Renungan Harian: Senin, 26 Agustus 2024 – Filipi 4:11-12 – Memaknai Kekurangan dan Kelimpahan


Filipi 4:11-12 

(11) Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. (12) Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan.

Memaknai Kekurangan Dan Kelimpahan

Ada ungkapan yang berkata “kita tidak benar-benar memahami situasi atau kondisi seseorang sebelum hal itu terjadi pada kita”. Ini menjelaskan ada banyak orang hanya mampu berkata dan memberi penilaian terhadap suatu kondisi kehidupan dari orang lain. Padahal ia tidak merasakan dan mengalaminya. Hanya orang yang telah merasakan dan mengalami kondisi tersebut, dia pasti mampu berbagi dan memberi kekuatan kepada orang lain yang mengalami hal yang sama. Begitu pula dalam soal kekurangan dan kelimpahan, banyak orang memiliki versi yang berbeda dalam memaknai dan merespon, bagi yang mengalaminya tahu pasti dampak dari dua hal tersebut. Tetapi bagi yang belum pernah mengalami tentu reaksi dan penilaiannya juga berbeda.

Firman Tuhan saat ini, merupakan lanjutan ungkapan sukacita Paulus atas perhatian jemaat padanya. Dimana ia bersukacita bukan karena ia dalam kekurangan, walaupun ia menderita kekurangan dan kelaparan karena di penjara. Sungguhpun demikian, Paulus tidak merasa susah dan kuatir malahan ia bersukacita. Alasannya, dia telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. Jadi, kunci untuk merasa cukup dalam segala keadaan adalah belajar. Penekanannya untuk mencukupkan diri dalam segala keadaan tidak terjadi secara natural (alamiah), apalagi spontan tapi melalui proses dan pengalaman iman. Melalui belajar, Paulus tahu apa itu kekurangan dan apa itu kelimpahan”. Kata ‘ia tahu’ ini diperoleh lewat pengalaman hidupnya, maka ia telah belajar memaknai dan menikmatinya. Bukan ia tahu secara teori melalui wawancara dan penelitian. Ia tahu karena ia sendiri telah merasakan dan mengalaminya. Kata kekurangan, Paulus berada dalam kesulitan dengan kekurangan makanan dan kebutuhan hidup lainnya. Dan kelimpahan, dimana Paulus terpenuhi kebutuhannya. Dua keadaan tersebut telah menjadi pelajaran penting dalam pelayanannya dan menjadi pengalaman iman untuk menguatkan jemaat. Sehingga Paulus katakan; “Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan.”

Belajar dari Paulus, dimana ia tidak mau mengeksploitasi kekurangannya untuk memperoleh belas kasihan dari siapapun. Begitu pula dalam kelimpahannya, ia berbagi dalam pelayanan. Inilah yang harus orang percaya maknai dan jadikan sebagai kekuatan iman ketika ada dalam kekurangan dan kelimpahan. Sebab ada orang yang mengutamakan dan menjadikan materi sebagai tujuan hidup. Sehingga ketika ia kelimpahan, sering orang berkata ia diberkati, maka ia dipuji dan dihormati. Jika ada yang hidup dalam kekurangan, orang berkata dia tidak diberkati. Maka ia sering tidak dihargai, dan tidak mendapat pelayanan. Benarkah demikian? Firman saat ini mengajarkan kepada kita bahwa kekurangan dan kelimpahan merupakan siklus kehidupan yang bisa dialami oleh siapa saja. Namun yang terpenting bagaimana dia belajar dari kondisi tersebut, bagaimana dia melatih untuk mencukupkan diri dalam kekurangan atau kelimpahan, serta bagaimana imannya bertumbuh dalam dua situasi itu sehingga ia menjadi berkat bagi kehidupan. Amin.

 Doa : Ya Tuhan mampukan kami untuk belajar dari kekurangan dan kelimpahan hidup untuk mampu mencukupkan diri sehingga iman kami bertumbuh dan menjadi berkat bagi sesama . Amin. (rhkgmim)

Berita Terkait

Top