Dilema PDIP Menatap Pilbup Minahasa 2024 Mengusung Robby Dondokambey


Foto: Robby Dondokambey 

Oleh Stenly Dervie Rau

PEMILIHAN Kepala Daerah serentak akan dilaksanakan pada tanggal 27 November 2024 di 37 Provinsi dan 508  Kabupaten/Kota di Indonesia. Namun semarak pesta Demokrasi lima tahunan tersebut mulai terasa kian hari semakin menghangat tidak kalah hangatnya termasuk di kabupaten Minahasa.

Saat ini dibanyak tempat wilayah Minahasa telah bertebaran baliho-baliho bakal calon Bupati maupun bakal calon wakil bupati. Bahkan beberapa diantaranya telah menyatakan diri sebagai calon dengan mendaftarkan dirinya di partai politik.

Ada hal yang menarik serta patut dicermati khususnya bakal calon dari Partai Moncong Putih  yakni Robby Dondokambey atau yang lebih populer di singkat RD. Ia adalah Ketua DPC PDIP Kabupaten Minahasa dan juga Wakil Bupati Minahasa periode 2018- 2023, dan kini sebagai calon legislatif Terpilih DPRD Provinsi Sulawesi Utara Dapil Minahasa-Tomohon.

Nama RD terus menguat di kalangan partai dibuktikan melalui dominasi Baliho/baner dll yang hanya mempublikasikan RD seorang pada posisi papan satu. Hal ini mengindikasikan bahwa PDIP berupaya untuk menjadikan RD sebagai petugas partai untuk bertarung pada Pilbup Minahasa sekalipun belum adanya SK resmi sebagaimana mekanisme partai.

Figur RD di kabupaten Minahasa memang cukup dikenal karena kapasitas selaku mantan wakil Bupati tetapi juga Calon Legislatif. Apalagi didompleng oleh nama besar saudara kandungnya Olly Dondokambey. Namun begitu tingkat elektabilitasnya sebagai bakal calon di kalangan masyarakat justru kurang diminati serta kontradiktif.

Salah satu indikatornya berkenaan dengan masalah prestasi selama menjabat Wakil Bupati Minahasa sehingga banyak persepsi masyarakat yang mengatakan “so apa RD ada beking selama menjabat? Dia ada beking apa for rakyat pe kesejahteraan? Dan lain-lain angapan masyarakat yang intinya pesimis nan ambiguitas dengan kapabilitas dan kredibilitasnya sebagai akibat kegagalan Pemerintahan ROR-RD merealisasikan janji-janji kampanye.

Yang lebih aneh lagi, munculnya beberapa figur bakal calon wakil bupati pendamping RD seperti: Vanda Sarundajang, Djendri Keintjem, Meki Onibala, Ivana Wuwungan, Hangky Gerungan dan Kim Arina. Ini menunjukkan cara PDIP untuk mencari figur untuk dipasangkan dalam rangka mendorong, menaikkan popularitas sekaligus menutupi kekurangan/kelemahan RD selain persoalan elektoral.

Lihat saja jumlah perolehan suara RD pada pemilihan legislatif 14 Februari 2024 sebanyak 28.000 sekian, itupun merupakan akumulasi suara dari kota Tomohon (Dapil Minahasa- Tomohon).

Sementara jumlah pemilih Kabupaten Minahasa kurang lebih 265.000 jika dihitung secara matematis pemilih RD hanya di kisaran 10 % lebih. Itu berarti sebagian besar masyarakat tidak menghendaki ataupun menyukai figur RD.
Dari situasi kini dinamika di masyarakat ada kekuatiran internal Partai dimana RD bernaung. Terkait tingkat elektabilitas Bakal Calon apalagi ditambah masih traumanya PDIP atas kekalahan pada PILPRES barusan, sehingga menimbulkan sikap Dilematis, “Tidak mendukung RD sama dengan melawan sang nama besar OD.” Mungkin kapan lagi RD dicalonkan papan satu mumpung momentum OD masih berkuasa sebagai Gubernur Sulut. Disisi lain manakalah mencalonkan RD membutukan perjuangan keras Partai dengan konsekuensi yang terburuk yakni kekalahan.

Menarik untuk ditunggu intriknya, 27 November 2024 pembuktiaanya.

(Stenly Dervie Rau, pengamat sosial politik dan seorang pengacara)

Berita Terkait

Top