Renungan Minggu: 1 – 7 September 2024 – Rupa-Rupa Karunia tetapi Satu Roh Untuk Kepentingan Bersama – 1 Korintus 12:1-11


ALASAN PEMILIHAN TEMA

Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) di bulan ini, tepatnya pada tanggal 30 September,  merayakan  HUT  Ke-90 GMIM Bersinode. Bersinode berarti berjalan bersama. Dengan berjalan bersama, GMIM yang warganya berasal dari berbagai latar belakang suku, ragam aktifitas dan status sosial di masyarakat, secara bersama terpanggil untuk membangun tubuh Yesus Kristus sekaligus memperkokoh kemandirian dan keesaan gereja. GMIM sebagai organisasi yang dihadirkan oleh Tuhan Allah di tengah-tengah dunia ini  berjuang mewujudkan amanat agung Yesus Kristus yaitu  kerajaan damai sejahtera. Patut disyukuri, banyak warga GMIM dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dianugerahi kesempatan oleh Tuhan Allah untuk berpartisipasi aktif dalam berbagai aspek kehidupan.

GMIM baik sebagai institusi maupun orang perorang, oleh  Roh Kudus  telah dilengkapi dengan rupa-rupa karunia rohani. Keaneka-ragaman karunia ini dimaksudkan agar penerimanya secara terampil melaksanakan tugasnya untuk bersekutu, bersaksi, dan melayani.  Persoalan dalam bergereja, orang mudah terjebak dalam tindakan memamerkan karunia, talenta, bakat, potensi diri yang dimiliknya. Padahal, semua hal baik itu tidak boleh disombongkan karena berasal dari Tuhan Allah.  Misalnya, ada yang menganggap tanggungjawabnya di gereja sebagai Pelayan Khusus jauh lebih mulia dari jabatan gerejawi lainnya. Demikian pula ada orang yang merasa hebat dalam  berbicara, berkhotbah, dan menata organisasi lalu kemudian meremehkan sesama rekan pelayannya. Juga ada Pelayan Tuhan yang justru acuh tak acuh dengan tanggung jawab pelayanannya.  Berkaitan dengan ini, maka perenungan kita di minggu ini akan dituntun oleh tema “Rupa-rupa Karunia tetapi Satu Roh untuk Kepentingan Bersama”

PEMBAHASAN TEMATIS

Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)

Korintus adalah sebuah kota di Yunani, yang terletak di dataran seluas 5 km yang memisahkan  laut  Aegea dan Laut Adriatik. Di zaman Yunani Kuno, Korintus adalah bagian dari Makedonia, merupakan kota perdagangan dan industri, khususnya keramik (bahan tembikar). Kota ini  bereputasi  ‘liar’ karena ada banyak teater, pasar dan kuil-kuil agama penyembahan berhala. Terdapat  kuil Asklepius, yang dalam mitologi Yunani dikenal sebagai dewa pengobatan atau penyembuhan.  Ada pula kuil Afrodite, dewi asmara. Pelayanan kepada Afrodite, dilakukan oleh para imam perempuan  yang sebenarnya adalah para pelacur. Aktifitas mereka pun telah menimbulkan perbuatan imoralitas. Kota ini kemudian dihancurkan pada tahun 146 SM oleh orang-orang Roma. Di tahun 46 SM, kaisar Roma, yakni Agustus membangunnya kembali dan dijadikan ibukota untuk propinsi baru, Akhaya. Lalu, ditugaskan seorang wali negeri untuk memimpin kota.

Surat 1 Korintus ditulis oleh rasul Paulus saat sedang berada di  Efesus  (1 Kor.16:8), sekitar  tahun 53 s/d 57M.    Paulus   menulis surat ini, karena  mendapat kabar kurang baik dari keluarga Kloe, di mana ada perselisihan yang menimbulkan perpecahan  dalam jemaat (1:11-12). Tujuan dari surat ini, untuk memberi jawaban terhadap berbagai pertanyaan tentang iman Kristen. 1 Korintus 12:1-11 berisikan penjelasan  Paulus   tentang  “Karunia-karunia  Roh”. Orang Kristen di Korintus telah menerima anugerah dari Tuhan Allah (bdk.1:4) dan tidak kekurangan karunia (bdk.1:7;II Kor.8:7). Hanya saja, telah terjadi  penyalagunaan karunia dan kesombongan rohani.  Penyebabnya, karena ada golongan yang menganggap diri sebagai “orang rohani”.(1 Kor.14:37). Mereka membanding-bandingkan karunia, dengan  menganggap karunia nubuat dan bahasa lidah lebih baik dari pada karunia yang lain (1 Kor.14).

Ayat 1 “Sekarang tentang karunia-karunia Roh (Yun. Pneumatikos: pemberian-pemberian yang; rohani/ bersifat roh/berkenaan dengan roh). Paulus bermaksud menjelaskan tentang persoalan karunia rohani dan  meminta jemaat memperhatikannya.  “Aku mau saudara-saudara supaya kamu mengetahui kebenarannya.”  Bahasa aslinya  sebenarnya bernada  menegur “ou phelo umas agnoein” (aku tidak mau kamu tidak mengetahui yang sebenarnya).

Hal pertama yang diuraikan Paulus, ayat 2- 3, mengenai perbandingan antara pengalaman agama kafir  yang menyembah berhala-berhala bisu dengan iman Kristen. Kepercayaan kafir sering menawarkan kenikmatan duniawi seperti perilaku seks bebas dan pesta pora. Sebelum menjadi percaya, orang Kristen di Korintus sangat  terikat dan tidak bisa menolak pada hawa nafsu tersebut.   Paulus juga menemukan, bahwa orang Korintus pernah terpesona (ekstase) terhadap ilham agama kafir, yakni  semacam mengalami kesurupan. Dalam keadaan ekstase itu, tanpa sadar  mereka berkata “terkutuklah Yesus!”. Orang-orang Kristen pun diingatkan bahwa apa yang dialami ketika menjadi pengikut Yesus Kristus tidaklah sama dengan gajala-gejala sewaktu mereka masih kafir. Baginya pekerjaan Roh Kudus mempunyai hubungan yang erat dengan pengakuan Yesus Kristus sebagai Tuhan. Sementara bagi kepercayaan terhadap berhala-berhala, nama Yesus Kristus sebagai Tuhan tidak  pernah diakui.

Kemudian Paulus menjelaskan tentang bentuk-bentuk dan sumber dari ilham Kristen itu sendiri. Ayat 4, Paulus mengganti kata “karunia-karunia Roh” (pneumatikos)’ dengan istilah rupa-rupa karunia (kharismata: anugrahan). Jemaat di Korintus senang membicarakan hal-hal yang bersifat “rohani”, tetapi melupakan sumber semuanya itu. Sebenarnya karunia bukanlah ciri khas istimewa yang dimiliki oleh beberapa orang yang rohani, melainkan pemberian yang diterima dari Tuhan Allah.  Karunia-karunia itu dibagi kepada jemaat-jemaat Kristen, oleh Roh yang sama. Dasar pemberian karunia adalah anugerah  Tuhan Allah dan setiap karunia rohani diperlukan untuk kepentingan Jemaat.

Ayat 5, kata pelayanan, dipakai dalam kaitan dengan tugas di tengah-tengah jemaat, baik yang jasmani (bdk.Kis.6:1-4) maupun yang rohani (bdk.2 Kor.5:18). Kata pelayanan, oleh Paulus menjadi setingkat dengan karunia-karunia Roh. Dengan begitu, baik ‘karunia’ maupun ‘pelayanan’ tidak dimaksudkan untuk kehormatan orang yang menerimanya, tetapi untuk melayani  sesama.   Semua karunia rohani dan pelayanan dalam jemaat, adalah wujud dari pekerjaan Tuhan Allah yang dikerjakan melalui semua orang, ayat 6.

Tuhan Allah terus berkarya dalam jemaat, melalui bermacam cara (karunia, pelayanan dan pekerjaan). Ayat 7-11, Paulus memberikan beberapa contoh peran Roh berhubungan dengan karunia. Ayat 7, menjelaskan bahwa perwujudan Roh diberikan kepada setiap orang percaya demi kebaikan seluruh jemaat.

Ayat 8-10 berisikan sembilan contoh karunia yang diberikan oleh Roh. Susunan daftar ini sebenarnya mempunyai unsur polemik. Jemaat sering membanding-bandingkan karunia Rohani. Paulus pun menekankan  semua karunia roh  penting dan  harus dimengerti dalam konteks semua itu adalah perwujudan Roh Allah. Karunia pertama: perkataan hikmat (logos sofias: berbicara dengan kebijaksanaan). Roh menyatakan diri dalam komunikasi hikmat Tuha Allah kepada orang lain. Hikmat diperoleh melalui belajar atau dari pernyataan Tuhan Allah, namun dia baru berguna kalau digunakan untuk kepentingan bersama. Intinya hikmat yang dimaksudkan, bukanlah hal duniawi melainkan yang berasal dari Tuhan Allah (1 Kor.2:6-10). Tujuannya untuk mengerti fakta-fakta yang sudah diketahui dan menerapkannya ke dalam  keadaan tertentu. Karunia kedua:  perkataan pengetahuan (logos gnoseos: pengajaran). Karunia ini adalah kemampuan yang diberikan Roh Kudus untuk  mengucapkan pengetahuan yang dibutuhkan dalam situasi tertentu dengan tepat dan jelas. Karunia ketiga: iman (Pistis: percaya). Karunia ini bisa diartikan iman yang menaati dan mempercayai Tuhan Allah, walaupun diperhadapkan dengan perlawanan dan penderitaan yang luar biasa. Karunia keempat:   menyembuhkan. Penerima karunia ini tidak diberi kuasa untuk menyembuhkan dengan sembarangan. Dia tidak seperti dukun Kristen, melainkan diberikan kesanggupan untuk menyembuhkan sewaktu-waktu sesuai ketentuan Roh. Karunia kelima: kuasa mengadakan mujizat  (Dunamis:  kekuatan,  kesanggupan, keajaiban).  Kata mujizat adalah suatu peristiwa luar biasa yang menyatakan kuasa Tuhan Allah. Tujuan mujizat bukan untuk menentang atau merombak hukum-hukum yang berlaku dalam alam semesta, tetapi untuk mengingatkan manusia kepada Dia yang menciptakan alam semesta dan tetap berkuasa atasnya.  Karunia keenam, nubuat (profeteia : memberitahukan rencana-rencana Allah). Karunia ini berarti menyampaikan berita dari Tuhan Allah kepada umat-Nya. Untuk mengetahui kebenaran sebuah nubuat, Tuhan Allah juga memberikan karunia ke ketujuh, yakni membedakan bermacam-macam roh (diakriseis pneumation: kesanggupan membedakan  karunia). Karunia ini dihubungkan secara khusus dengan nubuat, yang berfungsi untuk dapat membedakan nubuat yang benar dan nubuat yang palsu. Karunia kedelapan: berkata-kata dengan bahasa roh (gene glosson: berbagai bahasa lidah). Orang yang berbicara dengan bahasa lidah berbicara bukan kepada manusia tetapi kepada Tuhan Allah (1 Kor.14:2).  Biasanya yang keluar dalam bahasa lidah tidak dimengerti oleh pendengarnya maupun oleh pembicaranya sendiri. Bahasa yang diucapkan dalam ibadah harus ditafsir supaya pesannya berguna. Karunia kesembilan: menafsirkan bahasa roh (hermeneia: sanggup menerangkan). Penafsiran bukan dalam arti menafsir mimpi atau kitab suci, melainkan menafsirkan bahasa roh.

Ayat 11, dimulai dengan kalimat ‘tetapi semuanya ini’ menekankan bahwa bukan hanya karunia nubuat dan bahasa lidah, namun semua karunia yang telah didaftarkan merupakan perwujudan Roh. Pengulangan kata ‘kepada setiap orang’ di ayat 7, mengingatkan bahwa masing-masing orang percaya diberikan perwujudan Roh  (1 Kor.7:7b). Frasa  ‘seperti yang Dia (Roh)  kehendaki’ menekankan bahwa orang percaya tidak memilih karunia mana yang akan diberikan kepadanya, karena pembagian karunia-karunia ditentukan oleh kehendak Roh (bdk.Ibr.2:4). Karena itu orang yang mendapat suatu karunia tidak boleh sombong, sebab pemberian itu didasarkan pada anugerah, bukan jasa. Semuanya penting, tidak ada yang lebih mulia atau kurang baik.

Makna dan Implikasi Firman

• Ada rupa-rupa karunia rohani dalam persektuan orang percaya. Karunia rohani itu merupakan wujud dari pekerjaan Roh Kudus. Karena itu gunakan karunia Roh itu untuk  membangun tubuh Yesus Jangan menyalah-gunakannya, misalnya memamerkan karunia rohani  demi  mengejar popularitas  dan mencari keuntungan duniawi.

• Semua karunia rohani berasal dari Tuhan Allah yang sama. Jangan terjebak pada sikap membanding-bandingkan dengan berbagai karunia rohani. Apalagi mengklaim karunia yang satu lebih unggul dari karunia yang lain. Karena pemberian karunia itu bersifat anugerah, maka dihadapan Tuhan Allah semua karunia sama kedudukan dan nilainya. Misalnya, karunia berbahasa roh tidak lebih utama dari karunia hikmat. Demikian pula jangan menganggap karunia menyembuhkan lebih berguna dari karunia iman.

• Sembilan karunia rohani yang ditulis Paulus dalam suratnya, tidak dimaksudkan untuk membatasi jumlah karunia. Karunia rohani itu beragam, sangat banyak dan tidak dapat dibatasi. Dicatat dalam Keluaran 31:3 “telah Kupenuhi dia dengan Roh Allah, dengan keahlian dan pengertian dan pengetahuan,  dalam segala macam pekerjaan. Pada ayat ini, Roh Kudus menganugerahkan keahlian, pengertian dan pengetahuan. Ini berarti segala bentuk keahlian (talenta), pengertian dan pengetahuan adalah buah dari karunia rohani. Jangan simpan anugerah itu, melainkan difungsikan ke dalam segala bentuk pekerjaan. Dampak dari semua itu, ialah kehidupan kita akan makin diberkati.

• GMIM sebagai institusi dipanggil untuk melaksanakan amanat Yesus Kristus sebagai misi gereja. Inti amanat itu ialah memuridkan semua orang dengan cara mengajar sampai mereka melakukan ajaran dan teladan Yesus Ini berarti, setiap warga gereja patut memaksimalkan karunia-karunia rohani yang dianuegrahkan Tuhan Allah demi kepentingan pelayanan jemaat atau pembangunan tubuh Yesus Kristus dan berpartisipasi aktif pada segala bidang kehidupan bagi kemajuan bangsa dan negara. Amin. (mtpjgmim)

Berita Terkait

Top