Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) di bulan ini, tepatnya pada tanggal 30 September, merayakan HUT Ke-90 GMIM Bersinode. Bersinode berarti berjalan bersama. Dengan berjalan bersama, GMIM yang warganya berasal dari berbagai latar belakang suku, ragam aktifitas dan status sosial di masyarakat, secara bersama terpanggil untuk membangun tubuh Yesus Kristus sekaligus memperkokoh kemandirian dan keesaan gereja. GMIM sebagai organisasi yang dihadirkan oleh Tuhan Allah di tengah-tengah dunia ini berjuang mewujudkan amanat agung Yesus Kristus yaitu kerajaan damai sejahtera. Patut disyukuri, banyak warga GMIM dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dianugerahi kesempatan oleh Tuhan Allah untuk berpartisipasi aktif dalam berbagai aspek kehidupan.
GMIM baik sebagai institusi maupun orang perorang, oleh Roh Kudus telah dilengkapi dengan rupa-rupa karunia rohani. Keaneka-ragaman karunia ini dimaksudkan agar penerimanya secara terampil melaksanakan tugasnya untuk bersekutu, bersaksi, dan melayani. Persoalan dalam bergereja, orang mudah terjebak dalam tindakan memamerkan karunia, talenta, bakat, potensi diri yang dimiliknya. Padahal, semua hal baik itu tidak boleh disombongkan karena berasal dari Tuhan Allah. Misalnya, ada yang menganggap tanggungjawabnya di gereja sebagai Pelayan Khusus jauh lebih mulia dari jabatan gerejawi lainnya. Demikian pula ada orang yang merasa hebat dalam berbicara, berkhotbah, dan menata organisasi lalu kemudian meremehkan sesama rekan pelayannya. Juga ada Pelayan Tuhan yang justru acuh tak acuh dengan tanggung jawab pelayanannya. Berkaitan dengan ini, maka perenungan kita di minggu ini akan dituntun oleh tema “Rupa-rupa Karunia tetapi Satu Roh untuk Kepentingan Bersama”
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Korintus adalah sebuah kota di Yunani, yang terletak di dataran seluas 5 km yang memisahkan laut Aegea dan Laut Adriatik. Di zaman Yunani Kuno, Korintus adalah bagian dari Makedonia, merupakan kota perdagangan dan industri, khususnya keramik (bahan tembikar). Kota ini bereputasi ‘liar’ karena ada banyak teater, pasar dan kuil-kuil agama penyembahan berhala. Terdapat kuil Asklepius, yang dalam mitologi Yunani dikenal sebagai dewa pengobatan atau penyembuhan. Ada pula kuil Afrodite, dewi asmara. Pelayanan kepada Afrodite, dilakukan oleh para imam perempuan yang sebenarnya adalah para pelacur. Aktifitas mereka pun telah menimbulkan perbuatan imoralitas. Kota ini kemudian dihancurkan pada tahun 146 SM oleh orang-orang Roma. Di tahun 46 SM, kaisar Roma, yakni Agustus membangunnya kembali dan dijadikan ibukota untuk propinsi baru, Akhaya. Lalu, ditugaskan seorang wali negeri untuk memimpin kota.
Surat 1 Korintus ditulis oleh rasul Paulus saat sedang berada di Efesus (1 Kor.16:8), sekitar tahun 53 s/d 57M. Paulus menulis surat ini, karena mendapat kabar kurang baik dari keluarga Kloe, di mana ada perselisihan yang menimbulkan perpecahan dalam jemaat (1:11-12). Tujuan dari surat ini, untuk memberi jawaban terhadap berbagai pertanyaan tentang iman Kristen. 1 Korintus 12:1-11 berisikan penjelasan Paulus tentang “Karunia-karunia Roh”. Orang Kristen di Korintus telah menerima anugerah dari Tuhan Allah (bdk.1:4) dan tidak kekurangan karunia (bdk.1:7;II Kor.8:7). Hanya saja, telah terjadi penyalagunaan karunia dan kesombongan rohani. Penyebabnya, karena ada golongan yang menganggap diri sebagai “orang rohani”.(1 Kor.14:37). Mereka membanding-bandingkan karunia, dengan menganggap karunia nubuat dan bahasa lidah lebih baik dari pada karunia yang lain (1 Kor.14).
Ayat 1 “Sekarang tentang karunia-karunia Roh (Yun. Pneumatikos: pemberian-pemberian yang; rohani/ bersifat roh/berkenaan dengan roh). Paulus bermaksud menjelaskan tentang persoalan karunia rohani dan meminta jemaat memperhatikannya. “Aku mau saudara-saudara supaya kamu mengetahui kebenarannya.” Bahasa aslinya sebenarnya bernada menegur “ou phelo umas agnoein” (aku tidak mau kamu tidak mengetahui yang sebenarnya).
Hal pertama yang diuraikan Paulus, ayat 2- 3, mengenai perbandingan antara pengalaman agama kafir yang menyembah berhala-berhala bisu dengan iman Kristen. Kepercayaan kafir sering menawarkan kenikmatan duniawi seperti perilaku seks bebas dan pesta pora. Sebelum menjadi percaya, orang Kristen di Korintus sangat terikat dan tidak bisa menolak pada hawa nafsu tersebut. Paulus juga menemukan, bahwa orang Korintus pernah terpesona (ekstase) terhadap ilham agama kafir, yakni semacam mengalami kesurupan. Dalam keadaan ekstase itu, tanpa sadar mereka berkata “terkutuklah Yesus!”. Orang-orang Kristen pun diingatkan bahwa apa yang dialami ketika menjadi pengikut Yesus Kristus tidaklah sama dengan gajala-gejala sewaktu mereka masih kafir. Baginya pekerjaan Roh Kudus mempunyai hubungan yang erat dengan pengakuan Yesus Kristus sebagai Tuhan. Sementara bagi kepercayaan terhadap berhala-berhala, nama Yesus Kristus sebagai Tuhan tidak pernah diakui.