Renungan Minggu: 14 – 20 April 2024 – Yesus Kristus Yang Bangkit Adalah Injil Menyelamatkan – I Korintus 15:1-11


Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa kini sudah sangat berkembang, orang dengan mudah dapat mengakses berbagai hal yang ada tanpa terkecuali yang baik dan buruk. Hal ini secara tidak langsung berdampak dalam kehidupan orang percaya, di antaranya “sambil berbaring dapat mendengar khotbah, entah dari pengkhotbah yang sealiran atau tidak”, sehingga terkadang berpengaruh pada pandangan mengenai hal-hal teologis, contohnya kebangkitan. Bila ia setiap hari mendengar pengajaran yang berpendapat Tuhan Allah sudah mati, Yesus Kristus tidak bangkit dari antara orang mati dan lain sebagainya, maka orang tersebut akan mulai bimbang dan pada akhirnya dapat menyangkal tentang kebangkitan Yesus Kristus.

Begitu juga dengan menjamurnya paham sekularisme, lebih mementingkan urusan duniawi dari pada datang kepada Tuhan Allah dan menyembah-Nya. Pada satu pihak, orang lebih suka mencari kesenangan dengan mengunjungi pantai daripada datang beribadah. Kalau ada ibadah pantai/ibadah tasik atau ibadah padang banyak yang pergi, sebaliknya ibadah kolom walau hanya di sebelah rumah tidak hadir dengan berbagai alasan. Di lain pihak, masa kini juga bermunculan ajaran-ajaran/doktrin-doktrin dari beberapa kelompok doa yang meragukan mengenai kebangkitan Yesus Kristus.

Berdasarkan kenyataan-kenyataan ini, maka untuk lebih memperkokoh pemahaman kita mengenai kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, maka diangkatlah tema “Yesus Kristus yang Bangkit adalah Injil Menyelamatkan.”

PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Surat I Korintus 15:1-11 adalah salah satu kitab dalam Perjanjian Baru yang ditulis oleh Rasul Paulus dan dibantu oleh temannya Sostenes (I Korintus 1:1) pada sekitar tahun 55-56 Masehi. Kota Korintus adalah ibu kota Propinsi Akaya. Sebelum Paulus datang ke kota ini sudah ada orang Yahudi menerima Injil yaitu Akwila dan isterinya Priskila. Kedatangan Paulus disambut dan diajak tinggal di rumah mereka dan bekerja sama selaku tukang kemah (Kisah 18:1-4). Keadaan jemaat di Korintus sedang mengalami perpecahan sebagaimana yang diberitahukan oleh orang-orang dari keluarga Kloe. Surat I Korintus dikirim untuk menasihati jemaat yang sedang mengalami perpecahan akibat pertentangan antar golongan
yang menamakan diri pengikut golongan Paulus, Apolos, Kefas dan golongan Kristus (I Korintus 1:10-12).

Rasul Paulus memperingatkan jemaat bahwa kematian Yesus Kristus di kayu salib itulah yang menjadi sentral pemberitaan bukan pada hikmat manusia. Surat I Korintus pasal 15 berisi kata-kata peneguhan dan juga tentang Tuhan Allah yang mengalahkan kuasa kematian (IKor.15:20), dan menjanjikan kehidupan baru serta tubuh “rohani” bagi semua orang yang beriman kepada Yesus Kristus (I Kor. 15:51-54). Surat I Korintus 15:1-11 terbagi dalam tiga pokok pikiran, yaitu:

Pertama, ayat 1-3, oleh Injil kamu diselamatkan. Rasul Paulus mengingatkan jemaat tentang Injil yang ia beritakan dan mereka sudah terima sehingga teguh berdiri. Injil (Yun. Euangelion) yang berarti kabar baik atau berita sukacita. Oleh Injil jemaat diselamatkan. Namun ada kata “asal” kamu teguh berpegang pada pada Injil. Artinya hanya mereka yang berpegang teguh pada Injil yang diselamatkan. Sedangkan yang tidak, menyia-nyiakan untuk menjadi percaya tentunya tidak akan diselamatkan. Hal yang penting diingatkan kepada jemaat ialah apa yang Rasul Paulus terima yaitu Yesus Kristus telah mati karena dosa manusia. Hal ini menunjuk kepada semua orang telah berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Rom. 3:23 ).

Kedua, ayat 4-8, Kebangkitan bukti kemenangan Yesus Kristus. Yesus Kristus telah mati, dikuburkan namun bangkit pada hari ketiga. Mengingatkan jemaat supaya percaya kepada Yesus Kristus yang sungguh-sungguh bangkit sesuai kesaksian kitab suci (Matius 28:5-6). Rasul Paulus mempertegas bahwa kematian Yesus Kristus dan kebangkitan-Nya untuk menyelamatkan semua orang percaya. Dalam pemberitaan Injil, Rasul Paulus tidak merasa paling benar, malahan menyatakan dialah yang paling berdosa (I Tim. 1:15b). Kebangkitan Yesus Kristus bukan berita hoax, tetapi benar adanya. Yesus Kristus telah menampakkan diri kepada banyak orang seperti kepada: Kefas atau Petrus yang dalam Bahasa Aram berarti “batu” Bahasa Yunani disebut “Petra” atau Petrus. Menampakkan diri kepada kedua belas murid-Nya bahkan kepada lebih banyak lagi yaitu kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus. Selanjutnya kepada Yakobus kemudian semua rasul. Dan yang terakhir kepada Rasul Paulus, seperti anak yang lahir sebelum waktunya. Artinya Paulus menempatkan dirinya seperti seorang anak yang lahir sebelum waktunya atau premature namun
sudah mendapat penglihatan ketika Yesus Kristus “menangkap” dan menjadikan dia murid-Nya.

Ketiga, ayat 9-11, penganiaya menjadi pewarta. Rasul Paulus sebelum menjadi pewarta Injil telah menganiaya orang Kristen (Kis. 8:3). Dasar inilah, ia menyatakan diri paling berdosa dan hina dari semua rasul bahkan tidak layak disebut rasul. Kasih karunia Tuhan Allah melampaui akal manusia. Apa yang manusia terima dari pengorbanan Yesus Kristus sesungguhnya tidak layak manusia terima. Yesus Kristus yang telah menerima segala yang buruk seharusnya itulah yang manusia terima. Tetapi Yesus Kristus berkorban supaya manusia boleh menerima semua yang baik dan itulah kasih karunia-Nya. Atas kepercayaan sebagai rasul memberinya motivasi untuk bekerja, melayani lebih keras lagi dari rasul yang lain. Namun hal itu bukan karena kemampuan diri melainkan kasih karunia Tuhan Allah yang telah menyertai dia. Karena itu kepada jemaat diingatkan untuk menyampaikan kabar balk bukan untuk mendapatkan pujian.

Makna dan Implikasi Firman
1. Yesus Kristus yang bangkit adalah Injil yang menyelamatkan dan merupakan bukti yang tak terbantahkan. Karena itu tidak ada alasan yang kuat untuk meragukan
kemahakuasaan Yesus Kristus yang mengalahkan kuasa maut. Pengakuan tersebut tidak cukup hanya diucapkan, tetapi sungguh-sungguh percaya bahwa hidup ini bukan lagi
milik kita melainkan milik Yesus Kristus. Karena itu seluruh hidup kita hanya untuk melakukan kehendak-Nya dan bukan untuk mencari hormat dan pujian yang semu.

2. Gereja diutus ke dalam dunia dan berhadapan dengan berbagai tantangan dan ancaman. Seperti sekularisme atau penduniawian ajaran agama, lebih mementingkan urusan duniawi. Ateisme atau paham tidak ada Tuhan. Radikalisme atau gerakan perubahan disertai dengan tindakan kekerasan. Terorisme atau menggunakan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan. Kemiskinan, kerusakan lingkungan hidup, bencana alam dan non alam. Gaya hidup hedonistis atau kenikmatan duniawi. Sangat mungkin warga gereja terseret dan menyangkal keyakinan imannya kepada Yesus Kristus dan meninggalkan gereja-Nya.

3. Pertumbuhan penduduk dunia yang didukung oleh teknologi digital sangat memungkinkan adanya pertumbuhan aliran-aliran gereja di mana-mana. Begitu banyak orang Kristen membentuk kelompok-kelompok doa dan mencari anggota baru sehingga menimbulkan perpecahan dan permusuhan di antara warga gereja dan pemimpin-pemimpinnya.

4. Gereja di tengah era teknologi digital yang di satu sisi memberi banyak kemudahan dalam mengakses informasi. Namun pada sisi yang lain manakala tidak menggunakannya secara bertanggungjawab, justru akan merusak keutuhan pelayanan, seperti: penyebaran ujaran kebencian dan kejahatan teknologi informasi (cyber crime).

5. Gereja harus lebih intensif mendidik warganya untuk hidup dalam Tuhan dan memberitakan Injil, menanamkan pengajaran yang benar, takut akan Tuhan Allah sebagai sumber hikmat dan pengetahuan. Amin. (mtpjgmim)

Berita Terkait

Top