Renungan Harian: Jumat 13 September 2024, Kejadian 22:15-17 Ketaatan Mendatangkan Berkat
Kejadian 22 : 15-17
Untuk kedua kalinya berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepada Abraham, kata-Nya: “Aku bersumpah demi diri-Ku sendiri–demikianlah firman TUHAN–:Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku, maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya.
Seperti api memurnikan emas, demikian setiap orang percaya dimurnikan imannya melalui ujian: tantangan, persoalan dan masalah. Menghadapi ujian tersebut, ketaatan dibutuhkan sebagai daya tahan dan kemampuan untuk bisa eksis dalam menghadapi dan menjalaninya. Ketaatan berarti kepatuhan atau kesetiaan terhadap sesuatu hal. Sebagai orang Kristen, kita diajarkan agar menjadi taat terhadap perintah Tuhan. Hal ini disebabkan supaya kita menjadi orang yang setia dan tunduk dan melakukan Firman Tuhan.
Setelah Abraham melewati ujian iman yang berat, Tuhan melihat ketaatannya yang siap mengorbankan anak-Nya. Lalu Ia menggantikan dengan seekor domba jantan sebagai korban bakaran pengganti Ishak. Untuk kedua kalinya Malaikat Tuhan berseru, kata-Nya; “Aku bersumpah demi diri-Ku sendiri”. Karena engkau telah membuktikan ketaatanmu, dengan tidak segan-segan menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku, maka Tuhan meneguhkan janji berkat yang pernah disampaikan kepada Abraham. Janji itu yakni; Tuhan akan memberkatinya dengan berlimpah-limpah dan membuat keturunannya sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan keturunannya akan mengalahkan dan menduduki kota-kota musuhnya. Sepanjang perjalanan kehidupan Abraham, ia banyak belajar untuk menaati Allah, dan kali ini ketaatannya menjadi sempuma. Ketaatannya merupakan buah dan imannya yang mengasihi Tuhan. Sehingga dia mampu melakukan apa yang Tuhan minta untuk dipersembahkan termasuk mengorbankan anaknya. Mengapa Allah meminta Abraham mengorbankan anaknya padahal Allah mengutuk bangsa kafir mempraktikan pengorbanan manusia? (bdk. Imarnat 20:1-5). Sebenarnya Allah tidak menginginkan kematian Ishak, melainkan ingin menguji apakah kasih Abraham lebih besar kepada pemberian Allah (Ishak, anak tunggalnya) atau kepada Sang Pemberi Berkat dan Pemilik Hidup. Melalui pengalaman berat ini, Abraham memperteguh komitmennya dalam mentaati perintah Allah sehingga ia dijanjikan berkat.
Memang berat untuk melepaskan apa yang dimiliki dan dicintai. Tapi belajar dari ketaatan Abraham kita pasti akan mampu melakukannya seperti itu. Abraham telah membuktikan ketaatannya dan menjadi contoh dalam catatan sejarah hidup orang percaya. Sehingga ia disebut bapa segala orang beriman. Ketaatannya dia buktikan dengan mengasihi Tuhan lebih dari segalanya dan apapun. Sebagai keluarga, kita selalu memohon agar berkat Tuhan dianugrahkan kepada kita. Yakni; berkat kesehatan, kekuatan, materi dan iman. Untuk mendapatkan semua berkat tersebut, milikilah ketaatan seperti Abraham. Hiduplah dalam ketaatan yang didasarkan atas kasih kepada Allah sehingga kita mampu mempersembahkan apapun kepada-Nya. Teruslah berkomitmen untuk melakukan kehendak dan perintah Allah bahkan ketika Dia meminta kehidupan kita untuk melayani-Nya sebagai persembahan. Amin.
Doa: Ya Tuhan Engkau menguji setiap orang percaya tapi tidak melebihi kekuatannya, kami bersyukur atas hidup yang Kau anugerahkan dan kami mohon anugrahi roh ketaatan agar kami diberkati dan menjadi berkat bagi sesama. Amin. (rhkgmim)