PKM Manfaat Jamur Antagonis Bagi Peningkatan Hasil Pertanian Desa Ongkaw Dua Minahasa Selatan
MINSEL, CahayaManado.com-–
Para peneliti menilai, jamur antagonis bisa menjadi alternatif untuk meningkatkan produksi dan hasil pertanian. Hal ini dibenarkan oleh Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) dalam kegiatan Program Kemitraan Masyarakat Klaster 2 (PKM K_2) yang diselenggarakan di Desa Ongkaw Dua, Kecamatan Sinonsayang, Kabupaten Minahasa Selatan.
Ketua tim pengabdian Dr. Stella D. Umboh, S.P., M.Si sebagai Dosen di Jurusan Biologi FMIPA Unsrat Manado mengemukakan, bahwa Jamur antagonis merupakan kelompok jamur yang dapat menekan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan patogen tanaman karena memiliki kemampuan penghambatan melalui mekanisme kompetisi, antibiosis, dan parasitisme.
Lanjut dikatakan Umboh, tanaman pertanian seringkali terhambat dengan adanya serangan hama dan penyakit tumbuhan. Penggunaan pestisida dalam mengendalikan hama dan penyakit tumbuhan seringkali berbahaya bagi lingkungan dan manusia. Agen pengendali hayati merupakan salah satu alternatif yang ramah lingkungan dan cukup efektif dalam mengendalikan penyakit tumbuhan yaitu dengan memanfaatkan mikroba antagonis. Salah satunya adalah jamur antagonis yang mempunyai kemampuan dalam menghambat perkembangan patogen tanaman. Contoh jamur antagonis tersebut adalah Trichoderma sp.
Umboh juga menjelaskan bahwa manfaat dari jamur Trichoderma sp. bagi tanaman pertanian yaitu sebagai biofertilizer atau pupuk organik, sebagai pestisida alami atau pestisida organik atau biofungisida, dan decomposer, menjawab pertanyaan dari Ibu Yenny Olvie Umboh, S.Pd tentang apa sajakah manfaat dari jamur Trichoderma bagi tanaman pertanian dan pertanyaan dari Bpk. Jenstern Umboh tentang apakah jamur Trichoderma bisa dicampur dengan pupuk atau dijadikan pupuk.
Jamur Trichoderma sp. ini merupakan biopestisida yang digunakan untuk menghambat penyakit tanaman namun tidak menggangu keadaan lingkungan seperti pestisida kimia yang digunakan secara umum. Jamur tersebut dapat juga disebut sebagai agen pengendali hayati layaknya pestisida yang berasal dari organisme hidup namun tidak menimbulkan dampak negatif, ujar Umboh dalam PKM ini menjawab pertanyaan dari Ibu Andelin Sanger mengenai bahaya dari jamur Trichoderma sp. jika diaplikasikan pada sayuran atau tanaman pertanian.
PKM ini dilaksanakan didasari oleh karena adanya faktor kelemahan yang sering dijumpai dikalangan petani yang ada di Ongkaw Dua yaitu kurangnya pengetahuan mereka tentang dampak penggunaan pestisida dan pemanfaatan pengedalian hayati dengan menggunakan jamur antagonis sebagai solusi alternatif pilihan lain dalam pengendalian organisme pengganggu tanaman pertanian. Tim pengabdian mengatakan bahwa kegiatan PKM ini memiliki tujuan dan target khusus yang ingin dicapai yaitu peningkatan pengetahuan serta ketrampilan petani Desa Ongkaw Dua dalam pemanfaatan agen pengendali hayati (jamur antagonis) dalam meningkatkan produksi pertanian. (*)