Bambang Noersena: Orang Kristen Jangan Minder Bicara Allah Tritunggal
MANADO, CahayaManado.com – Pakar teologi dan sejarawan Dr. Bambang Noersena, MH kembali membahas tentang Trinitas atau Tritunggal. Kali ini ia membahasnya bersama Wakil Ketua BPMS GMIM Bidang Data, Informasi dan Litbang Pnt Ricky Janeman Montong, MTh dalam Webinar yang dilaksanakan di Gereja GMIM Fungsional Kampus Universitas Sam Ratulangi Manado, Senin (15/05/2023).
Bambang Noersena yang selalu dipercayakan dalam diskusi lintas agama ini mengungkapkan, orang Kristen jangan merasa minder (rendah diri) dalam mempertanggungjawabkan imannya bila membicarakan Allah Tritunggal.
Bambang Noersena menuturkan, memang masalah rumusan tentang Allah Tritunggal ini banyak kali dipermasalahkan oleh kalangan non Kristen, khususnya dari Islam. Selain itu dalam Kristen sendiri bisa terjadi perbedaan penafsiran.
Menurut Bambang, dalam Alkitab meskipun istilah Trinitas atau Tritunggal itu tidak ada, namun tersirat dan tersurat dalam berbagai ayat dalam Alkitab. “Untuk memahami hal ini, kita jangan terpaku pada judulnya. Tapi pada isi dan maknanya.”
Ia kemudian menguraikan, dalam Kitab Kejadian yang menceritakan awal penciptaan sudah tergambar tentang Allah Pencipta, Firman-Nya, dan RohNya. Sebagaimana disebutkan dalam Kejadian 1:1-3, “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.
Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.
Berfirmanlah Allah: “Jadilah terang.” Lalu terang itu jadi.
“Di ayat penciptaan ini disebutkan tentang Allah Pencipta, Firman dan Roh Allah” jelasnya, seraya menambahkan Firman itu wujudnya adalah Yesus Kristus. “Sebagaimana kesaksian dalam Injil Yohanes Pasal 1 yang mengatakan, “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.” Kemudian Yohanes 1:14, “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.”
Selanjutnya dalam dalam Injil Matius 28 ayat 19, Yesus mengatakan, “Baptislah mereka dalam nama Bapa, dan Anak dan Roh Kudus.”
Bambang Noersena menambahkan, Tuhan itu sejak dunia belum diciptakan sampai akhir zaman tetap hanya satu. Dan orang Kristen pun hanya berimankan pada satu Tuhan dan bukan tiga Tuhan.
Untuk memahami Tuhan yang Esa atau satu itu, tuturnya, jangan dibatasi dengan ruang dan waktu. Karena Tuhan tidak terikat dengan ruang dan waktu. Tuhan itu mengatasi ruang, mengatasi waktu, mengatasi gender (jenis kelamin). Tuhan adalah Tuhan yang Mahaberada dan ada dimana-mana, meskipun dimana-mana itu bukan Tuhan. “Kalau dimana-mana Tuhan itu jadi Pantheisme namanya,” ujarnya.
Ia juga menekankan bahwa Tuhan itu jangan dilihat sama seperti benda, yang bisa dihitung 1, 2, 3 dst. “Jadi jangan melihat Allah dalam wujudnya secara fisik.” (Pemaparan secara keseluruhan Bambang Noersena dapat ditonton di media sosial: Facebook dan Youtube).
Sementara itu Pnt Ricky Janeman Montong menekankan, dalam sejarah Gereja, pemahaman tentang Allah Tritunggal ini memang menjadi pembahasan yang panjang. Hal itu terlihat dari sejarah perumusan Pengakuan Iman atau Credo. Sebagaimana kita mengenal saat ini dengan Pengakuan Iman Nicea Konstantinopel dan juga Pengakuan Iman Rasuli.
“Bahkan untuk merumuskan Pengakuan Iman ini ada campur tangan secara politik dari penguasa pada waktu itu, dalam hal ini Kaisar Konstantin,” jelasnya.
Bagi Pnt. Ricky, Gereja perlu mengumandangkan terus Pengakuan Iman Kristen, dengan memasukkan dalam liturgi ibadah, baik di tingkat kolom, kategorial, dan Jemaat. “Di Tondano tempat saya melayani, saya selalu menggunakan Pengakuan Iman. Bahkan ibadah yang dipancarkan melalui pengeras suara, saya sarankan untuk mengumandangkan Pengakuan Iman. Cara ini untuk menyuarakan Iman kita, sekaligus menangkal suara pihak lain yang tidak mengakui Iman kita,” ujar Ricky Montong.
Acara webinar yang dipandu moderator Pdt. Dr. Marhaeini Mawuntu ini banyak mendapat tanggapan dari berbagai kalangan dan diikuti banyak peserta. Baik yang hadir secara langsung di Gereja, maupun yang mengikuti secara zoom dan live streaming, serta melalui Youtube.
Webinar yang disponsori Pemerhati GMIM ini diharapkan dapat juga dilanjutkan pada kegiatan berikutnya dengan fokus pada peserta Pemuda dan Remaja. (Jeffry Pay)