Refleksi HUT Ke-90 GMIM Bersinode, Tuhan Menuntun Perjalanan Umat-Nya (Keluaran 13:17-22)
SEGALA kemuliaan patut dipersembahkan bagi Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus Kepala Gereja dan Tuhan dunia yang telah menghantar Gereja Masehi Injili di Minahasa bersyukur merayakan 90 tahun bersinode pada hari ini 30 September 2024. Kalau kita melihat sekilas sejarah GMIM di mana sejak 30 September 1934 secara institusi memisahkan diri dari Indishe Kerk (Gereja Protestan Indonesia) dengan suatu kesadaran bahwa sebagai gereja Tuhan yang berjalan dalam tuntunan Roh Kudus, GMIM telah diberikan kemampuan dan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk mengatur pelayanan gereja secara mandiri sekalipun ketua sinode pertama sampai keempat dijabat oleh orang Belanda. Sejarah mencatat bahwa di awal kehadirannya GMIM menghadapi persoalan yang kompleks (rumit, ruwet) di mana pelayanan gereja masih diperhadapkan dengan kepercayaan lama orang Minahasa. Di lain pihak jemaat diperhadapkan dengan situasi dan kondisi yang sulit di semua aspek kehidupan khususnya kondisi ekonomi dan politik sebagai dampak dari penjajahan kolonial Belanda. Meskipun dalam kondisi demikian oleh kasih karunia Tuhan Allah didalam Yesus Kristus serta melalui pengorbanan tenaga, pikiran, waktu dan materi dari hamba-hamba-Nya yang menerima tanggungjawab pelayanan yang direspon oleh jemaat, maka GMIM terus berakar, bertumbuh dan berbuah. Menjadi sebuah realitas yang tidak dapat dipungkiri bahwa GMIM baik secara personal maupun komunal akan terus diperhadapkan dengan tantangan zaman baik dari dalam maupun dari luar persekutuan. Untuk itu tema dalam ibadah ini: “Tuhan Menuntun Perjalanan Umat-Nya.”
Pembacaan Alkitab saat ini dalam Keluaran 13:17-22 ada dalam konteks di mana bangsa Israel baru memulai perjalanan keluar dari tanah Mesir menuju ke Kanaan, tanah yang diberikan Tuhan kepada mereka. Cara Tuhan menuntun umat-Nya disaksikan secara unik (ciri khas yang spesifik) dan karena itu sulit diterima oleh logika sebagaimana dicatat dalam teks. Bahwa Tuhan tidak menuntun umat Israel melalui jalan ke negeri orang Filistin walaupun jalan itu yang paling dekat untuk sampai ke tanah Kanaan. Tetapi Tuhan menuntun bangsa itu melalui jalan memutar di padang gurun menuju ke laut Teberau. Padang gurun merupakan gambaran kesusahan dan pergumulan hidup dan Laut Teberau merupakan jalan buntu. Melalui perkataan Tuhan kepada Musa di ayat 17 kalimat terakhir kita mendapatkan alasan Tuhan:”… jangan sampai bangsa itu menyesal apabila mereka menghadapi peperangan, sehingga mereka kembali ke Mesir”. Bahwa inilah strategi Tuhan bagi umat-Nya yang baru terbebas dari perbudakan. Di mana mereka tidak memiliki pengalaman berperang dan karena itu dapat saja menjadi tawar hati dan ingin kembali ke Mesir, ketika langsung berhadapan dan berperang dengan bangsa Filistin yang dikenal hebat. Mereka berpengalaman dan memiliki persenjataan yang kuat serta strategi berperang. Dengan jalan memutar, Tuhan hendak mempersiapkan mental umat-Nya terlebih dahulu. Dan melalui Musa mereka dilatih strategi berperang. Sehingga mereka dalam peperangan dengan bangsa-bangsa lain yang lebih lemah dibandingkan dengan Filistin, menikmati kemanangan. Sekaligus dalam perjalanan panjang di padan gurun hendak mengajarkan kepada umat Israel agar mereka senantiasa mempercayai dan selalu berharap pada tuntunan Tuhan.
Selanjutnya disaksikan bagaimana Tuhan berjalan di depan umat Israel yang ditandai dengan tiang awan untuk menuntun (memimpin) mereka di jalan pada siang hari dan tiang api pada malam hari untuk menerangi mereka, sehingga mereka dapat berjalan siang dan malam. Di siang hari dengan suhu panas padang gurun yang ekstrim Tuhan melindungi dan menyejukkan umat Israel dengan tiang awan. Di malam hari dengan suhu dingin menusuk kegelapan malam, mereka diterangi dan dihangatkan dengan tiang api. Tuhan menempatkan tiang awan dan tiang api sebagai bukti kehadiran, kasih, dan perhatian-Nya kepada Israel. Awan dan api ada bersama mereka hingga mereka mencapai tanah perjanjian empat puluh tahun kemudian. Luar biasa, dahsyat dan ajaib ketika Tuhan menuntun perjalanan umat-Nya, tak terbayangkan dan tak terpikirkan oleh umat sebelumnya.
Saat ini kita merayakan Hari Ulang Tahun ke-90 GMIM Bersinode di mana kita berkesempatan untuk mengingat dan menghayati tuntunan Tuhan yang luar biasa. Seperti yang dialami oleh umat Israel dalam konteks bacaan kita ini, maka demikian juga GMIM sebagai umat Tuhan masa kini, terkadang diperkenankan Tuhan untuk tidak melalui “jalan yang singkat dan cepat” tiba di tujuan, tetapi melalui “jalan yang memutar dan jarak yang jauh” yang kita bahasakan sebagai tantangan dan pergumulan GMIM dalam berjalan bersama. Baik yang dialami oleh Badan Pekerja Majelis Sinode yang tidak hanya menerima pujian dan apresiasi maupun menerima ujaran kebencian, ucapan yang tidak sepatutnya, hoax (berita bohong) dan lain sebagainya. Begitu juga dengan program mulai dari Jemaat, Wilayah sampai di aras Sinode, ada yang cepat terealisasi tetapi ada yang membutuhkan waktu yang panjang. Terkadang kondisi seperti ini dijadikan sebagai salah satu indikator keberhasilan atau kegagalan dalam program pelayanan GMIM. Demikian juga yang menjadi pergumulan dari setiap warga GMIM yang terkadang berkeluh kesah dengan “jalan panjang” yang harus dilalui dengan jatuh bangun. Apalagi dengan gaya hidup instan yang sangat mempengaruhi pola hidup warga gereja masa kini, maka jalan yang memutar kalau bisa dihindari.
Berefleksi dari tema: Tuhan menuntun umat-Nya yakni Israel, maka jemaat Tuhan harus memiliki sikap militan untuk mengikuti jalan Tuhan dan memberi diri secara absolut (mutlak) dalam tuntunan-Nya. Meskipun harus menghadapi tantangan baik dari dalam maupun dari luar, kita harus mengikuti jalan tersebut karena itulah yang terbaik bagi Gereja-Nya. Keinginan kita harus tunduk pada kehendak Tuhan sambil tetap percaya bahwa Dia berjalan di depan kita. Tuntunan-Nya tetap dan tidak pernah beralih seperti tiang awan dan tiang api yang tetap menaungi dan menerangi umat Israel dalam perjalanan. Demikian juga dengan Gereja Masehi Injili di Minahasa di Hari Ulang Tahun ke-90 Bersinode, Tuhan kiranya akan terus menuntun kita dalam bersekutu, bersaksi, dan melayani. Banyak selamat, Tuhan Yesus memberkati. Amin. (mtpjgmim)