Renungan Minggu: 15 – 21 Oktober 2023 – Komitmen Perempuan Asing Mengikuti Allah – Rut 1 : 1-22
Komitmen adalah sikap memegang teguh, atau janji terhadap diri sendiri maupun orang lain yang dicerminkan dengan perbuatan. Komitmen sangat diperlukan setiap orang untuk menentukan keselarasan antara pikiran dan tindakan yang searah. Meskipun demikian, tidak sedikit orang yang gagal memegang komitmen karena sesuatu hal yang hanya bernilai sementara. Contohnya sebagai orang Kristen, kita bisa saja melewatkan komitmen beribadah karena terlalu sibuk bekerja. Komitmen seringkali dianggap sepele dalam kehidupan manusia padahal komitmen merupakan patron bagi kita dalam melakukan hal-hal yang positif yaitu sikap hidup yang setia, rela berkorban demi sesuatu yang lebih baik.
Komitmen sering dikatakan lekat dalam kehidupan perempuan. Alkitab mencatat banyak perempuan-perempuan yang setia dalam komitmen diantaranya perempuan asing yang bernama Rut. Meskipun demikian, Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru mencatat tentang perempuan yang dianggap kaum marjinal atau terpinggirkan karena budaya patriarki yang menganggap kaum laki-laki yang berhak mengambil keputusan bahkan selalu memiliki tempat pertama dalam berbagai situasi dan kondisi.
Dengan alasan ini, tema yang diambil dalam perenungan sepanjang minggu berjalan ini ialah “Komitmen Perempuan Asing Mengikuti Allah.”
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Kitab Rut menceritakan sejumlah peristiwa yang terjadi pada zaman hakim-hakim, sekitar 200 tahun sebelum Daud menjadi raja Israel sehingga beberapa istilah dan adat-istiadat orang Ibrani berasal dari zaman para hakim. Dalam pasal 1:1-5 diceritakan, pada masa pemerintahan para hakim, terjadi bahaya kelaparan di Israel, sehingga Elimelekh (artinya: Allahku adalah Raja) yang adalah keturunan Yehuda membawa isteri dan kedua anaknya laki-laki pergi meninggalkan Betlehem menuju Moab, sebuah kota yang terletak di sebelah Timur Laut Mati kira-kira 80 kilometer dari Betlehem dengan padangnya yang subur. Efrata berarti “berbuah” sedangkan Betlehem berarti “rumah roti”. Di tempat yang seharusnya berkelimpahan dengan makanan, justru disitulah kelaparan itu terjadi. Akibat kelaparan yang terjadi Elimelekh membawa isterinya Naomi (artinya: menyenangkan, kesenanganku, kesukaanku) dan kedua anaknya, Mahlon (sakit- sakitan) dan Kilyon (yang lemah) pergi ke Moab dan menetap di sana sebagai orang asing. Mengapa Moab dipilih oleh Elimelek dan Naomi? Secara geografis Moab adalah daerah yang sangat subur karena ketersediaan air dari sungai Arnon. Moab menjadi tempat sangat penting saat itu bagi keluarga Elimelekh karena sebagai tempat lumbung gandum bagi penduduk Moab dan tentu saja wilayah sekitar seperti Kanaan. Tidak lama setelah Elimelekh dan keluarganya tinggal di Moab, mereka mengalami peristiwa yang lebih menyedihkan dari peristiwa kelaparan. Pertama, Elimelekh. suami Naomi, mati tanpa sebab di Moab (1:3). Naomi ditinggalkan bersama dengan kedua anaknya, Mahlon dan Kilyon. Sepeninggal Elimelekh, Mahlon dan Kilyon kemudian mengambil istri perempuan Moab dan diam di sana selama 10 tahun (1:4). Mahlon mengambil Rut dan Kilyon mengambil Orpa (lihat. 4:10). Kedua, Mahlon dan Kilyon, kedua anak laki-laki Naomi itu, mati juga. Sekarang Naomi bukan hanya ditinggalkan oleh suaminya, tetapi juga oleh kedua anaknya. Kematian suami dan kedua anak laki-laki Naomi membuat dia berada dalam situasi yang sulit. Keadaan ini membuat Naomi mengambil keputusan untuk kembali ke Betlehem (1:6). Ayat 7 memperjelas tindakan Naomi untuk bangkit dan kembali ke Betlehem. Dia berangkat dari Moab dengan diikuti oleh kedua menantunya. Orpa dan Rut. Kata “berangkat” (lbrani: yasa’ bentuk tunggal) yang menunjukkan bahwa Naomi yang memiliki inisiatif untuk pergi. Tetapi kata kerja berikutnya, yaitu “berjalan” (lbrani: halak – dalam bentuk jamak) yang menunjukkan bahwa Naomi bersama dengan kedua menantunya berangkat menuju tanah Yehuda (1:7b).
Nampaknya Naomi dan kedua menantunya belum melakukan perjalanan yang jauh, dia menyadari kesulitan yang akan dihadapi oleh kedua menantunya. Oleh sebab itu Naomi mengawali percakapan dengan meminta kedua menantunya untuk pergi dan kembali ke rumah orang tua mereka masing- masing (1:8a). Naomi sangat mengasihi kedua menantunya itu dan tidak mau mereka mempunyai masa depan yang tidak menentu, sebab pikir Naomi, ia tidak mungkin memiliki keturunan lagi. Namun perkataan Naomi disertai dengan ucapan berkat yang disampaikan kepada kedua menantunya. Naomi memohonkan berkat kepada TUHAN agar TUHAN menyatakan kasih setia-Nya juga kepada kedua menantunya karena mereka telah menyatakan kesetiaannya dan komitmen kepada keluarga Naomi. Orpa berhasil dibujuk oleh Naomi untuk kembali ke negeri asalnya dan segera mencium mertuanya serta minta diri pergi kembali ke Moab sedangkan Rut tetap berpaut kepada Naomi (1:15). Kata “berpaut”, berasal dari kata lbrani dâbeqâ yang secara literal berarti “melekat atau memegang erat.” Kata ini menyiratkan kesetiaan yang kuat dan kasih sayang yang mendalam dari Rut kepada Naomi.
Dalam ayat 15-17, Naomi tidak banyak berbicara seperti pada bagian sebelumnya. Naomi hanya mendesak kembali Rut untuk pulang ke rumahnya sebagaimana Orpa yang telah lebih dahulu pulang kepada bangsanya dan ilahnya. Rut diminta agar mengikuti jejak Orpa tersebut (1:16). Meskipun telah didesak untuk kesekian kalinya tetapi Rut tidak beranjak dari sikap awalnya yang penuh dengan komitmen. Rut menegaskan kepada Naomi bahwa ia juga bersedia menerima bangsa dan Allah Naomi, seperti kata Rut “bangsamulah bangsaku…Allahmu Allahku” (1:16). Rut siap hidup menurut norma-norma hukum, adat-istiadat, pola hidup, dan bahkan menyembah Allah orang Israel. Rut siap menerima hal-hal sesuai tradisi di tanah leluhurnya Naomi. Ia berkomitmen untuk hidup dan mati di tanah leluhur Naomi. Kemudian, Rut menutup pernyataannya dengan sebuah sumpah demi nama Allah untuk menemani Naomi, “di mana engkau mati, akupun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan” (Ayat 17). Naomi-pun berhenti memaksa Rut untuk kembali ke rumah orangtuanya. Kalimat “dan berjalanlah keduanya” menunjukkan bahwa mereka sepakat untuk meneruskan perjalanan menuju Betlehem tanah leluhur Naomi dan meneruskan hidup mereka dan keduanya berjalan bersama sampai tiba di Betlehem (1:18-19a).
Ayat 19b-22, Ketika Naomi dan Rut tiba di Betlehem, gemparlah seluruh kota itu. Kedatangan mereka menarik perhatian para wanita Betlehem. Mereka bertanya-tanya: “Naomikah itu?” Naomi menanggapi sambutan para wanita Betlehem dengan tidak memanggil dia dengan nama Naomi melainkan Mara. Kata “mara artinya “pahit atau getir.” Naomi menamai dirinya Mara karena menurutnya, TUHAN telah membuat hidupnya sangat pahit. Naomi mengingat bagaimana dia keluar dari Betlehem dengan suami dan kedua anak laki-lakinya untuk mencari makanan. Tetapi sekarang dia kembali ke Betlehem tanpa suami dan kedua anak laki-lakinya. Naomi hanya bisa mengeluh atas tindakan TUHAN yang membuat hidupnya sulit. Namun hal yang indah yang patut dibayangkan bagi Naomi dan Rut, disambut dengan musim menuai jelai di tanah Betlehem (1:22). Keadaan tersebut tentunya menguatkan iman mereka kepada Allah yang selalu memberkati tanah Betlehem sebagai tempat mendapatkan makanan bagi hidup mereka.
Makna dan lmplikasi Firman
1. Providensia/Pemeliharan Allah selalu dinyatakan di tengah penderitaan yang dialami Naomi. Tujuan Allah yang berdaulat kepada umat manusia tetap berjalan. Penderitaan dapat menjadi sarana untuk merealisasikan rencana-Nya. Dalam segala bentuk kegagalan tidak akan menghalangi realisasi rencana Allah kepada umat-Nya, karena anugerah Allah tetap hadir di tengah kondisi yang tidak sesuai dengan harapan manusia, seperti yang diharapkan Elimelekh ketika menghindari kelaparan.
2. Allah mengizinkan kematian dan kelaparan terjadi dan menimpa keluarga Naomi. untuk menggenapi rencana Allah yang luar biasa di masa yang akan datang. Kematian dan penderitaan (kelaparan) berbuah indah karena di tengah penderitaan Naomi, Allah menghadirkan Rut seorang menantu yang terus mendampinginya dalam suka dan duka.
3. TUHAN menyatakan kasih karunia untuk memberikan perlindungan kepada Rut karena Rut memiliki komitmen mengikuti Allah Naomi yang dengan setia dia percayai. Berbeda dengan Orpa walaupun ada desakan dari Naomi untuk kembali ke Moab tetapi ia memang masih mencintai ilahnya, dan berniat untuk pulang ke Moab.
4. Komitmen yang total dari Rut, tanggung jawab, dan kesetiaannya kepada Naomi merupakan wujud nyata kasih yang perlu ditunjukkan dalam hubungan antara menantu dan mertua. Sebagai orang percaya yang menerima kasih Kristus dan wujud-Nya dalam keselamatan perlu mewujudkan kasih setia itu kepada sesama. Perwujudan kasih setia Allah nyata dalam kehidupan Rut yang memercayai Allah Naomi. Hal itu ditunjukkan dengan komitmen dan kesetiaannya mengikuti Naomi sekalipun dalam keadaan duka, penderitaan, dan kepahitan mertuanya, dia tetap setia mengikuti Naomi. Amin.
(mtpjgmim)