Renungan Minggu: 10-16 Maret 2024, Matius 26:1-13 Persiapan Penguburan Yesus
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Dunia modern dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan. Dampak dari kehidupan dunia modern mengubah berbagai hal, termasuk pemahaman tentang kebenaran. Kebenaran sejati menjadi mutlak menurut pandangan sebagian orang, apabila hal itu sesuai atau memenuhi unsur kepentingan (lih. Imam-imam kepala dan tua-tua Yahudi).
Dampak negatif perubahan dunia juga terasa dalam kehidupan bergereja. Kasih bukan menjadi yang utama, melainkan cenderung pada sikap dan cara hidup yang individualistis. Hal ini perlu disikapi secara bijak agar memberi nilai bagi pertumbuhan dan perkembangan iman umat Tuhan. Termasuk soal pemberian, baik pemberian persembahan dalam ibadah, maupun pemberian persembahan lain, terutama pemberian diri sebagai persembahan yang hidup dan berkenan kepada Tuhan. Disadari atau tidak, seringkali persembahan hanya sebatas kewajiban liturgis, rasa iba atau demi prestise. Padahal setiap pemberian apapun dalam semua pelayanan gereja disebut persembahan. Antara lain pemberian persembahan puasa diakonal yang dilaksanakan selama ini. Namun, nampaknya hanya sebatas program jemaat, boleh kase, boleh nyanda dan belum menjadi suatu panggilan yang diarahkan sebagai persembahan kepada Tuhan Yesus seperti yang Ia katakan: “…sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku” (Matius 25:45).
Minggu-minggu sengsara bagi kita sebenarnya adalah ruang dan waktu untuk menghayati kasih Yesus Kristus terhadap umat manusia. Karena itu, tema pelayanan minggu ini: “Persiapan Penguburan Yesus”
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Kitab Matius ditulis oleh Matius murid Yesus Kristus yang sebelumnya bernama Lewi. Ia adalah seorang pemungut cukai yang kemudian dipanggil oleh Yesus Kristus untuk ikut bersama-Nya (Matius 9:9, Lukas 5:27). Kitab ini ditulis pada sekitar tahun 60 M dan tempat penulisan di Yudea. Kitab Matius ditulis terutama untuk orang Kristen keturunan Yahudi. Karena itu, Matius menyebut Yesus Kristus sebagai anak Daud, anak Abraham (Matius 1:1), sebagai penggenapan nubuat dalam Perjanjian Lama (Yeremia 23:5, Yesaya 11:1). Perikop Matius 26:1-13 terdiri dari dua bagian yakni, ayat 1-5 tentang pemufakatan dan persekongkolan jahat dari imam-imam kepala dan tua-tua Yahudi untuk membunuh Yesus Kristus; dan ayat 6-13 tentang Yesus Kristus yang diurapi seorang perempuan ketika sedang makan di rumah Simon si kusta di Betania.
Ayat 1-2 Yesus Kristus sebagai Anak Manusia mengingatkan kembali kepada para murid bahwa paskah sudah dekat, sebagai perayaan besar tentang kelepasan nenek moyang mereka dari Mesir. Namun Yesus Kristus mengarahkan mereka pada apa yang akan dialami oleh Anak Manusia. Dengan demikian sangat jelas dalam bagian ini bahwa Yesus Kristus telah menubuatkan tentang penyaliban diri-Nya dan waktunya tinggal dua hari sesudah perkataan-Nya itu. Maksud dari perkataan Yesus Kristus ini sebenarnya untuk mempersiapkan para murid menghadapi peristiwa paskah sekaligus penyaliban-Nya.
Ayat 3-5 Kayafas ditunjuk sebagai Imam Besar di Jerusalem oleh Gubernur Romawi Valerius Gratus sekitar Tahun 18-36 M. Tugasnya ialah mengawasi para Imam yang bertugas di Bait Allah. Tapi juga ia diberi kewenangan oleh pemerintahan Romawi memimpin suatu mahkamah Agama yang terdiri dari para Imam dan tua-tua Yahudi. Pemerintah Romawi memberi kuasa pada mahkamah ini untuk membuat keputusan berkaitan dengan masalah-masalah keagamaan setempat. Oleh karena pengajaran-pengajaran dan mujizat-mujizat Yesus Kristus menimbulkan daya tarik bagi banyak orang dan tak terbantahkan oleh Imam-imam kepala dan tua-tua Yahudi. (Mat. 9:5, 12:11, Mark. 3:4). Untuk membungkam pengaruh kehadiran dan pengajaran serta mujizat-mujizat-Nya, maka muncullah ide untuk menangkap dan membunuh Yesus Kristus dengan tipu muslihat melalui sebuah konspirasi. Keputusan Mahkamah Agama tidak akan melaksanakan penangkapan Yesus Kristus pada saat perayaan Paskah, supaya tidak menimbulkan keributan. Hal ini sebenarnya adalah bukti ketakutan Imam-imam Kepala terhadap orang banyak. Ketakutan mereka bukan hanya terjadi kali ini saja, tetapi sejak awal Yesus Kristus melakukan mujisat-mujisat-Nya. (Matius 21:46, Markus 12:12). Selain itu, mereka tidak mau mencemarkan perayaan Paskah, sebab perayaan yang
dilakukan sekali setahun ini adalah perayaan yang dikuduskan untuk mengingat pembebasan Orang Israel. Perayaan itu biasanya dilakukan secara besar-besaran dengan pengunjung dari Galilea dan Yahudi diaspora dalam jumlah yang sangat banyak.
Ayat 6-7. Sebelum peristiwa perayaan Paskah, Yesus Kristus singgah di rumah Simon si Kusta. Ia melayani Yesus Kristus dan murid-murid-Nya dengan jamuan makan. Perlakuan ini memperlihatkan keramahannya sebagai tuan rumah, sekaligus tanda terima kasih karena is telah sembuh. Ketika Yesus Kristus sedang makan di rumah Simon, datanglah seorang perempuan membawa buli-buli pualam berisi minyak wangi. Kitab Injil Markus mengidentifikasikan bahwa minyak itu adalah minyak narwastu murni yang mahal harganya (Markus 14:3). Kitab Injil Yohanes mengatakan kalau perempuan itu adalah Maria (Yoh 12:7-8). Minyak itu dicurahkan ke atas kepala Yesus Kristus, sebagai tradisi bangsabangsa Timur yang menunjukkan tanda hormat. Juga biasanya dilakukan pada saat pengurapan dan pentahbisan imam dan raja (Kel. 29:7, Im. 8:12,1 Sam 9:16; 10:1).
Ayat 8-9. Apa yang dilakukan perempuan ini menimbulkan rasa tidak suka bahkan marah dari para murid, karena mereka menganggap tindakan ini adalah pemborosan. Minyak narwastu murni adalah minyak wangi yang sangat mahal, yang diperkirakan harga satu buli-buli sama dengan upah pekerja harian dalam setahun, yaitu 300 dinar. (Yoh. 12:5) Alasan murid-murid yang menunjuk pada orang miskin adalah kewajiban orang Yahudi yang harus mendapat perhatian. (Kel. 23:6, Ul. 15:7, Luk. 14:13) Meskipun demikian perempuan itu tetap melakukannya sebagai tanda kasih dan hormat kepada yang diakuinya sebagai raja dan baginya tidak bertentangan dengan kewajiban kepada orang miskin.
Ayat 10-13 Apa yang dilakukan perempuan ini memang membuat murid-murid menjadi gusar dan marah. Tapi Yesus Kristus mengetahui apa yang mereka pikirkan. Karena itu Yesus Kristus mengatakan apa yang dilakukan perempuan itu kepada-Nya merupakan perbuatan baik, sebagai persiapan penguburan-Ku. Dalam tradisi Yahudi, setiap orang yang meninggal sebelum dikuburkan akan diminyaki dan dirempah-rempahi, tetapi Yesus Kristus mati tradisi peminyakan itu tidak dilakukan karena akan memasuki waktu sabat (Luk. 23:54-56), sehingga perbuatan perempuan yang meminyaki kepala Yesus Kristus dapat dianggap sebagai persiapan penguburan-Nya, tetapi terutama sebagai Mesias, Raja yang diurapi.
Makna dan Implikasi Firman
1. Ketika Yesus Kristus mengatakan “Ia membuat persiapan penguburan-Ku”, dalam penghayatan minggu-minggu sengsara mengingatkan kita tidak menempatkan diri
pada dua kondisi : Pertama, hidup jauh dari Yesus Kristus dan seakan tidak mengenal Dia dengan sungguh. Sehingga cenderung terbawa dengan pikiran-pikiran negatif, yang pada akhirnya melemahkan pelayanan gereja sebagaimana para imam dan tua-tua Yahudi. Kedua, merasa dekat dengan Yesus Kristus tapi tidak melakukan apa yang dikehendaki-Nya. Yang ada hanyalah kritik dan menganggap diri sebagai yang paling benar, seperti halnya tindakan para murid terhadap perempuan yang meminyaki Yesus Kristus.
2. Persiapan penguburan Yesus Kristus melalui penghayatan minggu-minggu sengsara seharusnya mendorong gereja Tuhan untuk mengubah serta memperbaharui prilaku dan
cara berpikir. Antara lain tidak hanya mengeritik orang yang memberi, tetapi yang turut juga mengambil bagian dalam memberi, terutama untuk kerja pelayanan gereja sebagai untuk mengimplementasikan kasih Yesus Kristus. Meskipun di dunia modern, termasuk dalam kehidupan bergereja, implementasi kasih terjebak pada gaya hidup hedonis, konsumeris dan konsumtif. Hal ini terlihat antara lain dalam pemberian persembahan. Pemberian persembahan bukan lagi menjadi panggilan untuk bersyukur melainkan menjadi kesempatan untuk pamer jumlah dari pemberian persembahan.
3. Menghayati minggu-minggu sengsara kita diajak untuk belajar dari perempuan yang mengurapi Yesus Kristus yang tanpa memperhitungkan mahalnya minyak yang dipakainya. Perempuan ini menyadari bahwa apa yang ia lakukan kepada Yesus Kristus tidak sebanding dengan kasih-Nya yang telah ia terima. Persiapkan dan berikan yang terbaik bagi Yesus Kristus. Karena setiap pemberian merupakan tanda bagi kita untuk mengambil bagian dalam karya penyelamatan Tuhan Allah. Persiapan penguburan Yesus Kristus sesungguhnya ditandai dengan memberi yang terbaik bagi-Nya. Amin. (mtpjgmim)