Festival Tunas Bahasa Ibu Segera Digelar, Wuwungan Harap Semua Sekolah SD dan SMP Ikut Serta
MINAHASA, CahayaManado.com–Pemerintah Kabupaten Minahasa melalui Dinas Pendidikan menyelenggarakan Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) Tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Tahun 2024. Pembukaan kegiatannya direncanakan tanggal 18 September 2024 di Kota Langowan, tepatnya di Taman Cita-Waya.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Minahasa. Hansje Tommy Wuwungan SPd, MM dalam keterangannya kepada wartawan cahayamanado,com, kegiatan tersebut bertujuan untuk menanamkan jati diri sebagai putra – putri daerah bagi adik-adik siswa baik tingkat SD dan tingkat SMP dalam melestarikan budaya berbahasa daerah. Dalam hal ini salah satu bahasa yang ada di Minahasa, yaitu bahasa Tontemboan.
Untuk tempat yang diadakan di Taman Cita Waya Langowan, kata Tommy, bahwa pilihan tersebut yang paling tepat. Karena di Langowan ada empat Kecamatan dan ada 42 desa. Dalam kecamatan tersebut ada banyak jumlah sekolah baik tingkat SD dan SMP.
Untuk Festifal Tunas Bahasa Ibu bagi tingkat SD dan SMP akan melibatkan adik-adik siswa yang ada di Kecamatan Sonder, Kawangkoan Raya, Tompaso Raya dan Langowan Raya selaku tuan rumah yang adalah rumpun dalam bahasa Tontemboan.
Wuwungan menjelaskan, kegiatan tersebut adalah kerja sama dengan Balai Bahasa Provinsi Sulut. Dan rencananya kegiatan akan dibuka oleh Pj. Bupati Minahasa Dr. Jemmy Stani Kumendong, MSi.
Wuwungan mengharapkan agar partisipasi setiap sekolah dari tingkat SD dan SMP yang ada di beberapa kecamatan tersebut diatas dapat mengambil bagian dalam hajatan Festifal FTBI.
Dikatakannnya, pentingnya dalam pelestarian nilai -nilai budaya salah satunya adalah bahasa daerah. Bahasa daerah perlu untuk terus dilestarikan secara turun temurun. Ia mencontohkan ketika orang luar daerah datang di Minahasa, sebut saja dari suku Jawa, mereka menggunakan bahasa daerah mereka dan hal itu adalah cermin dimana ada kelestarian budaya yang mereka boleh bawa dimana saja.
“Sudah tentu bahasa kita, bahasa daerah Tontemboan adalah bahasa yang perlu untuk dilestarikan dan dapat kita bawa di mana saja sebagai jati diri orang Minahasa,” ujarnya.
Karena salah satu faktor kepunahan bahasa daerah adalah penuturnya tidak lagi menggunakan dan mewariskannya kepada generasi penerusnya. “Oleh karena itu kita pahami bahwa bahasa daerah tidak hanya sekedar kata, dan sekumpulan kata namun bahasa merupakan identitas bangsa. Oleh karena itu menjaga bahasa daerah adalah menjaga bangsa dan Negara kita. Jadi FTBI ini tentu membawa manfaat yang besar bagi adik-adik pelajar kita dan untuk jati diri daerah kita Minahasa. Kalau bukan sekarang kapan lagi,” tutur Wuwungan.
(Farly Bujung)