Renungan Harian: Senin 9 September 2024, Kejadian 22:4-5 Melihat Jawaban: Harapan Dalam Ketaatan
Kejadian 22 : 4-5
Ketika pada hari ketiga Abraham melayangkan pandangnya, kelihatanlah kepadanya tempat itu dari jauh. Kata Abraham kepada kedua bujangnya itu: “Tinggallah kamu di sini dengan keledai ini; aku beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan sembahyang, sesudah itu kami kembali kepadamu.”
Pernahkah kita melakukan suatu perintah, entah itu dari atasan, orang yang disegani, ataupun dari orangtua kita, yang sebenarnya berat hati dan sulit untuk dilakukan? Di dunia yang penuh dengan system, aturan dan hukum ini, kita seringkali terjebak dalam keadaan yang memaksa untuk melakukan apa yang tidak kita inginkan dan harapkan, ataupun sesuatu yang membuat kita tidak nyaman. Bahkan seringkali, hal yang sulit kita dapatkan maupun yang telah lama kita perjuangkan harus kita korbankan demi perintah tersebut.
Firman Tuhan, ayat 4; menyatakan bahwa pada hari ketiga perjalanan Abraham, ia melihat tempat yang dimaksudkan Allah kepadanya untuk menjadi tempat mempersembahkan korban bakaran. Tiga hari perjalanan adalah waktu yang panjang, mungkin dalam kurun waktu itu Allah memberi kesempatan bagi Abraham untuk berpikir. Apakah Abraham rela mempersembahkan anaknya atau sebaliknya ia tidak rela? Lalu Abraham melayangkan pandangannya, dan kelihatanlah kepadanya tempat untuk mengorbankan anaknya. Ia tidak mundur atau gentar melainkan dengan kesadaran penuh ia melanjutkan perjalanannya. Untuk mempersembahkan Ishak, ia tidak mengikutsertakan para bujang ke puncak gunung agar mereka tidak menjadi saksi dan pengorbanan anaknya dan juga tidak menghalanginya untuk taat kepada Tuhan dengan mempersembahkan Ishak.
Sebagai manusia, seringkali mengeluh tentang Allah yang tidak menjawab doa dan pergumulan yang dihadapi. Kita sering merasa tidak dapat melihat campur tangan Allah dalam permasalahan kita. Namun. sadarkah kita bahwa, bahkan tanpa kita minta sekalipun, Allah selalu memberi dan melakukan yang terbaik kepada umat-Nya. Ada lirik lagu: “Waktu Tuhan pasti yang terbaik”. Hanya saja, mata kita sering tertutup dengan dosa, kekuatiran dan keraguan, sehingga membuat kita tidak mampu melihat jawaban dan petunjuk Tuhan atas doa dan masalah kita yang sebenarnya sudah di depan mata kita. Untuk itu sebagai keluarga kristen man kita tetap menaruh pengharapan dan keyakinan kepada Allah sekalipun diperhadapkan dengan situasi sulit dan berat. Dengan iman, kiranya kita dimampukan oleh Allah untuk dapat melihat setiap petunjuk dan maksud-Nya dalam kehidupan kita. Amin.
Doa: Ya Tuhan sumber pengharapan, saat ini kami datang bersyukur sebab Engkau setia menjaga dan melindung kami. Engkau sumber segala sesuatu, berkatilah kami supaya mampu memahami kasih-Mu. Amin. (rhkgmim)