Efek Kaesang, Siraman Bagi PSI dan Tikaman Bagi PDIP


Oleh Jeffry Th. Pay *

BERITA-berita politik menjelang Pemilu 2024 semakin “enak dibaca dan perlu” (meminjam motto majalah Tempo). Kalau sebelumnya kita dikejutkan dengan berita Muhaimin Iskandar dari PKB hengkang dari Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya dan menjadi bakal calon wakil presiden Anies Baswedan, kini berita populer muncul lagi. Yaitu Kaesang Pangarep, anak bungsu Presiden Jokowi, akhirnya bergabung dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Bagi banyak kalangan melihat jalan yang ditempuh Kaesang ini memang melawan arus. Karena Bapaknya Jokowi adalah orangnya PDIP. Begitu pula kakaknya Gibran dan iparnya Bobby. Mereka bertiga telah masuk ‘perangkap’ petugas partai. Dan bisa disebut Kaesang ini “tersesat di jalan yang benar”. Kaesang memang telah memilih dan menentukan jalannya sendiri. Jokowi, sebagaimana yang diberitakan, tidak bisa memaksa anaknya, yang notabene sudah dewasa dan memiliki keluarga sendiri. Masuknya Kaesang ke partai berlambang Mawar, tentu sangat menguntungkan PSI. Karena kehadiran Kaesang ibarat siraman yang menyejukkan bagi partai yang mengklaim sebagai partai anak muda. Terutama juga karena PSI lagi rindu untuk bisa duduk di parlemen. Siapa tahu dengan hadirnya Kaesang, PSI bisa meraup suara yang banyak untuk melewati parlement threshold. Tapi itu artinya Kaesang juga harus dijadikan calon legislatif DPR RI dari PSI. Mumpung saat ini masih Daftar Calon Sementara (DCS). Maka sebaiknya Kaesang dicalonkan saja, yang tentu saja bisa menggantikan salah satu yang sudah masuk DCS. Di saat PSI mendapatkan siraman dari Kaesang, di sisi lain PDIP mendapatkan tikaman sebagai efek Kaesang masuk PSI. Padahal sebelumnya, PDIP melalui Sekjen Hasto Kristyanto, sudah menyediakan karpet merah bagi Kaesang bila ingin masuk PDIP. Akhirnya PDIP gigit jari dan terkesan kebakaran jenggot. Disini PDIP harus belajar juga, bahwa cara dan gaya PDIP yang mau “menyandera” keluarga Jokowi, ternyata tidak berhasil sepenuhnya. PDIP harus menyadari bahwa keluarga Jokowi berhasil mendapatkan kedudukan politik, bukan semata-mata karena PDIP, sebagaimana yang tersirat dari pernyataan Megawati, “Kasian de Jokowi, tidak bisa apa-apa kalau bukan PDIP”. Padahal sebagaimana banyak diungkapkan orang, bahwa justru sebaliknya, PDIP diuntungkan karena figur Jokowi. Atau lebih baik “saling menguntungkan”. Sekarang ini yang justru ditunggu orang adalah dimana PSI akan melabuhkan kapalnya dalam Pemilihan Presiden. Apakah ke Prabowo Subianto atau Ganjar Pranowo. Sebelumnya PSI adalah partai yang mengkampanyekan Ganjar Pranowo sebagai bakal calon Presiden. Tapi PDIP sepertinya kurang respon dengan PSI. Tapi akhir-akhir ini PSI sudah lebih condong ke pelabuhan Prabowo. Petinggi PSI sudah banyak kali hadir dalam pertemuan bersama Koalisi Indonesia Maju. Sebelumnya Prabowo juga sudah menyambangi PSI. Hanya saja menurut PSI, masih menunggu arahan Joko Widodo. Mungkin saja Joko Widodo akhirnya mengatakan, “Silakan saja PSI memilih kepada siapa menurut pilihan PSI. Supaya tidak terkesan cawe-cawe”. (Jeffry Th. Pay, seorang jurnalis. Tinggal di Kota Langowan, Minahasa)

Berita Terkait

Top