Kontraversi Survei Pilgub Sulut: Litbang Kompas Steven-Denny Unggul, LSI Teratas Elly-Hanny

Oleh Jeffry Pay
MANADO, CahayaManado.com–Menjelang penetapan pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sulut pada 22 September 2024, masyarakat Sulut disuguhkan dengan hasil survei yang kontroversi.
Hasil Survei LSI Denny JA sebelumnya mengungguli pasangan bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sulut Elly Engelbert Lasut dan Hanny Joost Payouw.
Tapi hasil survei Litbang Kompas justru mengungguli pasangan bakal calon Steven Kandouw dan Denny Djoike Tuejeh.
Perbedaan hasil survei ini tentu harus dicermati secara ilmiah. Apalagi kedua lembaga ini cukup kredibel bila dilihat dari hasil survei yang mereka lakukan sebelumnya di berbagai kontestasi politik.
Dari survei LSI Denny JA terlihat elektabilitas pasangan Elly Lasut-Hanny Joost Pajouw menunjukkan angka 53,3 persen, kemudian disusul Steven Kandouw-Denny Tuejeh 34,5 persen, dan Yulius Selvanus-Victor Mailangkay 4,3 persen.
Sementara dalam survei Litbang Kompas, pasangan Steven Kandouw – Denny Tuejeh teratas dengan 26,6 persen. Sementara Elly Lasut – Hanny Pajouw 19,4 persen. Dan untuk Yulius Selvanus – Victor Mailangkay 10,4 persen.
Hasil survei Litbang Kompas juga menunjukkan bahwa bila dilakukan head to head antara
pasangan Steven Kandouw-Denny Tuejeh (SK-DT) dengan Elly Engelbert Lasut-Hanny Jost Payouw (E2L-HJP), maka pasangan Steven Kandouw-Denny Tuejeh unggul dengan 65,7%, meninggalkan jauh pasangan Elly Engelbert Lasut-Hanny Jost Payouw yang hanya memperoleh 34,3%.
Yang menarik pula bila head to head antara Elly Engelbert Lasut-Hanny Jost Payouw melawan Yulius Selvanus dan Victor Mailangkay (YSK-VM), ternyata pasangan Yulius Selvanus dan Victor Mailangkay juga unggul dengan elektabilitas 60% dari E2L-HJP yang meraup 40% bila keduanya head to head.
Dengan melihat hasil survei yang agak kontraversi ini, sesungguhnya masyarakat Sulut sedang diperhadapkan dengan dua pilihan. Percaya kepada LSI Denny JA atau Litbang Kompas.
Bagi pendukung Elly Engelbert Lasut dan Hanny Joost Payouw tentu lebih percaya kepada LSI Denny JA. Begitu pula sebaliknya pendukung Steven Kandouw dan Denny Djoike Tuejeh akan percaya pada Litbang Kompas.
Sementara pendukung Yulius Selvanus dan Victor Mailangkay harus menerima kenyataan persentasinya selalu berada di bawah.
Hasil survei ini tentu dinamis dan akan terus berubah sampai pada hari-H pemilihan kepala daerah.
Yang jadi persoalan pasti ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi perubahan survei. Faktor itu bisa bersifat rasional tapi juga bisa muncul yang irasional dan pragmatis.
Faktor rasional adalah, masyarakat memilih karena faktor keunggulan SDM seorang calon. Begitu pula visi misi pasangan calon akan jadi faktor pilihan.
Sedang faktor irasional dan pragmatis adalah masyarakat memilih seorang calon berdasarkan take and give. Siapa yang memberi dia yang dipilih.
Pengalaman dari Pilkada dan Pilcaleg marak sekali dengan praktik politik uang (money politics). Serangan fajar sudah jadi istilah yang lumrah. Maka siapa pemberi terbanyak, biasanya akan unggul.
Dan lucunya praktik politik uang ini seperti penyakit yang tidak tersembuhkan. Padahal penyelenggara pemilu, baik KPU maupun Bawaslu sudah mewanti-wanti agar praktik ini ditiadakan. Tapi kenyataannya hanya satu dua orang yang diproses hukum sebagaimana dialami Lintjewas bersaudara. Lalu masyarakat pun bertanya bagaimana kerja Bawaslu yang ditugaskan mengawasi praktik seperti ini. Dan bagaimana sikap KPU?
Nah di Pilkada serentak ini, penyakit ini akan muncul lagi. Lalu sudahkah KPU dan Bawaslu mengantisipasinya. Kita tunggu saja. (Jeffry Pay, seorang wartawan)