Pemuda GMIM: Janda, Politik dan Ciuman ala Drakor
SELEBRASI Paskah Pemuda GMIM di Kota Bitung baru saja berlalu. Tapi selebrasi yang ditandai dengan ibadah Agung itu meninggalkan kesan buruk yang mencoreng GMIM.
Pasalnya, ada spanduk dan bendera yang bertuliskan kalimat yang dinilai kurang layak dilakukan pemuda gereja. Apalagi mereka sedang mengikuti ibadah Paskah.
Ibadah yang seharusnya dilakukan dengan rasa hormat dan takut akan Tuhan, tapi ternyata ada juga di antara ribuan pemuda itu yang melakukan tindakan yang terkesan kurang elok.
Beberapa spanduk yang disorot adalah kalimat yang antara lain bertuliskan “Jodoh Musti GMIM Biar Janda”, “Biar Janda yang Penting GMIM”.
Lalu ada juga spanduk yang berbau Politik. Tapi pesannya cukup baik dan positif. Seperti yang terlihat di salah satu mobil mikrolet, yang bertuliskan, “GMIM Jangan Jadi Panggung Politik 2024”, dan ada bendera hitam bertuliskan “No Politic In GMIM”.
Tapi yang sangat mengganggu pemandangan dan tentu menjadi viral, karena ada dua orang (pemuda dan pemudi) yang saling berciuman. Mungkin terpengaruh dengan drama Korea (Drakor) yang romantis. Dan sangat memiriskan mereka melakukannya di tengah lapangan yang jadi lokasi tempat ibadah, dan mereka ditonton banyak orang.
Sebagai seorang Ayah yang juga punya anak pemuda, tentu saya tidak mau menghakimi. Apalagi dua anak laki-laki saya, juga adalah Pemuda GMIM yang ikut dalam acara Selebrasi Paskah itu.
Tapi tentu sebagai orangtua maupun sebagai warga gereja patutlah kita mengingatkan agar hal-hal seperti itu tidak boleh dilakukan oleh pemuda gereja.
Para pemuda memang boleh bersukaria. Boleh berkreasi dan berekspresi. Tapi jangan sampai melakukan hal-hal yang menodai gereja dan menyakiti hati Tuhan.
Seperti juga pesan Firman Tuhan dalam Pengkhotbah 11:9, “Bersukarialah, hai pemuda, dalam kemudaanmu, biarlah hatimu bersuka pada masa mudamu, dan turutilah keinginan hatimu dan pandangan matamu, tetapi ketahuilah bahwa karena segala hal ini Allah akan membawa engkau ke pengadilan!”
(Jeffry Pay)