90 Tahun dr Bert Adriaan Supit, Sebuah Anugerah


Foto: Dokter Bert Supit bersama istri Hilda Supit 

Oleh Jeffry Pay 

SAYA beberapa kali dihubungi dr Bert Adriaan Supit untuk bisa datang dalam perayaan hari ulang tahunnya yang ke-90 pada Minggu 21 Juli 2024 di kediamannya, Jalan Pasiwuren (Parakletos) Kakaskasen, Tomohon.

Perayaan HUT dr Bert memang bertepatan dengan perayaan Pengucapan Syukur di Minahasa.
Dokter Bert adalah tokoh Minahasa yang selama ini giat memberikan sumbangan pikiran dan tenaganya untuk memajukan Minahasa.

Ia juga aktif dalam pelayanan kesehatan, dimana ia pernah menjadi Direktur Rumah Sakit Bethesda Tomohon.

Sekaligus ia adalah aktivis gereja, karena selama beberapa tahun mengabdi sebagai Ketua Pemuda Sinode GMIM, Bendahara Sinode GMIM dan juga pernah menjadi pimpinan Yayasan Perguruan Tinggi GMIM yang mengelola UKIT.

Dalam dunia LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dr Bert juga pernah mendirikan Yayasan Suara Nurani Sulut.

Di umurnya yang ke-90 ini Dokter Bert secara fisik memang sudah melemah. Tapi semangatnya tetap membara. “Saya memang sudah mengalami sakit beberapa tahun terakhir ini. Tapi Dokter menyarankan saya agar tetap semangat. Dan itu yang saya lakukan,” ujarnya.

Dokter Bert merupakan tokoh Minahasa dan tokoh gereja dari GMIM yang masih hidup di antara sesama angkatannya. Dan ia masih terus berkeinginan memberikan dan menyumbangkan pikiran dan gagasan untuk kemajuan Tanah dan Orang Minahasa.

Sebagai seorang yang dibesarkan dalam tradisi adat Minahasa, ia sangat mengagumi Sam Ratulangi, sebagai seorang Pahlawan yang memiliki akar Minahasa, tapi berpikir nasional dan internasional.

Sedangkan dalam kehidupan bergereja ia sangat mengagumi Pdt AZR Wenas, mantan Ketua Sinode GMIM yang berjasa dalam pertumbuhan dan perkembangan GMIM. Selain Pdt AZR Wenas, ia juga sangat mengagumi Pdt RM Luntungan yang juga pernah menjadi Ketua Sinode GMIM. Dan sudah tentu ia sangat mengagumi ayahnya Pdt BA Supit yang pernah menjadi pendiri Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB).

Saya pertama kali mengenal secara pribadi dengan Dokter Bert, ketika saya menjadi Redaktur Pelaksana tabloid KABAR yang didirikannya. Tabloid KABAR yang beredar beberapa tahun di era Reformasi memang selalu bersikap kritis sebagaimana jiwa Dokter Bert.

Dokter Bert sempat juga mendirikan dan menghidupkan kembali Organisasi Persatuan Minahasa (PM) yang pernah didirikan Sam Ratulangi. Dimana dalam PM ini sejumlah tokoh Minahasa terlibat di dalamnya.

Saya jadi begitu akrab dengan Dokter Bert karena memiliki jiwa kritis yang sama. Meskipun kami juga bisa berbeda pendapat dalam hal tertentu.
Karena adanya chemistry antara saya dan Dokter Bert, maka pada saat menjelang ia akan merayakan Hari Ulang Tahunnya yang ke 70 pada tahun 2004, ia menawarkan saya untuk membantu membuat buku. Dan dari diskusi kami, tercetus gagasan Dokter Bert ingin menulis riwayat hidupnya. Tapi ia mengaku tidak sanggup untuk menyelesaikan dalam waktu singkat, mengingat waktu perayaan ulang tahunnya sudah dekat.

Saya pun menyatakan kesanggupan untuk menulis buku otobiografi Dokter Bert. Asal saja Dokter Bert siap dan fokus untuk membeberkan semua perjalanan hidupnya.

Dokter Bert awalnya merasa ragu untuk mengingat semua perjalanan hidupnya. Apalagi kalau dilakukan secara periodik. Saya kemudian mengusulkan agar Dokter Bert memaparkan saja apa yang dia ingat. Nanti periodesasinya saya akan susun.

Maka mulailah kami di kamar kerjanya berjam-jam, berhari-hari, sampai sekitar 5 bulan mengerjakan biografi Dokter Bert Supit. Ia bertutur dan saya mengetiknya di laptop miliknya.

Karena sampai larut malam, maka saya harus nginap di rumah Dokter. Maka akhirnya buku otobiografi Dokter Bert Supit pun selesai tepat waktunya. Dan buku otobiografi itulah dipresentasikan dalam perayaan ulang tahunnya yang ke-70 yang dilaksanakan di Auditorium Bukit Inspirasi Tomohon.

PERAYAAN HUT KE-90

Di perayaan HUT Dokter Bert ke-90 di kediamannya, ia tampak begitu bahagia. Apalagi sejumlah sahabat-sahabat Dokter Bert hadir. Di umurnya yang ke-90, Dokter Bert masih bisa mengingat dan menyebut dengan jelas sahabat-sahabatnya yang datang.

Di ibadah syukur perayaan tersebut dipimpin Pdt. Max Kalesaran. Ibadah syukur itu merupakan perayaan bersama HUT Dokter Bert Supit ke-90 dan juga HUT istrinya Hilda Supit ke-80.

Tampak hadir sejumlah tokoh gereja dan tokoh masyarakat. Antara lain Ketua BPMS GMIM Pdt Hein Arina, Sekretaris BPMS GMIM Pdt Evert Tangel, Pdt. Richard Siwu, Pdt. Dicky Lolowang, Pdt. Jeffry Seisab, Jeremia Damongilala dan istri Nini Herlina Siwu, Marhany Pua, Syeni Watulangkouw, dr. Haryanto, Jotje Kawengian, Veldy Umbas, Fendy Parengkuan, Pitres Sombowadile,
dan masih banyak lagi.

Di akhir Ibadah syukur Dokter Bert memaparkan perjalanan hidupnya. Ia sangat bersyukur atas anugerah Tuhan kepadanya dan juga istrinya yang telah memelihara kehidupan mereka bersama anak cucunya. (**)

Berita Terkait

Top