Renungan Harian: Selasa 10 September 2024, Kejadian 22:6-10 Bukti Iman Abraham


Kejadian 22 : 6-10

Lalu Abraham mengambil kayu untuk korban bakaran itu dan memikulkannya ke atas bahu Ishak, anaknya, sedang di tangannya dibawanya api dan pisau. Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama. Lalu berkatalah Ishak kepada Abraham, ayahnya: “Bapa.” Sahut Abraham: “Ya, anakku.” Bertanyalah ia: “Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?” Sahut Abraham: “Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku.” Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama. Sampailah mereka ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Lalu Abraham mendirikan mezbah di situ, disusunnyalah kayu, diikatnya Ishak, anaknya itu, dan diletakkannya di mezbah itu, di atas kayu api. Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya.

Ketulusan dan kejujuran seseorang tidak dapat dinilai dan dibuktikan hanya melalui kata-kata atau janji saja. Semua orang dapat dengan mudah mengatakan cinta ataupun janji untuk setia, namun tidak semua orang dapat membuktikan perkataannya itu. Begitu pula dalam iman kepada Allah, banyak orang mengaku percaya tetapi tidak taat melakukan perintah-Nya. Di saat senang, imannya pada Allah tidak ada karena ia hanya mengandalkan dirinya tapi di saat susah imannya baru muncul. Itulah realitas yang sering terjadi dalam kehidupan warga gereja.

Firman Tuhan saat ini, ayat 6; lalu Abraham mengambil kayu untuk korban bakaran itu dan memikulkannya ke atas bahu Ishak, anaknya, sedang di tangannya dibawanya api dan pisau. Demikianlah keduanya betjalan bersama-sama. Ishak melihat bahwa ayahnya tidak mempersiapkan seekor binatang pun untuk dibawa ke bukit guna dijadikan korban bakaran. Dapat dipastikan bahwa Ishak tentu bertanya-tanya dalam perjalanan, sebab tidak ada seekor binatang pun yang akan dikorbankan. Untuk menjawab rasa penasarannya. Ishak memberanikan diri bertanya kepada bapanya: “Di mana anak domba untuk korban bakaran?” Mendengar pertanyaan itu. Abraham hanya menjawab bahwa “Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya. anakku.” Inilah jawaban iman, semua bergantung pada kehendak-Nya. Juga jawaban ini sebagai cara supaya Ishak tidak lari ketakutan. Perjalanan pun terus berlanjut sampai mereka tiba di bukit yang ditunjukkan Allah. Lalu Abraham mendirikan mezbah dan siap mempersembahkan anaknya, Ia mengikat Ishak dan ia hanya diam dan tidak berontak. Abraham mengambil pisau dan siap untuk menyembelih anaknya. Abraham dengan totalitas membuktikan iman dan ketaatannya kepada Allah. Imannya dibuktikan bukan hanya lewat kata-kata, tetapi juga melalui tindakan. Imannya tidak digoyahkan oleh keraguan dan kebimbangan, namun dengan kepercayaan penuh.

Firman Tuhan saat ini, membuktikan tentang iman yang bekerja dalam diri Abraham. Iman yang diwujudkan dalam ketaatan menjalankan perintah Allah. Sebagai orang percaya, seringkali ketika kita berada dalam situasi atau keadaan hidup yang baik dan stabil, banyak kali kita tidak lagi mengandalkan Allah. Kita hanya mengandalkan diri sendiri, kekuatannya, dan apa yang dimilikinya. Dia tahu semua yang diperoleh hanya karena usaha dan kehebatannya. Namun ketika berada di situasi sulit baru ia tahu ada Allah, imannya barn muncul, ketaatan mulai dinyatakan. Itulah manusia. Padahal iman kepada Allah harus dibuktikan dalam segala sesuatu atau dalam keadaan apapun; susah atau senang, sehat atau sakit, dukacita atau sukacita, dan sebagainya. Mari kita belajar untuk memiliki iman yang teguh kepada Allah. Iman itu bukan hanya dinyatakan melalui kata-kata, melainkan juga dalam tindakan yang nyata. Di dalamnya, disertai dengan ketaatan dan kepercayaan yang penuh. Amin.

Doa: Ya Allah ampunilah kami sebab terkadang kami tidak mampu melakukan kehendak-Mu. Iman kami kadang goyah, kuatkan supaya mampu melakukan kehendak-Mu. Amin. (rhkgmim)

Berita Terkait

Top