Renungan Minggu: 1 – 7 Desember 2024 (Minggu Adven I) – Doa Agar Kedatangan-Nya Membawa Harapan Baru – Mazmur 72:1-11


ALASAN PEMILIHAN TEMA

Harapan adalah perasaan dan keinginan untuk menggapai sesuatu yang baik di masa depan. Kendati harapan manusia sering tidak pasti, namun memberikan kekuatan emosional selama masamasa sulit, mendorong ketekunan dan ketahanan dalam situasi tidak pasti. Harapan mepengaruhi cara orang membuat keputusan dan berinteraksi dengan orang lain.

Bagi orang percaya hidup dalam pengharapan pada janji Tuhan Allah adalah pasti.  Jalan untuk menggapai sebuah harapan adalah ora et labora, ‘berdoa dan bekerja’. Dengan berdoa dan membaca firman kita memelihara hubungan yang baik dengan Tuhan Allah sehingga kita mengerti kehendak-Nya dan memberi ketenangan serta ketekunan bekerja  dalam penantian jawaban-Nya.

Kedatangan Yesus Kristus kembali menjadi harapan seluruh orang percaya. Janji kedatanganNya bukan sebuah peristiwa yang menakutkan, melainkan memberi harapan baru yang semakin menguatkan dan memulihkan keadaan hidup manusia. Karena itu tema perenungan kita di minggu Adven I  “Doa agar Kedatangan–Nya Membawa Harapan Baru.”

PEMBAHASAN TEMATIS

Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)

Tradisi Yahudi menggolongkan Mazmur dalam kelompok ketubim artinya kitab-kitab.  Kitab Mazmur dalam Septuaginta (LXX) disebut Psalmoi dari kata kerja Yunani psallo artinya memetik atau mendentingkan. Kata tersebut kemudian menunjuk pada nyanyian (psalmos) atau kumpulan nyayian (psalterion). Kata Psalmos sebenarnya dipakai untuk menerjemahkan kata Ibrani Mizmor yang artinya sebuah nyanyian yang dinyanyikan dengan iringan musik. Mazmur dalam bahasa Ibrani adalah Tehilim berarti Puji-Pujian atau Nyanyian-Pujian, disebut juga Psalter yang merupakan koleksi syairsyair keagamaan yang biasanya digunakan dalam upacara di Bait Allah. Penyusunan Kitab ini diakui bukan hanya oleh satu orang. Daud disebut-sebutkan sebagai pesajak yang suka menciptakan mazmur, kemudian ada nama Salomo sebagai penerus Daud dan beberapa orang lainnya. Tetapi yang pasti bahwa Mazmur ini disusun oleh kelompok ‘orang bijak’. Dan diperkirakan dibukukan sebelum permulaan abad ke-2 SM.

Mazmur 72:1-11 adalah sebuah mazmur yang memberikan gambaran tentang doa bagi pemerintahan raja yang adil. Mazmur ini merupakan salah satu dari sekian banyak mazmur yang dipersembahkan kepada raja-raja Israel atau kepada Raja Mesias yang diharapkan. Mazmur ini mengungkapkan kerinduan akan seorang pemimpin yang memerintah dengan bijaksana, membawa keadilan bagi rakyatnya, memberikan perlindungan kepada yang lemah dan teraniaya.

Dalam konteks Perjanjian Lama, Mazmur ini menjadi suara harapan bagi raja-raja Israel untuk memimpin dengan integritas dan kebijaksanaan, agar berhasil, dihormati bangsa-bangsa dan diberkati berlimpah-limpah oleh Tuhan Allah.

Ayat 1-2 merupakan permohonan kepada Tuhan Allah agar dapat memberikan hikmat dan keadilan-Nya kepada raja dan keturunannya. Ayat-ayat ini menyiratkan harapan bahwa raja akan menerapkan keadilan yang sempurna dan membawa kabar baik bagi rakyatnya. Mazmur ini dikatakan dari Salomo putra Raja Daud, yang terkenal karena hikmatnya. Mazmur ini terkait dengan masa pemerintahan Salomo, yang menyampaikan permohonan kepada  ָYahweh: agar hukumhukum-Nya diterapkan oleh raja dengan adil dan bijaksana dimulai dari raja dan keturunannya. yishpot berasal dari akar kata “shafat” yang berarti “memutuskan,” “menghakimi,” atau “mengadili.” Dalam konteks ini, diharapkan raja dapat memberikan keputusan seadil-adilnya, mengatur masyarakat dengan hukum-hukum yang benar terutama memberi perhatian kepada va’aniyeicha artinya “orang-orang miskin” atau “tertimbun dalam kebutuhan.” Hal ini menunjuk kepada mereka yang terpinggirkan, teraniaya, atau tidak berdaya dalam masyarakat (disebut tertindas dalam hukum).

Ayat 3 Metafora gunung-gunung, harim dan bukit-bukit b’tzedakah menggambarkan keagungan, kemuliaan dan kekuasaan Tuhan Allah yang membawa perdamaian dan kebahagiaan bagi rakyat.  Sehingga mereka menikmati kehidupan yang harmoni dan menikmati shalom, yang artinya “perdamaian,” “keselamatan,” atau “kesejahteraan”, bebas dari perang dan kekerasan. Hal ini menekankan bahwa raja akan menggunakan kekuasaannya untuk memperhatikan kaum tertindas dengan benar dan menindak para penindas dan yang mengeksploitasi orang lain, Raja yang adil akan menegakkan keadilan sosial dan melindungi rakyatnya dari penindasan. Tangan raja yang kuat akan bertindak untuk meredakan ketidakadilan dan memastikan bahwa setiap orang diperlakukan dengan adil.

Ayat 4 mempertegas ungkapan harapan bahwa raja akan memberikan pertolongan kepada orang-orang miskin dan melindungi mereka dengan keadilan dan kebenaran, termasuk pembagian sumber daya dan penegakan hukum yang adil.

Ayat 5-6, Kata im-shamesh berarti “bersama matahari.” Matahari seringkali melambangkan kekuasaan dan keagungan, dan di sini merujuk kepada kedudukan yang luhur dari raja dalam masyarakat. Kata ve-lifnei yareach secara harfiah berarti “di hadapan bulan.” Bulan juga merupakan simbol kekuasaan dan kemuliaan. Selama matahari beredar dan bulan bersinar pemerintahan yang berkeadilan itu akan bertahan turun-temurun. Metafora matahari dan bulan mengungkapkan harapan keberlangsungan pemerintahan raja yang adil. Dengan keagungan dan kemuliaan dari pemerintahan raja yang adil maka raja akan dihormati oleh rakyatnya sebagaimana matahari dan bulan yang menjadi tanda kekuasaan Tuhan Allah dalam penciptaan-Nya. Kata kematar artinya “seperti hujan.” Hujan sering kali merupakan simbol dari berkat dan kemurahan Tuhan Allah. Artinya, pemerintahan raja yang adil akan diberkati seperti hujan yang membasahi rumput yang kering dan gerimis yang mengairi tanah yang membutuhkan air. Ini adalah gambaran tentang kelimpahan dan kesejahteraan yang akan diberikan kepada seluruh masyarakat.

Ayat 7-8 berisi doa tentang pemerintahan raja yang adil dan membawa damai sejahtera bahkan berlimpah-limpah perdamaian dan kesejahteraan (kata ve-rov shalom artinya banyak damai sejahtera). Diperluas dari samudera atau dari dasar laut, dan dari sungai-sungai sampai ke ujung bumi. Kata ujung bumi berasal dari kata Ibrani ad-afsei-eretz. Kata ini menekankan bahwa kekuasaan dan pengaruh raja yang adil akan meliputi seluruh wilayah yang luas.

Ayat 9 menggambarkan tentang kekuasaan dan kemenangan yang senantiasa dimiliki oleh raja yang adil. Musuh-musuh raja akan menyerah dan tunduk di hadapannya. Sedangkan debu bumi akan diinjak olehnya. Ayat ini menyiratkan bahwa raja yang adil memiliki kekuatan untuk mengalahkan musuh-musuhnya dan menegakkan kekuasaannya. Musuh-musuh yang berupaya melawan dan mengancam pemerintahan raja akan ditundukkan dan dihinakan. Penggunaan gambaran “debu bumi” yang diinjak oleh raja menunjukkan kekuasaan yang mutlak dan kedaulatan yang tidak terbantahkan. Raja yang adil akan menginjakkan kaki pada musuh-musuhnya, menunjukkan bahwa mereka tidak dapat menghadapi kekuasaannya dan bahwa raja memiliki otoritas penuh untuk menguasai wilayah yang diperintahnya.

Ayat 10-11, harapan bahwa raja yang adil akan menerima penghormatan, upeti dari berbagai penguasa dan bangsa di seluruh dunia. Penguasa dari Tarsis, sebuah wilayah yang jauh dari Sion, dan penguasa dari Sheba, wilayah di Timur Tengah yang terkenal dengan kekayaannya, dipanggil untuk membawa persembahan dan hadiah kepada raja yang adil. Ayat ini mencerminkan gagasan bahwa pemerintahan yang adil akan menarik perhatian dan penghargaan dari berbagai bangsa dan penguasa di dunia. Karena mengekspresikan pengharapan bahwa semua raja akan sujud menyembah di hadapan-Nya dan semua bangsa akan melayani-Nya (ya’avdu-lo). Hal ini menunjuk pada tindakan pengabdian dan pelayanan kepada Tuhan Allah. Ayat ini juga menunjukkan gagasan tentang pengakuan universal terhadap kedaulatan Tuhan Allah yang dihormati dan dilayani oleh semua raja dan bangsa di seluruh dunia.

Makna dan Implikasi Firman

• Pemerintahan raja yang adil adalah harapan umat Isarel dan seluruh orang percaya. Kepemimpinan yang adil bagi pemazmur menunjukkan harapan akan seorang raja yang akan memerintah dengan bijaksana, membawa keadilan bagi rakyatnya, dan memberikan perlindungan kepada yang lemah dan teraniaya.

• Pemerintahan yang adil adalah cerminan dari rencana dan kehendak Tuhan Allah untuk membawa keadilan, kedamaian, kesejahteraan di dunia ini. Ketika pemimpin mempraktikkan keadilan dan kebijaksanaan, mengupayakan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat, maka pemimpin telah melaksanakan rencana Tuhan Allah dalam menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi umat manusia.

• Hikmat Tuhan Allah dianugerahkan kepada pemimpin-pemimpin untuk membawa damai sejahtera bahkan berlimpah-limpah kesejahteraan dan perdamaian bagi kehidupan umat manusia.

• Pengharapan terhadap Seorang Raja yang akan memerintah dengan kebenaran, keadilan dan dapat menaklukkan segala sesuatu dari samudera raya sampai ke ujung bumi termasuk semua raja-raja/ pemimpin-pemimpin di dunia menunjuk pada Raja di atas segala Raja yaitu Yesus Kristus.

• Seperti pemazmur yang berdoa untuk pemerintahan raja yang adil, maka di Minggu Adven I ini sebagai umat Tuhan kita diajak mendoakan pemimpin-pemimpin bangsa kita agar diberi hikmat untuk memerintah dengan adil dan benar. (mtpjgmim)

Berita Terkait

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *


Top