Renungan Minggu: 9 – 15 Februari 2025 – Ulangan 31:9-13- Mendengar Firman Agar Hidup Takut akan Tuhan


ALASAN PEMILIHAN TEMA

Sebuah penelitian dari Global Overview Reports memperlihatkan bahwa pada tahun 2021 Indonesia berada di peringkat ke-9 penduduk yang paling banyak menggunakan teknologi digital dan tahun 2023 naik menjadi peringkat ke-4. Hal ini menandakan Indonesia juga menjadi salah satu negara yang begitu melek teknologi. Namun pada hakekatnya, apabila kita merenungkan hal ini maka ada dampak positif dan negatifnya. Positifnya adalah teknologi digital tentu banyak membantu kehidupan manusia, seperti penggunaan internet memudahkan kita untuk mendapatkan informasi dan dapat digunakan juga sebagai sarana dalam pemberitaan firman Tuhan. Di sisi lain, ada dampak negatif yang begitu mencolok seperti relasi menjadi semu, artinya bertemu tetapi tidak terjadi interaksi dan komunikasi antara satu sama lain karena sibuk dengan gadget masing-masing. Hal ini juga menjadi tantangan dalam kehidupan berjemaat. Sebab, tidak adanya interaksi dan komunikasi akan berdampak pada keutuhan keluarga dan proses pewarisan iman dalam persekutuan jemaat dan keluarga terabaikan. Gereja bertanggungjawab untuk memperdengarkan dan mengajarkan firman TUHAN dan menolong warga gereja untuk beriman kepada-Nya. Teks Ulangan 31:9-13 ini menjadi bahan perenungan untuk menghidupi tugas panggilan sebagai gereja di tengah era digital. Teks bacaan ini akan dibahas di bawah tema “Mendengar Firman Agar Hidup Takut Akan TUHAN.”

PEMBAHASAN TEMATIS

Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)

Naskah Ibrani menyebut kitab Ulangan sebagai Haddebarim. artinya ‘perkataan,’ yang diambil dari permulaan kitab ini yang berbunyi, “inilah perkataan-perkataan yang diucapkan Musa kepada seluruh orang Israel di seberang sungai Yordan.- Kitab Ulangan menceritakan tentang hukum Taurat yang dijelaskan kepada orang Israel di padang gurun. Kitab ini tidak memuat hukum baru, melainkan penjelasan tentang hukum yang telah diberikan sebelumnya sebagai persiapan memasuki tanah Kanaan yang dijanjikan Allah kepada nenek moyang mereka. Musa mengatur beberapa hal bagi masa depan bangsa Israel, seperti mengalihkan kepemimpinan kepada Yosua, pembacaan hukum Taurat setiap akhir tujuh tahun, menyanyikan pembebasan Israel dan memberkati suku-suku Israel. Itu berarti Allah tetap memelihara janji untuk terus menyertai Israel. Secara khusus, teks yang direnungkan saat ini, Ulangan 31:9-13 memuat amanat Musa kepada imam-imam dan semua tua-tua Israel untuk membacakan hukum Taurat bagi bangsa Israel pada setiap akhir tujuh tahun yaitu pada hari raya Pondok Daun. Hari raya Pondok Daun ini adalah salah satu dari tiga perayaan tahunan di Israel. Perayaan ini dilaksanakan sebagai bentuk pengucapan syukur kepada Allah karena panen di musim gugur dan menjadi pengingat pada pertolongan Tuhan bagi nenek moyang mereka ketika mengembara di padang gurun.

Pemberian hukum Taurat kepada bangsa Israel begitu penting. Tujuannya agar hukum Tuhan tetap terpelihara di setiap generasi serta orang Israel setia dan taat melakukannya. Teks Ibrani menggunakan kata Taurat untuk mengartikan hukum namun, arti dasar kata itu adalah instruksi orang tua kepada anak-anaknya. Seorang teolog, Jacob Neusner mengatakan bahwa pada dasarnya Taurat adalah bahasa kasih Allah kepada manusia sehingga harus terus-menerus diajarkan dari generasi ke generasi.

Ulangan 31:9-11 mengatakan bahwa setelah hukum Taurat itu ditulis, Musa memberikannya kepada imam-imam bani Lewi dan para tua-tua Israel. Imam-imam adalah pemimpin agama dan para tua-tua Israel adalah pemimpin masyarakat. Jadi hukum Taurat diberikan terlebih dahulu kepada para pemimpin untuk dilakukan dan diajarkan kepada seluruh umat. Ini menekankan tanggungjawab para pemimpin dalam memperdengarkan firman Tuhan agar umat belajar takut akan Tuhan dan setia melakukannya. Hukum Taurat bukan hanya sebagai seperangkat aturan untuk ditaati tetapi untuk menolong bangsa Israel tetap hidup berkenan di hadapan Allah. Hukum Taurat diberikan untuk memelihara kehidupan yang adil, benar dan penuh damai sejahtera. Itulah pernyataan kasih Allah.

Ayat 12 dan 13 menyebutkan perintah mendengarkan hukum Taurat ini juga diberikan kepada segenap bangsa Israel meliputi laki-laki, perempuan, anak-anak bahkan orang asing yaitu pendatang yang hidup bersama-sama dengan bangsa Israel. Ayat-ayat ini juga menyebutkan kata `mendengarnya,’ `belajar takut akan TUHAN’ dan `melakukan dengan setia’ sebagai satu rangkaian perintah. Kata mendengar berasal dari akar kata syama yang berarti mendengar, memperhatikan, mengetahui, memahami dan melakukan apa yang didengar. Sehingga kata ini mengandung makna ketaatan, dengan demikian paralel dengan kata shema (dengarlah) yang merupakan pengakuan iman dari bangsa Israel tentang Allah sebagaimana tercantum dalam Ulangan 6:4-5. Pada umumnya orang Yahudi memberi pengajaran shema setelah anak-anaknya mampu berbicara. Hal ini penting bagi orang Yahudi sebagai bentuk pernyataan komitmen kepada Tuhan. Teks ini, menegaskan bahwa Allah menghendaki seluruh lapisan orang Israel, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa memiliki kesediaan untuk mendengar serta taat melakukan perintah Allah itu. Jadi, mendengar perintah Tuhan bukan hanya sekadar membuka telinga saja, tetapi juga memahami segala perkataan dan melakukannya dengan sungguh-sungguh taat dan setia. Sedangkan belajar takut akan TUHAN berasal dari terjemahan asli lamdu leyir’ah et-Yahweh. Lamdu dari kata dasar lamad yang dalam Perjanjian Lama sering dikaitkan dengan proses belajar-mengajar. Kata tersebut menegaskan suatu tindakan untuk membuat seseorang tahu tentang sesuatu. Dengan mendengar, umat memahami bahwa ia harus takut akan Tuhan sehingga orang yang memberikan pengajaran memiliki tanggung jawab untuk membuat yang diajar bukan hanya mengetahui dan memahami tetapi hidup  di dalamnya.

Selanjutnya, melakukan dengan setia dalam teks Ibrani menggunakan kata wesyameru la’asot menunjuk pada tindakan menjaga untuk tetap melakukan secara terus menerus. Sehingga hukum Taurat yang berisi ketetapan Allah harus senantiasa diingat, dipelihara dan dilakukan setia secara turun-temurun.

Dengan demikian, perintah mendengar, belajar takut akan Tuhan dan setia melakukan firman Tuhan dilakukan secara berkesinambungan oleh semua kalangan baik para pemimpin maupun umat, laki-laki maupun perempuan, anak-anak dan orang dewasa, serta orang Israel dan pendatang.

■ Makna dan Implikasi Firman

• Meskipun umat Israel telah melakukan penyelewengan-penyelewengan yang melukai hati Tuhan, tetapi Ia tetap mengasihi mereka. Karena kasih-Nya, Ia memberikan hukum Taurat yang harus terus diperdengarkan kepada setiap generasi. Jadi, mendengarkan dan melakukan hukum Tuhan adalah bentuk respon umat atas kasih Allah. Gereja bertanggung jawab untuk terus-menerus memperdengarkan firman Tuhan kepada warga gereja agar mereka dapat belajar takut akan Tuhan dan melakukan pengajaran firman Tuhan

• Mendengar, belajar takut akan Tuhan, dan setia melakukan hukum Taurat adalah perintah yang diberikan kepada semua kalangan, baik para pemimpin maupun umat, laki-laki maupun perempuan, anak-anak maupun orang dewasa, orang Israel maupun orang asing. Perintah inipun diberikan kepada semua orang percaya di era digital ini, termasuk keluarga-keluarga Kristen yang harus menjadi basis pewarisan iman yang krusial dalam membentuk generasi yang hidup memuliakan Tuhan dengan taat setia pada ketetapan-Nya. (mtpjgmim)

Berita Terkait

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *


Top