Renungan Harian: Senin 18 Maret 2024, Lukas 22:48 – Ciuman Maut
Lukas 22 : 48
Maka kata Yesus kepadanya: “Hai Yudas, engkau menyerahkan Anak Manusia dengan ciuman?”
Kita tentunya bersyukur saat ini boleh beribadah bersama di tengah-tengah berbagai tanggung-jawab yang Tuhan Allah anugerahkan. Ketika Yudas Iskariot mendekati dan mencium Yesus Kristus, kata-Nya, “Hai Yudas, engkau menyerahkan Anak Manusia dengan ciuman?” Yudas Iskariot tentunya merasa terkejut, sebab rencananya sudah diketahui oleh Yesus Kristus, bahwa orang yang akan diciumnya Dialah yang harus ditangkap oleh prajurit yang bersama dengan dia. Dengan sebuah ciuman, Yudas Iskariot menyerahkan Yesus Kristus untuk dihakimi dan dijatuhi hukuman mati.
Ciuman yang sebenarnya menjadi tanda persahabatan dan persaudaraan yang sangat erat, antara murid dan Guru, sekarang menjadi sebuah ciuman maut. Yudas Iskariot mencium Yesus Kristus dengan maksud untuk menyerahkan-Nya kepada para imam-imam Kepala dan kepala-kepala pengawal Bait Allah sesuai kesepakatan yang sudah mereka buat. Untuk itu ia diberikan sejumlah uang untuk melaksanakan misi ini (Luk. 22:4-6). Yesus Kristus mengetahui bahwa murid-Nya itu akan menyerahkan-Nya dengan sebuah ciuman, ciuman yang kemudian berujung pada penyaliban-Nya di kayu salib. Yudas Iskariot tidak lagi memperlihatkan kasih sayangnya yang tulus kepada Gurunya, karena hatinya sudah dikuasai oleh iblis (Luk. 22:3). Sehingga ia tidak dapat berkata-kata lagi setelah Yesus Kristus menyapanya. Ia sudah terlanjur memberi tanda kepada para prajurit untuk menangkap-Nya. Ia tidak dapat menarik lagi kesepakatan dengan imam-imam Kepala. Bagaikan pepatah “nasi sudah menjadi bubur”, segala sesuatu sudah terjadi tanpa bisa dirubah lagi.
Kita belajar dari bagian Firman yang direnungkan hari ini untuk selalu berhati-hati dalam bertindak supaya tidak membuat kita menyesal di kemudian hari. Mungkin dengan cara kita mengekspresikan rasa sayang atau cinta kita kepada anggota keluarga, sahabat dalam bentuk “ciuman” bukan dengan tujuan baik tapi menjatuhkan. Belajarlah untuk tetap setia satu sama lain yang dimulai dari keluarga, suami yang mengasihi istri, istri yang mengasihi suami. Orangtua yang mengasihi anak-anak dan anak-anak yang menghormati orangtua. Di masa-masa kita menghayati sengsara Yesus Kristus, marilah kita saling mengasihi satu dengan yang lain dengan cinta kasih Yesus Kristus. Sebagaimana Ia yang rela berkorban dan mati untuk menyelamatkan kita, kita juga terpanggil untuk menyaksikan kasih Yesus Kristus ini kepada setiap orang yang kita jumpai. Yesus Kristus memberkati, Amin.
Doa: Ya Yesus Kristus, kami bersyukur untuk kasih-Mu yang menyelamatkan kami. Ajar kami terus untuk saling mengasihi satu dengan yang lain dengan kasih yang tulus. Amin. (rhkgmim)