Bambang Noersena Bicara Trinitas, Capres, dan Orang Yahudi Gengsi Terima Yesus
Oleh Jeffry Pay
PADA Senin (15/05) saya dan istri bersama Pdt. Ruth Wangkai, MTh berkesempatan menemani dan mendampingi Dr. Bambang Noersena, MH bersama istrinya seharian.
Pagi hari itu pukul 07.30 kami menjemput Pak Bambang bersama Istri yang menginap di rumah keluarga Ronald Korompis (pemilik SMU Lokon) di Kelurahan Kinilow, Tomohon.
Sebagaimana diketahui Bambang Noersena, sebagai pakar teologi dan sejarah, menjadi nara sumber dalam Webinar untuk membahas mengenai Trinitas dari perspektif Historis dan Dogmatis. Acara ini digelar di Gereja GMIM Fungsional Kampus Universitas Sam Ratulangi Manado.
Dalam perjalanan dari Tomohon ke Manado, kami mulai bercakap-cakap seputar perkembangan politik tanah air. Bambang Noersena secara pribadi mengatakan untuk saat ini ia tidak mendukung siapa-siapa. “Saya masih wait and see,” tuturnya.
Namun ia memberi tanggapan bahwa memang ada tiga kekuatan yang menonjol, yaitu kubu Ganjar Pranowo, kubu Prabowo Subianto dan kubu Anies Baswedan.
Bagi dia, tiga kekuatan ini perbedaannya tipis, dan memang persaingannya cukup seru. Bukan tidak mungkin akan terjadi dua putaran bila muncul tiga pasangan dari tiga kubu tersebut. Dan diakuinya peran calon Wakil Presiden cukup berpengaruh. Kriteria capresnya ada dua kemungkinan, banyak duit atau yang punya partai dengan masa pemilih signifikan.
“Kalau yang punya duit ya kayak Sandiaga atau Erick Tohir. Kalau yang punya partai kayak Airlangga Hartarto sebagai Ketua Golkar. Kalau Muhaimin Iskandar meski punya partai namun masa pendukungnya kurang. Apalagi cak Imin berseberangan dengan pendukung Gus Dur,” ujarnya.
Calon Wakil Presiden yang juga cukup menonjol menurut dia adalah Mahfud MD. Tapi Mahfud MD tidak memiliki basis massa. Kalau orang Madura mungkin iya, katanya.
Menurut pandangannya, dari tiga kubu besar yang ada, tergambar ada dua kubu nasionalis yaitu Ganjar dan Prabowo. Sedangkan kubu religius adalah Anies. “Bagi saya, kalau nantinya tinggal dua pilihan bukan tidak mungkin kubu nasionalis bersaing dengan religius. Tapi bisa saja terjadi nasionalis lawan nasionalis. Yang jelas siapapun yang akan terpilih harus mengedepankan nilai-nilai kebangsaan.”
Selain masalah Calon Presiden, kami juga sempat membahas soal Israel-Palestina terkait adanya pembatalan Piala Dunia U-20. Bagi Bambang apa yang dilakukan Ganjar dan Koster bersama PDIP merupakan satu hal yang keliru. Karena konteks soal Israel dan Palestina yang dikaitkan dengan konstitusi situasinya berbeda pada tahun 1940-an dengan kondisi saat ini. Pendapat Bambang Noersena terkait masalah ini dapat ditonton dalam channel Youtube.
Setelah percakapan ini, kami mengantar Bambang Noersena ke gereja GMIM Fungsional Kampus Unsrat. Dalam Webinar yang juga menghadirkan Wakil Ketua BPMS GMIM Pnt. Ricky Janeman Montong, MTh dengan moderator Pdt. Dr. Marhaeini Mawuntu, MTh, dibahas mengenai Trinitas. (Baca berita lainnya di cahayamanado.com).
Selesai dari Webinar, Bambang Noersena bersama kami diundang istri Wali Kota Tomohon Ny. Jeand’arc Senduk-Karundeng makan siang di salah satu rumah makan di seputaran Bahu Mall. Di situ kami santap siang bersama Wali Kota Tomohon Caroll Senduk dan Bupati Minahasa Selatan Franky Wongkar.
Usai makan siang kami mengantar Bambang Noersena untuk wawancara Podcast di kantor harian Tribun Manado. Di situ Bambang Noersena membahas tentang Gereja dan Teknologi Digital yang dipandu wartawan Aswin Lumintang.
Selesai wawancara, Pimpinan dan kru Tribun Manado mengajak bincang-bincang di ruang rapat. Di situ banyak percakapan, ada yang serius, ada yang ringan dan ada yang lucu.
Bambang kemudian menceritakan bagaimana ia pernah bercakap-cakap dengan temannya seorang Yahudi. Ia tanya kenapa orang Yahudi tidak mau menerima Yesus sebagai Mesias.
Ternyata pengakuan dari teman Yahudinya itu, bahwa orang Yahudi sudah gengsi untuk menerima Yesus.
Bagi orang Yahudi mereka berharap Mesias itu seorang yang memiliki kekuatan politik. Artinya dapat membebaskan orang Israel dari jajahan. Dan itu artinya Mesias yang bisa menjadikan Israel suatu bangsa yang merdeka. Karena selama berabad-abad orang Israel berada di bawah kekuasaan bangsa lain. Begitu pula saat Israel menjadi negara merdeka pada tahun 1948, mereka merasa tidak ada peran Mesias. “Jadi mereka melihat Mesias hanya dari pandangan politik.”
Cerita terakhir, Pak Bambang bersama istrinya ternyata sangat ingin untuk merasakan masakan RW atau daging anjing.
“Orang Manado itu memang doyan makan. Apa saja dimakan. Sedangkan RW dimakan, apalagi RT,” candanya. (**).