kompromi. Tanpa kasih, kebenaran terlihat kering dan menyakitkan.
Makna dan Implikasi Firman
1. Paulus mengajarkan kepada jemaat di Efesus melalui berbagai macam cara pembinaan yaitu: melalui persekutuan, khotbah, pengajaran, nasihat-nasihat, doa, bahkan melalui sarana pendidikan. Paulus menyewa sebuah ruang kuliah dan setiap hari ia berbicara, menyampaikan pengajaran-pengajaran tentang Kristus di ruang kuliah Tiranus (Kis.19). Melakukan pembinaan kepada penatua dan diaken di Efesus melalui doa dan nasihat-nasihat, agar melaksanakan tugas dan tanggungjawab yang Tuhan Allah percayakan. Gereja pun harus demikian, siap menggembalakan jemaat dengan melengkapi/mempersiapkan orang-orang percaya lainnya untuk lebih produktif, yaitu siap melayani Tuhan Allah dan aktif turut membangun tubuh Yesus Kristus.
2. Penting bagi seorang pemimpin jemaat untuk menempatkan prioritas pertumbuhan spiritualitas jemaat yang dilayaninya. Hal ini akan berdampak terhadap kemajuan bidang lainnya. Tugas yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin atau pelayan adalah memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan dan untuk pembangunan tubuh Yesus Kristus. Dan terlebih juga pemimpin harus menjadi “pelayan” dan “teolog” yang melayani dengan panggilan dan visi, kesetiaan dan ketaatan yang jelas, tetapi juga memiliki dasar pemahaman injil yang jelas dan benar.
3. Tujuan Yesus Kristus memberikan pelayan kepada gereja adalah untuk memperlengkapi setiap orang-orang kudus, agar setiap anggota jemaat mampu dan memadai untuk melakukan pekerjaan pelayanan, balk kepada sesama orang percaya maupun kepada dunia. Memperlengkapi bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Yesus Kristus. Hal ini berimplikasi pada fungsi utama para pelayan khusus bahwa bukan hanya melayani melainkan untuk memperlengkapi anggota jemaat agar dapat melakukan pelayanan. Warga gereja sangat membutuhkan pengajaran dan pembinaan, karena mereka yang akan mengajarkan kebenaran Firman Tuhan, mewariskan iman dan teladan kepada generasi baru gereja agar memberi diri dalam melayani dan memberitakan Injil. (mtpjgmim)