Renungan Minggu: 24 – 30 November 2024 – Cintailah Kebenaran dan Damai – Zakharia 8:1-19
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Jika kita mencermati kondisi dan keadaan masyarakat saat ini, maka masih terlihat adanya kehidupan yang mempraktekan cara hidup yang tidak benar. Itulah yang menyebabkan terjadinya kekacauan atau tidak ada kedamaian seperti tawuran dan perkelahian antar kelompok masyarakat.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata cintailah dari kata dasar cinta yaitu suka sekali, ingin sekali, berharap sekali. Kebenaran dari kata benar yaitu sesuai sebagaimana adanya/seharusnya; betul; tidak salah, lurus hatinya dan dapat dipercaya. Dan kata damai yaitu tidak ada perang; tidak ada kerusuhan; aman; tentram; tenang; dan keadaan tidak bermusuhan; rukun. Arti kata-kata ini menjadi komitmen yang bukan hanya sekedar diucapkan saja, tetapi harus diwujudkan dalam segala aspek kehidupan umat manusia di dunia ini, lebih khusus orang Kristen.
Jika manusia mencintai kebenaran dan kedamaian, maka pasti akan tercipta suasana yang saling menghormati dan menghargai setiap perbedaan suku, agama, ras dan antar golongan. Karena itu, tema yang menjadi perenungan kita di sepanjang minggu yang berjalan adalah “Cintailah Kebenaran dan Damai”.
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Kitab Zakharia merupakan salah satu kitab termasuk dalam kelompok kitab-kitab kenabian dalam Perjanjian Lama. Nabi Zakharia berkarya di zaman Raja Koresh dari Persia pada tahun 520-518 SM. Masa itu sekitar 20 tahun sesudah pembuangan di Babel berakhir. Nama Zakharia dalam bahasa Ibrani berarti ”TUHAN mengingat”.
Tujuan ganda Nabi Zakharia dalam kitab Zakharia adalah untuk mendorong sisa-sisa kaum Yahuda agar melanjutkan pembangunan kembali Bait Suci dan bertekun hingga tugas itu selesai. Dan mendorong, mendesak umat untuk percaya kepada Tuhan Allah agar damai sejahtera ditaburkan-Nya. Bahkan meminta mereka melihat jauh melampaui masa kini dan membayangkan sebuah kota Yerusalem Baru yang disebut sebagai ”Kota Kebenaran”.
Zakharia 8:1-19 berbicara mengenai keselamatan bagi umat-Nya dalam pembuangan. Bagian ini dimulai dengan perkataan : Datanglah firman Tuhan semesta alam. (ayat 1). Tuhan Allah berusaha untuk Sion dengan kegiatan yang besar dan kehangatan amarah yang besar (ayat 2). Tuhan Allah berjanji akan kembali ke Sion. Ia akan berdiam di tengah-tengah Sion, Yerusalem. Ketika Tuhan Allah diam di Yerusalem, maka ”Yerusalem akan disebut Kota Setia, dan gunung TUHAN semesta alam akan disebut Gunung Kudus. Akan ada lagi kakek-kakek dan nenek-nenek duduk di jalan-jalan Yerusalem, masing-masing memegang tongkat karena lanjut usianya.” (ayat 3-4). Di Yerusalem akan ada damai sejahtera yang ditandai dengan banyak anak laki-laki dan anak perempuan yang bermain-main di jalan-jalan kota Yerusalem. Artinya, keturunan umat menjadi banyak. (ayat 5) Ayat 3-5 menggambarkan ada kedamaian, kesejahteraan, umur panjang dan pertumbuhan penduduk.
Kota Yerusalem akan dipulihkan karena datangnya Tuhan Allah berdiam di Yerusalem. Bagi sisa-sisa bangsa Israel menganggap hal itu Ajaib, tetapi bagi Tuhan Allah adalah kehendak-Nya bagi mereka yang bertobat. Tuhan Allah membawa umat-Nya yang terbuang kembali ke Yerusalem. Di Yerusalem mereka akan menjadi umat-Nya dan Tuhan menjadi Allah mereka dalam kesetiaan dan kebenaran (ayat 6-8).
Bagi sisa-sisa Israel yang tidak ikut dibuang, yang sudah mendengar Firman Tuhan dari Nabi-Nabi dikuatkan hatinya, sejak dasar Bait Allah di Yerusalem diletakkan. Sebelum dasar Bait Allah diletakkan, tidak ada rezeki bagi manusia, juga bagi binatang bahkan tidak ada keamanan karena adanya musuh bagi orang yang masuk dan keluar Yerusalem dan terjadi pertengkaran di antara mereka. Tetapi saat Tuhan Allah kembali datang diam di Yerusalem, maka tidak akan ada lagi pertengkaran bagi sisa-sisa Israel. Tuhan Allah akan menabur damai sejahtera, pohon anggur akan memberi buahnya, tanah akan memberi hasilnya, langit akan memberi air embunnya dan sebagai milik mereka (ayat 9-12).
Jika kaum Yehuda dan Israel dahulu menjadi kutuk di antara bangsa-bangsa, maka ketika Tuhan Allah hadir, mereka diselamatkan. Karena itu, diingatkan kembali tentang pemberontakan nenek moyang mereka yang membuat-Nya murka dan memberikan malapetaka. (ayat 13-14) Tetapi umat-Nya bertobat maka Tuhan Allah kembali berbuat baik kepada Yerusalem dan kepada kaum Yehuda sehingga mereka tidak takut lagi. Karena itu umat-Nya diminta agar melaksanakan hukum dengan benar, jangan merancang kejahatan dan tidak bersumpah palsu agar mendatangkan damai di pintu-pintu gerbangmu atau tempat pengadilan. (ayat 13-17)
Firman Tuhan menjanjikan jika umat-Nya mencintai kebenaran dan damai maka pada waktu puasa dalam bulan yang keempat, dalam bulan yang ketujuh dan dalam bulan yang kesepuluh akan menjadi kegirangan dan sukacita serta menjadi waktu-waktu perayaan yang menggembirakan bagi kaum Yehuda. (ayat 18-19).
Berdasarkan firman Tuhan kepada Zakaria maka dinubuatkan kemenangan atas semua musuh dan keselamatan dari Tuhan Allah. Yerusalem dipulihkan ketika keadilan dan kebenaran Tuhan Allah diberlakukan. Maka Yerusalem diberkati dan diberikan kehidupan baru. Yerusalem yang baru adalah simbol hadirnya damai sejahtera karena orang percaya hidup berkenan kepada-Nya dengan taat dan setia melakukan kehendak-Nya.
• dari kehancuran dan penderitaan di pembuangan sebagai hukuman karena dosa. Tuhan Allah telah membebaskan kita dari hukuman atas dosa. Karena dosa kita telah ditebus dan hidup kita dikuduskan oleh pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib. Firman yang disampaikan kepada umat-Nya di pembuangan juga ditujukan kepada kita yang hidup tidak sepi dari penderitaan dan problematika. Janji kasih setia-Nya tidak berkesudahan di tengah ketidaksetiaan kita. Karena itu kita diajak tanpa henti untuk bertobat, dengan selalu hidup mencintai kebenaran dan damai sehingga tercipta suasana yang aman, tentram dan sejahtera.
Makna dan Implikasi Firman
- Gereja dihadirkan Tuhan Allah di dunia ini untuk melaksanakan tugas panggilan-Nya. Tugas Gereja adalah memberitakan kehendak dan karya keselamatan-Nya di dalam dan melalui Anak-Nya yang tunggal, Yesus Kristus.
- Orang percaya kepada Tuhan Allah yang bergumul dengan problematika hidup yang mengguncang imannya, menjadi alamat dari pemberitaan firman ini. Tuhan Allah dengan kekuatan-Nya memulihkan umat-Nya dari kehancuran dan penderitaan di pembuangan sebagai hukuman karena dosa. Tuhan Allah telah membebaskan kita dari hukuman atas dosa. Karena dosa kita telah ditebus dan hidup kita dikuduskan oleh pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib. Firman yang disampaikan kepada umat-Nya di pembuangan juga ditujukan kepada kita yang hidup tidak sepi dari penderitaan dan problematika. Janji kasih setia-Nya tidak berkesudahan di tengah ketidaksetiaan kita. Karena itu kita diajak tanpa henti untuk bertobat, dengan selalu hidup mencintai kebenaran dan damai sehingga tercipta suasana yang aman, tentram dan sejahtera.
3. Tuhan Allah berjanji kepada semua orang yang telah dipulihkan untuk diberkati dan janji-Nya pasti ditepati. Kita tidak usah ragu dan harus mengaminkan janji-Nya, bahwa hidup ini akan diberkatinya ketika beriman sungguh-sungguh kepada-Nya. Bukan hanya generasi kita yang diberkati-Nya tetapi sampai kepada generasi-generasi selanjutnya. Kalau kita berjanji maka janganlah membuat orang lain menjadi trauma, gelisah, kecewa dan putus asa akibat dari suatu janji yang tidak ditepati.
4. Hidup dalam kesetiaan dan kebenaran Tuhan Allah akan mendatangkan keselamatan. Tantangan dan pergumulan apapun tidak boleh melemahkan kita dalam mempertahankan kesetiaan dan ketaatan akan kebenaran-Nya.
5. Realitas dunia sekarang ini dan terlebih kehidupan di masa-masa yang akan datang tentulah diliputi dengan berbagai kekuatiran dan ketakutan. Orang Kristen, tidak perlu merasa kuatir bahkan takut menghadapinya. Mengapa? Karena jaminan-Nya bagi orang yang telah diselamatkan akan dimampukan untuk menjalani kehidupan seberat apapun. Ia akan menolong dan menguatkan kita. Tuhan Allah selalu menjaga, melindungi dan menyertai perjalanan hidup kita sampai selama-lamanya.
6. Janji penyertaan Tuhan bagi kita yang selalu memelihara hidup yang kudus karena kita adalah Bait Allah (1 Korintus 3:17), Gereja yang kudus.
7. Dalam kaitannya dengan Gedung Gereja sebagai pusat peribadatan masing-masing jemaat, maka kita juga diingatkan untuk ”jangan menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah …dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat” (Ibrani 10:25). Amin. (mtpjgmim)