Pemilihan Gubernur Sulut Jadi 3 Poros, Siapa Terkuat?

MANADO, CahayaManado.com–Bila melihat peta Politik saat ini menjelang Pemilihan Gubernur Sulut 2024, terlihat ada tiga poros yang muncul. Ketiga poros itu adalah poros “merah” yaitu PDI Perjuangan, poros “biru” yaitu Koalisi pendukung Prabowo-Gibran plus Nasdem, dan poros Independen plus Demokrat.
Ketiga poros ini semakin memperkuat diri untuk memenangkan kontestasi Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sulut. Namun siapa yang nanti akan diputuskan sebagai calon, masih harus menanti keputusan pimpinan partai.
Sementara di poros Independen, tampaknya Elly Lasut akan jadi primadona. Elly sendiri memegang mandat dari Partai Demokrat untuk maju sebagai calon Gubernur Sulut. Hanya saja Elly masih harus mencari pasangan yang tepat. Elly Lasut memang kesulitan bila menggunakan kendaraan Partai. Karena Demokrat masih harus berkoalisi. Dan karena itu, jalur Independen menjadi alternatif pilihannya.
Di poros merah, meskipun Steven Kandouw jadi kandidat utama sebagai bakal calon Gubernur, tapi bukan tidak mungkin bakal terjadi perubahan. Mengingat politik sangat dinamis dan selalu melihat peluang. Pasangan Steven Kandouw pun masih kabur. Meskipun santer didengungkan nama Rita Tamuntuan, istri dari Olly Dondokambey. Bahkan bukan tidak mungkin terjadi sebaliknya, yaitu Rita Tamuntuan yang jadi Calon Gubernur dan Wakilnya bisa dari kader PDIP yang kini menjabat Bupati atau Walikota.
Kemudian di poros biru yang merupakan representasi dari kubu Prabowo-Gibran juga terlihat belum ada kesepakatan siapa bakal calon Gubernur dan siapa bakal calon Wakil Gubernur.
Di poros biru sebenarnya makin mendapat peluang dengan masuknya Nasdem. Tapi di poros ini banyak diisi tokoh-tokoh potensial. Ada Ketua Partai Golkar Sulut Christiany Eugenia Paruntu (CEP), Ketua Partai Gerindra Conny Rumondor, Ketua Partai Nasdem Victor Mailangkay, dan sejumlah tokoh para jenderal yang juga ingin mendapatkan kendaraan “biru”. Seperti Mayjen Wanti Waraney, Mayjen Julius Lumbaa Komaling, Irjen Carlo Tewu dan Irjen Ronny Sompie.
Bahkan juga muncul nama lain, seperti Jerry Sambuaga, Saraswati Djojohadikusumo, dan Felly Estelita Runtuwene.
Munculnya ketiga poros ini, tentu memiliki strategi masing-masing. Di poros merah tampaknya masih mengandalkan kekuasaan birokrasi, karena sebagian besar Kabupaten/Kota di Sulut masih dikuasai PDI Perjuangan. Namun belajar dari Pemilihan Presiden, poros merah kalah jauh. Karena poros biru bisa menguasai 75 persen. Sedangkan poros merah hanya 20 persen.
Tapi di kubu biru sendiri kini terpecah menjadi dua, dimana Demokrat dengan Elly Lasut sebagai tokoh utama, tampak berjalan sendiri. Dan saat ini membentuk poros Independen.
Dengan terbaginya menjadi tiga poros, terlihat semua memiliki peluang yang sama. Dalam hitungan matematis kekuatan ketiga poros itu masing-masing mendapat 30 persen. Dan 10 persen sisanya adalah massa mengambang (swing voters).
Dalam konstalasi politik di Sulut saat ini sangat terasa adanya keinginan masyarakat untuk perubahan kekuasaan. Sehingga muncul tagline “ganti warna” atau “asal bukan merah”. Keinginan perubahan kekuasaan ini memang dipicu oleh ketidakpuasan masyarakat terhadap nepotisme berlebihan yang dilakukan Olly Dondokambey. Begitu pula dengan Bupati dan Walikota yang berasal dari PDIP, dimana nepotisme bukan lagi rahasia.
Nepotisme itu juga masuk dalam gereja, khususnya di GMIM.
Sementara dalam kontestasi pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, PDIP sangat menentang Joko Widodo dan keluarganya dengan alasan nepotisme.
Belum lagi soal pembangunan di Sulut yang terkesan berjalan lambat. Masih banyak jalan-jalan rusak, penerangan jalan tidak berfungsi, tingkat pengangguran dan kemiskinan masih cukup tinggi, praktik korupsi oleh kalangan pemerintah, dan lainnya.
Selain itu PDIP terkesan terlalu menonjolkan partainya. Siapa yang mengagungkan PDIP akan mendapat tempat terhormat, dan yang tidak akan terpinggirkan. Dalam birokrasi juga demikian. Orang bilang siapa dekat api menjadi panas. “Dan yang dekat api, biasanya adalah orang-orang penjilat,” tutur seorang mantan birokrat di lingkungan Pemprov Sulut.
Dengan akan dilaksanakannya Pemilihan Gubernur Sulut, masyarakat mendambakan pemimpin yang dapat melakukan tugasnya dengan baik. “Paling tidak, bukan berjiwa koruptor,” kata Jhony Lumangkun, warga Langowan. (Jeffry Pay)