Pertanian Sulut Ciptakan Dampak Signifikan Peningkatan Produksi dan Keberlanjutan Pangan

MANADO, CahayaManado.com–Pertanian Sulawesi Utara telah menciptakan dampak yang signifikan dalam meningkatkan produksi dan keberlanjutan pangan di daerah. Dari sisi dinamika sistem dimana sistem berubah dari waktu ke waktu.
Hal tersebut disampaikan Dekan Fakultas Pertanian (Faperta) Unsrat Manado Ir. Dedie Tooy, M.Sc, PhD kepada wartawan, Minggu (28/4/2024).
“Maka penting sekali memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan itu,” ujarnya mengutip tulisannya bersama dengan dua teman dosen Faperta Unsrat yakni Herry Frits Pinatik dan Yefta Pamandungan.
Menurut ketiga akademisi ini, sistem dinamik menekankan pada alat, teori, dan konsep yang digunakan untuk memahami perilaku sistem yang berubah dari waktu ke waktu. Ini mencakup penggunaan model matematika, simulasi komputer, dan konsep-konsep seperti umpan balik, non-linearitas, dan kestabilan dalam menganalisis sistem.
Mereka lantas memaparkan produksi padi di Bumi Nyiur Melambai ini untuk tahun 2021 dan tahun 2022 yang telah meningkat secara signifikan. Ada peningkatan produksi dan produktivitas.
“Jika produksi padi dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk, maka produksi beras pada 2022 mencapai 136,96 ribu ton, mengalami kenaikan sebanyak 6,09 ribu ton (4,66 persen) dibandingkan produksi beras pada 2021 yang sebesar 130,87 ribu ton,” ujar Tooy.
Dikemukakan, berbagai upaya pemerintah baik pusat, dalam hal ini, Kementerian Pertanian dan daerah baik di tingkat provinsi, kabupaten/kota sampai ke tingkat kelompok tani perlu diapresiasi sehingga terjadi peningkatan produktivitas khususnya produksi padi dari tahun 2021 ke 2022.
Dalam satu rangkaian sistem di daerah, unsur pemerintah sangat berperan dalam penentuan kebijakan, program seperti peningkatan infrastruktur, subsidi termasuk pupuk, benih unggul dan sarana produksi lainnya.
“Dalam aspek sistem, produktivitas padi sangat tergantung pada inovasi benih unggul, teknologi pemupukan, pengolahan tanah, efisiensi sumber daya manusia, pengendalian hama dan penyakit dan tentunya kondisi awal dari tanah dan iklim,” sebutnya.
Terkait tujuan pencapaian kemandirian pangan, ketiga akademisi ini berpendapat, semakin komplekslah karena banyak dinamika sistem yang saling mempengaruhi, hal ini juga termasuk kebijakan pemerintah di dalamnya.
Strategi yang dimulai dari pemantauan dan prediksi produksi pangan terkait inovasi dan teknologi perlu semakin di tingkatkan.
Dari aspek sistem dinamik, ketiga penulis melihat dengan adanya era kecerdasan buatan menjadi salah satu alat bantu yang dapat digunakan untuk memantau dan menganalisis data produksi pangan secara real-time.
Hal ini dapat membantu dalam memprediksi hasil panen, mengidentifikasi risiko penyakit tanaman, dan menilai kecukupan pasokan pangan di Sulawesi Utara.
Dengan demikian, para petani dan pemerintah dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk meningkatkan produksi dan mengatasi tantangan yang muncul.
Penggunaan sumber daya seperti air, pupuk, dan pestisida, sebut mereka, dapat dioptimisasi melalui analisis data yang cermat, agar dapat memberikan rekomendasi tentang kapan dan di mana menggunakan sumber daya ini secara efisien, sehingga dapat mengurangi pemborosan dan meningkatkan produktivitas pertanian.
Peralatan dan model sistem dinamik dapat membantu melakukan prediksi dan optimisasi termasuk juga dalam pengelolaan praktek pertanian yang ramah lingkungan untuk mengelola sumber daya secara efisien, sehingga dapat meningkatkan produktivitas pertanian tanpa merusak lingkungan sekitarnya.
Dengan meningkatkan produksi lokal dan mengurangi ketergantungan pada impor, diharapkan Sulut dapat menjadi lebih mandiri secara pangan dan lebih tahan terhadap fluktuasi harga dan pasokan global. Akan tetapi, sistem, strategi dan program serta target luaran yang baik perlu di dukung secara integral dan sistematik.
Bagi mereka, vibrasi positif dengan semangat kebersamaan terutama secara sosial kemasyarakatan di daerah yang saling membangun menjadi hal yang sangat penting apalagi di tengah dinamika sistem ekonomi dunia yang terus berubah dengan cepat di era Industri 4.0 yang sangat berpengaruh pada menurunnya tenaga kerja di bidang pertanian.
Namun, tetaplah perlu untuk diingat, dalam segala situasi kita tetap membutuhkan pangan. Terbukti di era pandemi di tahun 2020-2022, pertanian tetap menjadi ujung tombak Indonesia dan daerah kita Sulawesi Utara.
Support benih unggul, pupuk subsidi, pewilayahan komoditi secara optimal, infrastruktur termasuk pasar dan kestabilan harga masih terus menjadi harapan petani kita ke depan.
Di sisi lain aplikasi inovasi dan teknologi budidaya, benih unggul, pupuk, pengolahan tanan, teknologi pasca panen dan keterampilan terhadap manajemen dan produksi perlu terus di tingkatkan.
“Jadi, mari terus kita tingkatkan program unggulan kepada para petani kita, karena merekalah andalan bangsa dalam pembangunan pertanian dan kemandirian pangan,” ujar Tooy mengutip harapan bersama mereka seraya menambahkan, semangat para petani, semangat semua insan pertanian dan stakeholders. (*)