Renungan Minggu: 2 – 8 Maret 2025 – 1Petrus 5:1-11 – “Hendaklah Gembala Menjadi Teladan Bagi Kawanan Domba”


ALASAN PEMILIHAN TEMA

Sebagian warga gereja menganggap gembala adalah jabatan gerejawi yang hanya dikerjakan oleh orang-orang tertentu seperti pendeta. Akibatnya orang membedakan antara jabatan rohani dan duniawi. Padahal sesungguhnya kata gembala menunjuk kepada seorang pemimpin yang membimbing, mengayomi, sehingga orang lain memperoleh kemampuan untuk mengembangkan karunia yang ada padanya. Jadi, siapapun yang melaksanakan tugas dan tanggung jawab pelayanan sesungguhnya ia juga sedang melaksanakan tugas sebagai seorang gembala.

Dalam tugas pelayanan gereja, penggembalaan adalah tugas semua anggota sidi jemaat. Akan tetapi, kenyataannya banyak gembala yang belum dapat melaksanakan tugas sebagaimana mestinya. Lebih memprihatinkan lagi jika Pelayan Khusus belum dapat melaksanakan tugas penggembalaan dengan baik dan menjadi teladan karena berbagai alasan. Oleh karena itu, teks renungan minggu ini dibaca dalam terang tema: “Hendaklah Gembala Menjadi Teladan Bagi Kawanan Domba.”

PEMBAHASAN TEMATIS

Pembahasan Teks Alkitab (Exegese) 

Nama Petrus, berasal dari kata Yunani Petros yang artinya batu karang. Penulis surat ini menyebut dirinya sebagai “Petrus, rasul Yesus Kristus” (1:1) dan “teman penatua dan saksi penderitaan Kristus” (5:1). Namun, hingga saat ini masih ada perdebatan di antara para ahli Perjanjian Baru tentang penulis surat ini. Satu hal yang dapat dikatakan adalah bahwa penulis surat ini merupakan seorang Kristen yang hidup di salah satu provinsi Roma di Asia Kecil sekitar tahun 70–115 M. Surat ini ditujukan kepada: orang-orang pendatang yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia kecil dan Bitinia yaitu ‘orang-orang yang dipilih sesuai rencana Allah, dikuduskan oleh Roh supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya’ (1:2). Mereka adalah orang-orang Kristen non-Yahudi yang sementara mengalami penderitaan karena iman mereka kepada Yesus Kristus pada masa pemerintahan beberapa kaisar Romawi seperti Nero, Domitianus, dan Trajanus. Kaisar Nero, misalnya, mengkambing-hitamkan orang Kristen sebagai pelaku pembakaran dan mengusir mereka keluar dari kota Roma. Penulis menyatakan bahwa penganiayaan ini untuk membuktikan kemurnian iman yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, diuji kemurniannya dengan api sehingga memperoleh puji-pujian, kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya (1: 6-7).

Teks bacaan kita, 1 Petrus 5:1-11 berisi nasihat kepada para penatua atau penilik jemaat (Yunani: presbyteros, artinya seorang yang dituakan). Penatua adalah jabatan untuk mengerjakan tugas penggembalaan yang bertanggung jawab melayani, memelihara, mendisiplinkan dan melindungi jemaat. Penulis menyebut para penatua ini sebagai teman-teman sekerja, dan menyatakan bahwa mereka akan mendapatkan bagian dalam kemuliaan yang dinyatakan kelak (ayat 1). Para penatua diminta untuk, “Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri.” (ayat 2) Tugas ini merupakan panggilan agar memberi diri tanpa pamrih; jangan memerintah tetapi menjadi teladan bagi kawanan domba (ayat 3). Nasihat-nasihat ini menegaskan bahwa melayani bukanlah untuk kekuasaan dan keuntungan ekonomi.

Penatua adalah hamba-Nya yang melayani domba-domba-Nya dengan meneladani Tuhan Allah sebagai Gembala Agung. Sebagaimana ungkapan raja Daud dalam Mazmur 23, “TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. 2. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; 3.  Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar… 4. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.5. Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku…” Seorang gembala atau pelayan-Nya melaksanakan pekerjaan menuntun domba-domba-Nya. Proses ini membutuhkan kasih sayang dan perhatian, supaya domba-Nya tidak ada yang tersesat, kelaparan, haus dan sakit. Penulis mengingatkan para penatua agar bertanggung jawab untuk menjaga dan melindungi jemaat yang sedang mengalami penderitaan akibat penganiayaan. Mereka harus memberi teladan agar jemaat tetap memelihara iman dan mampu menghadapi berbagai tantangan walaupun kematian menjadi taruhannya.

Selanjutnya para penatua diminta agar tidak mengingkari iman kepada Yesus Kristus yang mati, bangkit dan naik ke sorga untuk menyediakan tempat bagi mereka yang tetap setia kepada-Nya. Ketika Yesus Kristus datang menghakimi maka orang percaya yang telah memelihara iman akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu (ayat 4). Kesetiaan sejati dilihat dalam kemampuan untuk bertahan sekalipun banyak mengalami rintangan.

Penulis juga menasihati, mengingatkan dan mengajarkan kepada orang muda agar mereka tunduk kepada orangtua dengan cara menghormati orang-orang yang tua, menerima nasihat, didikan, dan pengajaran. (bdk Ul. 6:7) Penulis mengingatkan bahwa Tuhan Allah menentang orang congkak dan mengasihani orang yang rendah hati (ayat 5) agar anggota jemaat merendahkan diri satu sama lain demi menghindari pertentangan yang mengancam keutuhan persekutuan jemaat. Jemaat diajak untuk merendahkan diri di bawah tangan Tuhan Allah yang kuat supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya (ayat 6).

Di tengah penderitaan akibat penganiayaan, para penatua dan jemaat diminta untuk menyerahkan segala kekuatiran kepada Tuhan Allah yang memelihara kehidupan mereka (ayat 7). Mereka diingatkan supaya sadar, tidak tertekan, tenang dan tidak panik. Selalu waspada dan berjaga-jaga karena lawan yaitu penganiaya, iblis si jahat dan penipu berjalan keliling seperti singa mengaum-aum mencari orang yang dapat ditelannya (ayat 8). Kepada penatua diingatkan untuk melawan dengan iman yang teguh, sebab penderitaan yang mereka alami juga dialami oleh semua saudaramu di seluruh dunia yang mengalami penderitaan yang sama (ayat 9).

Bagi penulis, pengharapan menjadi kekuatan untuk menghadapi kesusahan, kesukaran dan penderitaan. Sebagaimana yang ditegaskan pada ayat 10, Tuhan Allah sumber segala kasih karunia telah memanggil orang yang percaya kepada Kristus pada kemuliaan-Nya yang kekal akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan sesudah menderita seketika lamanya. Karena Tuhan Allah yang empunya kuasa sampai selama-lamanya menyertai mereka.

Perikop ini diakhiri dengan nasihat kepada para penatua supaya menjaga dan memelihara iman sekaligus memberi teladan yang baik dalam hal ketekunan iman agar tidak goyah dan mengingkari iman kepada Yesus Kristus.

Makna dan Implikasi Firman

• Tuhan Allah dalam Yesus Kristus adalah Gembala Agung yang memberi hidup, membimbing ke jalan yang benar, serta menghibur untuk tidak takut pada bahaya. Gembala Agung ini menugaskan hamba-hamba-Nya, seperti para pelayan khusus dan perangkat pelayanan lainnya untuk menggembalakan jemaat dengan meneladani-Nya.

• Tugas menggembalakan adalah panggilan melayani bukan memerintah apalagi mencari popularitas diri dan keuntungan ekonomi.

• Generasi muda adalah gereja masa depan sebagai penerus tongkat estafet pelayanan yang dipercayakan oleh Yesus Kristus. Tugas kita mempersiapkan anak-anak sejak dini sebagai pewaris kehidupan gereja di masa agar mereka tidak sekedar pintar secara akademik tetapi utuh secara mental, spiritual, dan sosial; memiliki kemampuan, keterampilan, etos kerja yang mampu memanfaatkan teknologi digital secara bertanggung jawab dalam ketaatan kepada Yesus Kristus Gembala Agung.

• Firman Tuhan mendidik untuk hidup merendahkan diri seorang terhadap yang lain. Tidak menganggap diri paling utama tetapi saling membantu dalam menanggung beban.

• Pada masa sekarang ini, banyak jemaat kehilangan pekerjaan dan hidup dalam kemiskinan. Mereka kesulitan mencari pekerjaan. Sementara itu, lahan-lahan produktif telah beralih fungsi menjadi pemukiman; harga bahan/ kebutuhan pokok mulai naik; hasil produksi pertanian menurun. Oleh karena itu, gereja harus mempersiapkan warga gereja agar mereka menjadi manusia yang berkualitas dan mampu bersaing.

• Pengaruh teknologi digital di satu sisi sangat membantu mengembangkan peradaban manusia, tetapi di sisi lain banyak menimbulkan hal negatif sehingga merusak mental dan spiritual, termasuk kaum muda. Gereja harus mendampingi warga jemaatnya untuk bijaksana dalam menggunakan teknologi digital tersebut.

• Tuhan Yesus Kristus mengutus dan memakai semua orang percaya sesuai karunia masing-masing untuk menjadi pemimpin dan gembala. Karena itu, hendaklah para gembala menjadi teladan bagi kawanan domba kepunyaan Allah. (mtpjgmim)

Berita Terkait

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *


Top