Renungan Harian: Rabu 23 Oktober 2024, Hakim-hakim 11:34-35 Nazar Ditepati
Hakim-hakim 11:34-35
Ketika Yefta pulang ke Mizpa ke rumahnya, tampaklah anaknya perempuan keluar menyongsong dia dengan memukul rebana serta menari-nari. Dialah anaknya yang tunggal; selain dari dia tidak ada anaknya laki-laki atau perempuan. Demi dilihatnya dia, dikoyakkannyalah bajunya, sambil berkata: “Ah, anakku, engkau membuat hatiku hancur luluh dan engkaulah yang mencelakakan aku; aku telah membuka mulutku bernazar kepada TUHAN, dan tidak dapat aku mundur.”
Ada ungkapan penggalan lagu “tapi janji tinggal janji di bibirnya” Ini menggambarkan realita tapi merupakan sindiran di saat seseorang tidak menepati janji atau nazarnya. Orang yang bernazar mempersembahkan korban kepada Tuhan Allah harus ditepati. Kita belajar kepada Yefta, dia mengalami tantangan berat karena dia tidak menyangka kalau yang pertama keluar dari rumahnya adalah anak gadisnya. Yefta terlanjur bernazar, kita dapat mengatakan Yefta keliru karena isi nazarnya tidak sesuai harapannya. Yefta tidak dapat menarik ucapan nazarnya dan tidak bisa mundur. Hati Yefta hancur dan sangat terpukul, sebagai orang tua tidak tega anaknya sendiri harus menjadi korban.
Apapun konsekuensinya, kita diajarkan untuk menepati nazar yang kita ucapkan meskipun terasa berat. Mengapa berat? Karena manusia gampang berjanji dan mudah ingkar janji adalah realita yang menggejala. Ketika Tuhan Allah mengabulkan permintaan, sebagian orang percaya sering lupa diri karena serakah. Ada yang berpikir, Tuhan Allah maklum kalau nazar yang diucapkan tidak ditepati. Apapun alasannya, nazar atau janji iman harus di tepati, bagaimanapun caranya. Lebih baik jangan bernazar atau berjanji kalau tidak ingin menepatinya.
Sekalipun berat, Yefta konsisten dengan nazarnya, tidak ada alasan untuk menolak nazarnya. Karena Yefta sadar Tuhan Allah telah menjawab doa dan harapannya sehingga ia mampu mengalahkan musuh-musuhnya. Bagaimana mungkin dia menolak melakukan nazarnya. Yefta adalah pribadi yang takut akan Tuhan, memiliki integritas dan berdedikasi. Itulah juga
yang nampak dari sikap anak gadisnya untuk memenuhi nazar ayahnya.
Keluarga kristen harus menyadari pentingnya nazar itu, maka jangan pernah kita tidak menepatinya. Atau jangan bernazar jika tidak dapat menepatinya. Nazar merupakan bentuk kesaksian dan tanggung jawab kita di hadapan Tuhan Allah. Tuhan Allah menerima nazar yang kita persembahkan untuk kemuliaan nama-Nya. Amin.
Doa: Ya Tuhan Allah, ajarlah kami tenang, sadar dan bijak saat bernazar, sebab nazar merupakan bentuk tanggung jawab iman kami kepada-Mu. Kami berterima kasih atas perbuatan kasihMu yang luar biasa selalu menolong hidup kami. Amin. (rhkgmim)