Renungan Harian: Kamis 29 Agustus 2024, Filipi 4:15-16 Teruslah Memberi Bantuan Bagi Bangsa
Filipi 4 : 15-16
Kamu sendiri tahu juga, hai orang-orang Filipi; pada waktu aku baru mulai mengabarkan Injil, ketika aku berangkat dari Makedonia, tidak ada satu jemaatpun yang mengadakan perhitungan hutang dan piutang dengan aku selain dari pada kamu. Karena di Tesalonikapun kamu telah satu dua kali mengirimkan bantuan kepadaku.
Kepedulian merupakan wujud dari kasih yang didasarkan pada iman. Maka kasih harus dinyatakan dalam berbagai tindakan termasuk pemberian bantuan. Hal ini sebagai wujud kita telah turut mengambil bagian dalam pergumulan sesama. Menyatakan rasa simpati dan empati dalam pergumulan sesama itu menjadi kekuatan bagi orang percaya. Sebab kehidupan yang egois dan mementingkan diri sendiri hanya akan melemahkan persekutuan.
Paulus dalam kesibukannya memberitakan Injil, tak lupa mengatur kehidupannya berhubungan dengan kebutuhan hidup. Ia mandiri sebagai pembuat tenda untuk mencukupkan segala sesuatu yang dibutuhkannya. Walaupun Paulus hidup mandiri, ia tidak menolak bantuan dari orang lain dalam hal ini pemberian jemaat Filipi. Bagi Paulus kemandirian bukanlah suatu kesombongan dan menerima bantuan bukanlah kelemahan atau kehinaan. Ia sadar sebagai orang percaya.
saling membantu merupakan wujud kasih, apalagi ketika berada dalam kesusahan. Maka ketika menerima bantuan, ia mengapresiasi perbuatan tersebut sebagai sesuatu yang baik dan menggembirakan. Maka firman saat ini, Paulus mau memberi penjelasan tentang sikapnya ketika jemaat Filipi peduli padanya. Bahwa pemberian bantuan jemaat untuk pelayanan merupakan wujud kasih sebagai bentuk partisipasi bagi kemajuan Injil. Semuanya diletakkan ke dalam konteks pemberitaan Injil (ay.15 “mengabarkan Injil”). Sehingga dalam bagian ini Paulus melakukan kilas balik pelayanannya dulu di propinsi Makedonia. Kota pertama yang dia kunjungi adalah Filipi (Kis.16:11-12) dan pelayanan disana menghasilkan buah yang signifikan, tetapi mendapatkan pertentangan yang hebat. Walaupun Paulus dan rekan-rekannya akhirnya diusir dari Filipi dan terpaksa pindah ke Tesalonika (Kis. 17:1). Hal yang sama juga teijadi di Tesalonika, iapun mendapatkan pertentangan yang serius. Selama menjalani situasi yang sulit, jemaat Filipi beberapa kali mengirimkan bantuan baginya (ay.16). Di sini, memperlihatkan kepedulian jemaat Filipi yang telah mengambil bagian dalam hidup pelayanan Paulus melalui persekutuan yang saling memberi dan menerima (terjemahan dari hutang dan piutang, ay.15b).
Firman Tuhan saat ini, mengingatkan kita sebagai keluarga kristen bagaimana hidup beriman yang memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap sesama? Bagaimana kepedulian yang ditindaklanjuti melalui pemberian bantuan? Sebab hal ini tampaknya seringkali dilupakan oleh orang percaya. Di satu sisi ada jemaat yang kurang memberi. Mereka hanya hidup untuk dirinya sendiri. Mereka kurang peduli dengan kemajuan Injil. Berhala materi dan harta telah menguasai kehidupannya sehingga mereka tidak peka terhadap pelayanan. Di sisi lain, secara organisasi juga kurang bijaksana dalam mengelola bantuan. Entah berapa banyak persembahan jemaat yang diberikan tetapi tidak maksimal dimanfaatkan sehingga kurang berfaedah bagi penginjilan. Yang meningkat bukan pertumbuhan iman dan bertambah orang yang beribadah, tetapi taraf hidup rohaniawan yang semakin mentereng dan gedung yang mewah. Ketika bantuan dan persembahan tidak maksimal diberikan dan pemanfaatan yang tidak tepat sasaran, dampaknya gereja tidak bertumbuh dengan sehat. Maka sebagai jemaat mari kita membangun persekutuan dan menata pelayanan dengan benar agar bertumbuh hidup saling memberi dan menerima. Amin.
Doa : Ya Tuhan, ajari dan mampukan kami sebagai orang percaya untuk terus memberi bantuan dan pertolongan kepada sesama. Sehingga mereka tidak merasa sendiri dalam menghadapi kesusahan hidup. Amin. (rhkgmim)