Pesona Roy Roring yang Tak Lagi Mempesona Jelang Pilkada Minahasa 2024
Foto: Royke Octavianus Roring (ROR)
Oleh Stenly Dervie Rau
Menjelang perhelatan pesta demokrasi di indonesia khususnya di kabupaten Minahasa, saat ini semakin hari semakin menarik untuk diikuti. Kini banyak figur- figur bermunculan menghiasi panggung demokrasi untuk bertarung pada pentas politik di Tahun 2024, baik muka- muka lama maupun muka- muka baru banyak mewarnai baliho- baliho di beberapa tempat.
Sayangnya di antara figur lama ada satu sosok potensial yang kini redup bagaikan ditelan bumi, tidak lain yakni ROYKE OCTAVIANUS RORING atau yang lebih populer disapa ROR, yang notabene adalah Bupati Minahasa periode 2018- 2023.
Meredupnya sosok ROR banyak menjadi bahan perbincangan para pegiat dan pemerhati politik, tetapi juga bagi kalangan masyarakat. Ada asumsi- asumsi serta estimasi atas memudarnya nama ROR pada kontestasi politik 2024 di Minahasa. Sebab biasanya incumbent tetap menjadi preferensi utama untuk dicalonkan atau mencalonkan diri, dengan pertimbangan bahwa kans atau potensi yang paling besar memenangkan kontestasi. Saat ini di kalangan struktur partai kecenderungannya lebih memprioritaskan ROBBY DONDOKAMBEY untuk diusung ketimbang ROR. Ada apa dengan PDIP atau ada apa dengan ROR? Mungkin kalimat ini yang patut disematkan atas situasi ini.
Melihat dari aspek internal partai, Robby Dondokambey (RD) lebih dijagokan untuk bertarung memperebutkan Minahasa Satu ketimbang ROR. Hal ini disebabkan karena kapasitasnya sebagai Ketua DPC PDIP Minahasa, disamping aspek keluarga dimana RD adalah saudara kandung dari nama besar OLLY DONDOKAMBEY yang juga Gubernur Sulawesi Utara serta Bendahara Umum DPP PDIP dengan pengaruhnya yang sangat besar di kalangan segenap kader militan. Selanjutnya sekalipun dari sisi elektabilitas figur ROR lebih unggul ketimbang RD namun RD mendapatkan dukungan penuh mayoritas kader dan pengurus partai tingkat ranting/anak ranting.
Adanya dugaan bahwa ROR selama menjabat Bupati banyak mengesampingkan para pengurus akar rumput, termasuk kurang memperdulikan aspirasi-aspirasi arus bawah partai sehingga ROR dianggap sebagai Pemberi Harapan Palsu (PHP), seharusnya ini menjadi atensi ROR ketika menjabat Bupati, karena bagaimanapun pengurus ranting/anak ranting adalah ujung tombak tetapi juga barisan terdepan dalam medan pertempuran pemenangan kontestasi politik.
(Penulis seorang pengamat sosial dan politik yang juga pengacara)