Proses Terbentuknya dan Berkembangnya Areal Pemukiman di Pesisir Pantai Manado


Oleh : Dra. Sientje Suatan, M.Si.
(Dosen Prodi Sejarah FIB UNSRAT)

DALAM beberapa dasawarsa terakhir ini pembangunan berwawasan lingkungan sering menjadi topik pembicaraan kalangan ahli, praktisi, birokrat maupun masyarakat luas.

Perkembangan tentang hal tersebut memperkenalkan kepada kita berbagai konsep dan terminologi yang telah memilah lingkunagn kehidupan atas perbedaan karakternya seperti ekosistem wilayah pantai dan kepulauan dan ekosistem wilayah bukan pantai dan bukan
kepulauan.

Kemunculan dan perkembangan kelompok-kelompok masyarakat dalam areal pemukiman demikian, tentunya menarik untuk diketahui lebih jauh dan dikaji lebih khusus. Sebab dapat diasumsikan mereka tentu memiliki pengetahuan memadai dalam merancang
strategi untuk beradaptasi dengan lingkungannya.

Berikutnya yaitu karena telah melewati
proses yang panjang dan mampu berinteraksi dengan masyarakat diluar lingkungannya sambil menyerap teknologi dalam rangka pembangunan yang lebih luas. Dapat pula dinyatakan bahwa dalam perkembangan kemudian tidak sedikit permasalahan muncul berkenaan perubahan yang terjadi, seperti misalnya dengan beralih fungsi lokal pemukiman
menjadi bandar yang ramai.

Kota Manado bahkan menjadi objek kajian sebagian diantara garis pantainya sekarang
telah berubah berhubung kegiatan reklamasi dan pembangunan berbagai gedung secara besar-besaran.

Terdapat sedikitt aspek yang dapat dilihat dalam menyusuri proses panjang sejarah
pertumbuhan lokasi pemukiman yang kemudian menjadi Kota Manado seperti yang tampak sekarang. Dengan segala dinamikanya, pertumbuhan Kota Manado langsung berdampak pada kawasan pesisir yang membatasinya.

Dalam hitungan dua abad dapat dilihat bahwa di Utara muara sungai telah berdiri perkampungan Sindulang, Karangria, Tumumpa dan Molas. Sementara untuk wilayah Meras dan Tongkaina perkembangan dilatari oleh dominannya kegiatan nelayan. Untuk bagian selatan selain Calaca, ada Wenang, Pondol, Titiwungan dan Sario; dan untuk wilayah pesisir Bahu, Malalayang dan Kalasey.

Struktur Masyarakat pantai di Manado ini pada awalnya berorientasi ke laut, namun
dalam perkembangannya memperlihatkan bahwa orientasi ke laut perlahan-lahan mulai berkurang, sedangkan perhatian ke darat mulai bergerak di sektor perdagangan dan jasa.

Perkembangan demi perkembangan ini tentu saja terkait dengan tuntutan Manado sebagai kota yang perkembangannya lebih mengarah ke sektor jasa dan perdagangan. Kedudukan Manado sebagai ibukota Sulawesi Utara. Inilah faktor-faktor lain yang kemudian menjadikan Manado selalu menarik untuk didatangi kaum imigran.

Sangat diharapkan bahwa dalam keterbatasannya ini dapat memberi pemahaman diantara para penentu dan pemgambil kebijakan dalam menentukan strategi dan perancangan yang terkait dengan pembangunan kedepannya. Bahkan sejalan dengan kontribusinya dalam
memahami aspek-aspek kesejarahan yang terkait dengan latar belakang terbentuknya
terutama pada areal pemukiman-pemukiman di wilayah pesisir pantai. (**)

Berita Terkait

Top