Renungan Harian: Rabu 13 November 2024, Kejadian 21:14-17 Tuhan Allah Mendengar Tangisanmu


Kejadian 21 : 14-17

Keesokan harinya pagi-pagi Abraham mengambil roti serta sekirbat air dan memberikannya kepada Hagar. Ia meletakkan itu beserta anaknya di atas bahu Hagar, kemudian disuruhnyalah perempuan itu pergi. Maka pergilah Hagar dan mengembara di padang gurun Bersyeba. Ketika air yang dikirbat itu habis, dibuangnyalah anak itu ke bawah semak-semak, dan ia duduk agak jauh, kira-kira sepemanah jauhnya, sebab katanya: “Tidak tahan aku melihat anak itu mati.” Sedang ia duduk di situ, menangislah ia dengan suara nyaring. Allah mendengar suara anak itu, lalu Malaikat Allah berseru dari langit kepada Hagar, kata-Nya kepadanya: “Apakah yang engkau susahkan, Hagar? Janganlah takut, sebab Allah telah mendengar suara anak itu dari tempat ia terbaring.

Firman hari ini mengisahkan bagaimana Hagar mengalami krisis ketiadaan air minum ketika mengembara di padang gurun yang panas dan gersang. Air adalah kebutuhan vital mahluk hidup. Ketiadaan air dapat membuat manusia sakit, menderita, sengsara dan mati. Sebab air di dalam tubuh manusia membantu proses metabolisme, mengangkut nutrisi ke sel-sel, dan membuang racun serta zat sisa melalui urin dan keringat. Orang dewasa mengandung air 60 persen.
Sedangkan bayi 70-80 persen. Jadi dapat dimengerti mengapa Ismael lebih dahulu menderita kesakitan dan menangis ketika ia kekurangan air, “menangislah ia dengan suara nyaring. ” Dan mengapa Hagar, “Ketika air yang dikirbat itu habis, dibuangnyalah anak itu ke bawah semak-semak,” dan “Tidak tahan nelihat anak itu mati.” Karena menurut perhitungannya sebagai manusia tanpa air mereka pasti menderita dan mati.

Setiap manusia pasti tidak menderita kesakitan dan penderitaan jika tanpa adanya pengharapan. Dalam keputusasaan manusia sering tidak memiliki kepekaan dan kehilangan kasih sayang. Ada berbagai alasan melatarbelakangi ketidakpedulian, tidak peka dan melakukan kekerasan seperti kesulitan memenuhi kebutuhan pokok, tekanan hidup, gagal cinta, gagal usaha, gagal studi, gagal mendapat pekerjaan dan lain sebagainya. Keluarga atau orang terdekat yang seharusnya menjadi tempat mendapatkan bimbingan dan kehangatan cinta kasih banyak yang terancam karena masalah di atas. Rasa frustasi akan kebutuhan hidup yang semakin sulit juga dapat menjadi penyebab seperti dalam cerita Hagar dan Ismael yang kehabisan air sebagai kebutuhan pokok manusia.

Hidup ini selalu mengalami pasang surut, terkadang tertawa dan sering menangis. Belajarlah dari kisah Hagar yang sedang berada dalam masalah, namun Tuhan Allah tetap mendengar seruan anaknya, Ismael. Firman hari ini mengajarkan kita bahwa Tuhan Allah mendengar tangisan orang yang tidak berdosa. Tuhan Allah pasti mengerti air mata apa yang sedang kita alami. Janganlah takut menghadapi masalah, tetaplah berharap dan bangkit karena bersama dengan Tuhan Allah pasti kita bisa menghadapi tantangan. “Apakah yang engkau susahkan, Hagar? Janganlah takut, sebab Allah telah mendengar suara anak itu tempat ia terbaring.” Jika kita mengalami keputusasaan, yakinlah Tuhan Allah setia kepada janji-Nya kendati kita sering tidak setia kepada-Nya. Karena itu kita harus selalu berefleksi diri dengan objektif, apakah keputusasaan terjadi karena Tuhan Allah meninggalkan kita, atau kita yang meninggalkan-Nya? Amin.

Doa: Ya Tuhan Allah, tolonglah kami agar dapat memiliki pengharapan di saat menangis karena putus asa dan kediadaan harapan. Berikanlah kami kekuatan menghadapi masalah, sehingga kami tidak menjadi takut untuk melangkah. Amin. (rhkgmim)

Berita Terkait

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *


Top