Renungan Harian: Rabu 11 September 2024, Kejadian 22:11-12 Iman Yang Menyelamatkan
Kejadian 22 : 11-12
Tetapi berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya: “Abraham, Abraham.” Sahutnya: “Ya, Tuhan.” Lalu Ia berfirman: “Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku.”
Setiap manusia memiliki keinginan untuk bertahan hidup dan menikmati kebahagiaan. Untuk terwujudnya hal tersebut, dipersiapkan rencana: mulai dari bekerja keras dan menabung demi masa depan, entah itu bagi kita maupun orang yang disayangi. Sebagai orang tua, kita pasti telah merencanakan dalam beberapa waktu ke depan apa yang hendak kita gapai dan wujudkan baik dalam pekerjaan, usaha, pendidikan, keluarga, dan masih banyak lagi menurut kemauan dan
rencana kita. Setiap keluarga bertanggungjawab untuk menyiapkan masa depan keluarga dan anak agar mereka boleh menikmati kebahagiaan. Begitu juga dalam kehidupan beriman, kita sebagai keluarga menjadi basis untuk mengajarkan iman dan mewariskannya kepada anak dan cucu serta generasi selanjutnya agar keselamatan mereka nikmati dan mereka mengerjakannya dalam hidup.
Firman Tuhan saat ini, ketika Abraham siap menyembelih/mengorbankan Ishak, tiba-tiba Malaikat Tuhan berseru kepadanya: “Abraham, Abraham.” Sahutnya: “Ya, Tuhan.” Jangan bunuh anak itu, jangan kau apa-apikan dia, sebab telah-Ku ketahui sekarang bahwa engkau takut akan Allah dan engkau tidak segan mempersembahkan anakmu. Perbuatan Abraham untuk mengorbankan anak-Nya sebagai wujud ketaatannya pada perintah Allah. Ujian iman terbukti dinyatakan dan Allah bertindak melalui malaikat-Nya. Tampaklah iman Abraham dibuktikannya bahwa ia takut akan Allah, ia benar-benar lebih mengasihi Allah daripada mengasihi Ishak, dan tujuan dari perintah itu sudah terpenuhi. Oleh sebab itu perintah Allah dibatalkannya sendiri, karena ketaatan Abraham. Iman Abraham menyelamatkan anaknya.
Kehidupan terkadang tak berjalan sesuai dengan yang kita rencanakan dan harapkan. Terkadang kita meminta Allah menganugerahkan matahari, namun yang datang justru sebaliknya ialah hujan, petir, angin, dan lain-lain. Tapi kita harus ingat bahwa dibalik semua itu ada pelangi yang menanti. Kita harus tahu bahwa waktu Allah bukan waktu kita, rencana Allah bukan rencana kita. Namun sebagai orang percaya tetaplah kita beriman, buktikan itu dalam ketaatan melakukan firman-Nya dalam kehidupan. Walau dalam hidup ini kita tidak pernah sepi dari berbagai persoalan dan masalah. Yakinlah bahwa setiap ujian iman bertujuan memperkuat karakter dan memperdalam komitmen kita kepada Allah, sekaligus memahami waktu-Nya yang tepat. Bahwa waktu Allah untuk menolong dan melegakan umat-Nya muncul ketika mereka terjepit dalam keadaan yang paling sukar. Marilah dengan iman kita tetap berpengharapan kepada Allah sambil dalam keyakinan memahami bahwa waktu Allah itu pasti terbaik bagi kita. Amin.
Doa: Engkau Allah yang merancang hidup dan sumber kebahagiaan. Tolong kami untuk hidup rnenurut kehendak-Mu, dan berkati iman kami agar keselamatan-Mu menjadi bagian hidup dari anak cucu dan generasi selanjutnya. Amin. (rhkgmim)