Renungan Minggu: 10-16 November 2024, Kejadian 21:8-21 Bangunlah, Angkatlah Anak Itu dan Bimbinglah Dia
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Kendati keluarga bukan hanya sekedar kumpulan individu yang tinggal satu atap dan merupakan tempat di mana nilai kasih sayang diberlakukan. Kesatuan, harmoni, kerukunan dan solidaritas dalam keluarga mendukung perkembangan setiap anggota keluarga. Namun di era sekarang, sering terjadi tindakan kekerasan terhadap anak. Ironis dan mirisnya, tindakan tersebut ada yang dilakukan oleh orang terdekat, termasuk dalam keluarga. Keluarga atau orang terdekat yang
harusnya menjadi tempat mendapatkan bimbingan dan kehangatan cinta kasih malah menjadi sebuah ancaman bagi pertumbuhan anak.
GMIM, sebagai gereja ramah anak, terus berupaya untuk menyelesaikan persoalan ini. Untuk itulah dalam perenungan di sepanjang minggu berjalan ini akan dituntun oleh tema “Bangunlah, angkatlah anak itu dan bimbinglah dia” berdasarkan Kejadian 21:8-21.
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Kejadian pasal 21: 8-21 merupakan sebuah cerita tentang pemenuhan janji Tuhan Allah yang membawa sukacita kepada kehidupan Abraham dan Sarah. Kebahagiaan dalam keluarga Abraham nampak jelas ketika mereka melihat pertumbuhan Ishak ketika ia disapih (ayat 8). Disapih (gamal) dalam Septuaginta adalah kata kerja apogalaktizo berhenti menyusui.
Penyapihan juga berarti bahwa anak meninggalkan daerah sekitar ibunya dan dibebaskan untuk bermain dengan anak-anak lain, yang terbukti dalam bagian bacaan ini, Ishak bermain bersama Ismael. (ayat 9)
Dalam Kejadian 21:8-21 ada dua pokok besar yang akan dibahas yaitu; pertama, pengusiran Hagar dan Ismael (Ayat 8-14) dan kedua, pengalaman Hagar dan Ismael di padang gurun Bersyeba.
1. Pengusiran Hagar dan Ismael
Pengusiran Hagar dan Ismael disebabkan perasan tidak senang Sarah melihat tindakan Ismael yang menertawakan atau mengolok-olok Ishak. (ayat 9) Kata “sedang bermain” Ibrani: Metsakheq bisa diartikan sebagai playing (bermain), laughing (tertawa), mocking (mengejek) dan mengolok-olok. Yang terjadi antara Ismael dan Ishak bukan hanya sekedar tertawa, bermain dan mengejek namun mengolok-olok. Kata tersebut dapat diterjemahkan menjadi “mengolok-olok,” “mempermainkan,” “menjadikan bulan-bulanan.”
Di kemudian hari Paulus memberikan komentar atas ayat ini dengan menulis “anak laki-laki” (ISMAEL) dari hamba perempuan (HAGAR) itu lahir menurut daging dan anak laki-laki (ISHAK) dari perempuan merdeka (SARAH) melalui janji (DARI ALLAH)” Dan ditambahkan “pada waktu dia bahwa (ISMAEL) yang lahir menurut daging menganiaya dia (ISHAK) yang lahir menurut Roh, demikian juga sekarang.” (Gal 4:23,29-30). Pengusiran Hagar dan Ismael bukan tanpa alasan tapi
karena perilaku dari Ismael yang membuat geram dan membangunkan amarah Sarah.
Sarah yang geram menyuruh Abraham untuk mengusir Hagar dan Ismael, menunjukkan kekhawatiranya mengenai hak kesulungan atau ahli waris, bahwa janji Tuhan Allah kepada Abraham melalui Ishak dan bukan Ismael. Keputusan untuk mengusir Hagar dan Ismael membuat hati Abraham tidak senang. (ERV: ‘This upset Abraham very much.’= hal ini sangat menganggu Abraham. ESV “very displeasing to Abraham” = sangat tidak menyenangkan Abraham) Tetapi Tuhan Allah menyuruh Abraham menaati kata-kata Sarah. (ayat 10)
Ayat 12.b, Tuhan Allah mengingatkan Abraham, bahwa Ishaklah anak perjanjian. Akan tetapi di tengah-tengah kekesalan dan kesedihan Abraham, Tuhan Allah menghibur Abraham dengan mengatakan bahwa Ismael juga akan dibuat menjadi suatu bangsa besar, karena ia pun keturunan Abraham.
Ayat 14 diceritakan bagaimana Abraham mempersiapkan bekal roti dan sekirbat air lalu menyuruh perempuan itu pergi mengembara ke padang gurun Bersyeba. Padang gurun Bersyeba berada di perbatasan Mesir, terletak sekitar lima puluh mil di selatan Yerusalem dan dua puluh tujuh mil di selatan Hebron.
2. Hagar dan Ismael di gurun Bersyeba
Pengembaraan Hagar dan Ismael di padang gurun Bersyeba bukanlah perkara mudah. Mereka mengalami krisis ketika persediaan air habis dan mengalami kesusahan. Pada saat itu, mereka hanya menangis, tetapi mereka tidak berdoa (ay 16-17). Ay. 16 menunjukkan Hagar yang hanya menangis dalam keputusasaan. Dan ayat 17 dikatakan bahwa Tuhan Allah mendengar suara anak itu. Tuhan Allah dengan penuh kasih memberikan pengharapan dan kepastian bagi mereka berdua
yang mengalami keputusasaan. Dalam keputusasaan Hagar membuang dan menjauh dari Ismael karena tidak tahan melihat anak itu mati. Namun Tuhan Allah menjumpai Hagar dan memberikan jaminan kelepasan dari persoalan serta kepastian masa depan yang cerah bagi kehidupan Ismael. Tuhan Allah akan menjadikan dia sebagai bangsa yang besar. Perintah untuk mengangkat dan membimbing anak itu adalah sebuah perintah yang menuju pengharapan di mana Tuhan Allah menjamin kehidupan dan menjadikan Ismael bangsa yang besar.
Sebelumnya dalam Kejadian pasal 17, walaupun Perjanjian diikat Tuhan Allah dengan Ishak, namun tentang Ismael, Tuhan Allah berfirman “Aku telah mendengarkan permintaanmu; ia akan Kuberkati, Kubuat beranak cucu dan sangat banyak; ia akan memperanakkan dua belas raja, dan Aku akan membuatnya menjadi bangsa yang besar.” (band. Kejadian 17:20) Tuhan Allah mendengar dan mau memelihara hidup Hagar dan Ismael sehingga Ia membuka mata Hagar dan melihat sumur. (ayat 19) Ini bukan mujizat penciptaan sumur baru. Sumur itu sudah lama ada di situ, tetapi tanpa pencelikan mata dari Tuhan Allah, Hagar tidak melihatnya. Ini betul-betul menunjukkan betapa tergantungnya manusia kepada Tuhan Allah dalam segala hal.
Kisah ini menceriterakan tentang rencana dan kehendak Tuhan Allah memimpin keluarga Abraham dan Sarah, berkarya di kehidupan Ishak dan keturunannya. Tuhan juga menolong dan menyertai Hagar dan Ismail di padang gurun, dan memberkati Ismail menjadi bangsa yang besar di tanah Arab.
Makna dan Implikasi Firman
1. Tuhan Allah tetap berkarya dalam kehidupan orang percaya, bukan karena orang itu hebat dan sempurna, tetapi karena tetap mau percaya dan hidup di dalam kehendak-Nya. Firman Tuhan ini mengajarkan kepada kita tentang begitu besarnya kasih karunia dan kesetiaan Tuhan Allah kepada semua anak-Nya. Apa pun dosa dan kesalahan kita, serta betapa pun tidak layaknye kita di hadapan Tuhan Allah, Ia tetap setia pada janji-Nya. Dan Ia akan terus memberikan
anugerah yang baru setiap hari bagi kita.
2. Tuhan Allah selalu menepati janji-Nya sesuai dengan waktunya. Ketika tiba waktu-Nya maka akan membawa sukacita dan kebahagiaan. Orang beriman tentu meyakini bahwa apapun yang dialaminya, ada Tuhan Allah yang sedang terlibat untuk rencana baik di masa depan.
3. Kita terkadang menjadi seperti Sarah dan Hagar bukannya saling menolong tetapi saling menindas. Sebab dendam yang mendarah daging oleh kecemburuan dan merasa tersaingi akan kehadiran orang lain.
4. Tuhan Allah selalu membawa pengharapan bagi masa depan keluarga kita, termasuk anak-anak, maka setialah kepadaNya, ikuti perintah-Nya dan bertanggungjawablah atas kehidupan yang Tuhan Allah berikan. Menaruh perhatian dengan tidak melalaikan tanggung jawab terhadap anak adalah bagian dari iman yang harus dipertanggungjawabkan, karena anak adalah anugerah Tuhan Allah.
5. Belajar dari Abraham yang bertanggung jawab atas hidup keluarganya dengan mendengar dan melakukan sesuai dengan firman Tuhan.
6. Bimbinglah anak-anak kita dengan bijak dan takut akan Tuhan, sehingga tidak mudah mengejek mengolok-olok orang lain atau terlibat bullying (perundungan).
7. Gereja harus terus menyatakan kepedulian dan perhatian terhadap anak-anak dengan tidak menelantarkan dan melakukan pembiaran. Baik dalam kebutuhan tumbuh kembang secara jasmani, maupun kebutuhan rohani dengan menjadi gereja yang ramah anak. Amin. (mtpjgmim)