Gadis Remaja Diberitakan Hilang Makin Marak, Pdt. Ruth Wangkai: Tanggung Jawab Kita Bersama

Gadis Remaja Diberitakan Hilang Semakin Marak, Pdt. Ruth Wangkay: Tanggung Jawab Kita Bersama
TOMOHON, CahayaManado.com – Berita “Orang Hilang” di media sosial yang terutama melibatkan para gadis remaja, saat ini makin marak. Fenomena ini menimbulkan keresahan bukan saja di kalangan orang tua, tapi juga di kalangan aparat keamanan maupun masyarakat.
Berikut ini beberapa catatan Pendeta Ruth Ketsia Wangkai, MTh, dari Gerakan Perempuan Sulut (GPS) yang disampaikan melalui media ini, terkait masalah tersebut.
Fenomena hilangnya banyak remaja putri belakangan ini mesti menjadi perhatian yang serius, bukan hanya oleh aparat keamanan dan orang tua/keluarga utamanya, tetapi juga bagi kita semua. Tentu kasus-kasus semacam ini sangat meresahkan dan menggelisakan kita, bukan hanya karena penculikan atau tertipu/terjerat jaringan mafia trafficking, seperti beberapa kasus yang terjadi, tetapi banyak juga kejadian karena gadis-gadis ini ternyata pergi dari rumah untuk ketemu pacar. Mirisnya, tanpa sepengetahuan orang tua mereka. Tapi lebih miris lagi adalah orang tua baru melapor ke aparat kepolisian setelah beberapa hari hilang. Ini sungguh memprihatinkan, mengapa orang tua tidak segera mencari saat anak pergi tanpa pemberitahuan. Apakah karena orang tua terlalu sibuk atau mungkin ada gejala lain yang memperlihatkan sikap orang tua cenderung acuh tak acuh?
Barangkali ada beberapa faktor yang perlu dianalisis sebagai penyebab fenomena ini.
1. Pola asuh dalam keluarga, yang cenderung permisif. Termasuk dalam hal pendidikan moral dan spiritual anak. Kurang adanya perhatian dari orang tua, apakah karena kesibukan kerja atau kesibukan dengan gadgetnya, atau juga karena faktor pererceraian orang tua.
Lemahnya komunikasi dan pendampingan orang tua kepada anak tentu menjadi faktor penentu bagi pertumbuhan kepribadian yang tidak sehat dan perilaku buruk pada anak-anak (laki-laki maupun perempuan). Anak-anak pun kemudian mencari sendiri dan menemukan ruangnya untuk melampiaskan kesepian, kejenuhan dan kegalauan, antara lain melalui penggunaan gadget dengan tawaran berbagai aplikasi yg memungkinnya berinteraksi lebih intens dengan dunia maya yang menghibur, atau pun memungkinkan berkomunikasi lebih intens dengan kawan dekat, seperti pacar.
2. Tergerusnya nilai-nilai spiritual dan kearifan lokal dalam masyarakat akibat kuatnya pergeseran oleh budaya populer (global) yang hedonis, materialis serta individualis.
Cenderung menawarkan jalan pintas bagi kehidupan termasuk para remaja, yang sedang dalam proses pencarian identitas diri.
3. Kurangnya perhatian pada pendidikan kesehatan reproduksi dan pendidikan seksual kepada anak yang cenderung masih dianggap tabu. Mestinya sudah dimulai dari dalam keluarga dan juga oleh lembaga-lembaga terkait termasuk sekolah-sekolah dan juga lembaga keagamaan.
Jika terjadi fenomena hilangnya banyak remaja putri, tentu tidak bisa disalahkan sepenuhnya kepada mereka atau juga pacar mereka, seperti kasus lari dengan pacar. Tetapi ini justru menjadi keprihatinan dan tanggung jawab kita bersama dan tentu juga mesti menjadi perhatian terutama bagi keluarga dan seluruh elemen terkait, yang bergerak pada upaya dan proses edukasi, yang mesti terarah pada pendidikan termasuk pendidikan moral dan spiritual yang membebaskan dan transformatif, yang membuat anak-anak kita tumbuh menjadi dewasa, mandiri dan bertanggung jawab.
Namun, jika ada gejala penculikan dan atau indikasi adanya kejahatan kemanusiaan dan pelanggaran HAM maka Aparat Penegak Hukum mesti bertindak tegas dan proses hukum untuk memberikan efek jera kepada pelaku dan juga pembelajaran kepada masyarakat
Salam bae,
Ruth Ketsia Wangkai