Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya.
Karunia Rohani Adalah Anugerah Bukan Jasa
Dalam pelayanan-Nya, Tuhan Yesus turut didampingi para murid. Semua murid dekat dengan-Nya. Suatu ketika, timbul pertengakaran di antara para murid. Persoalannya sangat prinsip yakni siapakah yang terbesar di antara mereka. Para murid ingin bertanya pada Tuhan Yesus, namun mereka segan untuk mengatakannya. Tuhan Yesus tahu apa yang diributkan mereka. Pada akhirnya, perdebatan mereka dapat dilerai dan diatasi. Tuhan Yesus mengingatkan mereka tentang pentingnya menjadi pelayan bagi semua orang, karena itulah yang paling utama (Mrk. 9:33-37).
Dari kisah itu, tersirat bahwa para murid, terjebak dalam perasaan siapa yang nomor satu diantara mereka. Perdebatan seperti itu, harus diakui, masih kerap terjadi. Entah itu dalam keluarga, di lingkungan kerja atau pula dalam pelayanan. Ada orang-orang tertentu yang merasa sok nomor satu, paling utama dan paling berjasa. Lalu kemudian menuntut pengakuan, meminta perhatian dan bahkan merasa berhak mendapatkan imbalan atas jasa. Jemaat Korintus, diakui Paulus tidak kekurangan dalam hal karunia rohani. Mereka harusnya merasa bangga karena keberadaanya bisa bermanfaat bagi persekutuan. Namun, yang terjadi mereka berselisih siapa yang nomor satu. Menjawab ini, Paulus menjelaskan bahwa semua karunia rohani diberikan dan dikerjakan oleh Roh Kudus. Karena itu, keliru anggapan kalau karunia tertentu kedudukannya paling utama dan terpenting. Orang Kristen, tidak memilih karunia mana yang akan diberikan kepadanya, karena pembagian karunia-karunia ditentukan oleh kehendak Roh (bdk.Ibr.2:4). Pemberian itu didasarkan pada anugerah, bukan jasa. Karenanya tidak ada yang lebih mulia atau tidak ada yang kurang baik. Mereka pun diajak harus saling menghormati dan melengkapi. Jangan saling memegahkan diri, sebab semuanya adalah anugerah Allah.
Kita harus menyadari bahwa dalam persekutuan gereja atau tubuh Kristus sering terjadi perselisihan dan pertengkaran akibat penonjolan diri dan mengklaim karunia yang dimilikinya. Ada yang beranggapan bahwa itu adalah usahanya, ada juga yang memahami itu adalah pemberian Tuhan tapi salah dalam menggunakannya. Mungkin ada jemaat yang menilai bahwa karunia-karunia rohani sebagai sebuah tanda kedewasaan rohani seseorang. Anggapan mereka, semakin banyak memiliki karunia rohani, maka semakin tinggi kualitas spiritualitas. Mereka menyangka dengan segala pencapaian itu, maka semakin besar pula kuasa rohaninya. Akibatnya, terjadi persaingan rohani yang tidak sehat dalam gereja. Saling mengklaim paling benar dan berjasa bahkan setiap orang merasa dirinya lebih rohani dan berkuasa daripada yang lain. Firman Tuhan saat ini, sebagai ajakan Paulus bagi kita, sebagaimana 1 Petrus 4:10 mengatakan: “Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah.” Amin.
Doa :Ya Allah, berilah kami hati yang penuh damai serta hikmat, agar kami tidak gampang bertengkar dengan sesama, Amin. (rhkgmim)