Perbedaan Pemimpin atas Kehendak Tuhan dan Kehendak Manusia
Ilustrasi: Daud melawan Goliat dan Saul yang ditolak sebagai raja Israel
Shalom. Sahabat pembaca yang terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus. Kali ini kita akan berbagi pemahaman tentang apa itu “Pemimpin dan “Kepemimpinan”. Dalam sejarah yang dikisahkan pada cerita kitab suci Alkitab, ada beberapa tokoh pemimpin yang dapat dijadikan suatu sumber inspirasi dalam kehidupan kita. Tetapi itu bukan hanya sebatas sumber inspirasi belaka, tetapi menjadi tuntunan iman bagi kita umat Kristiani.
“Pemimpin”, itulah tokoh yang dimaksudkan. sedangkan “kepemimpinan” adalah bentuk kerja nyata dari apa yang dikerjakan seorang pemimpin. Untuk masuk lebih dalam lagi, mari kita melihat kedua tokoh pemimpin dalam sejarah cerita Alkitab, dan bagaimana hasil kepemimpinannya.
(1).Pemimpin yang dikehendaki rakyat namun bukan kehendak dari Tuhan, tetapi diijinkan Tuhan.
Pada poin pertama ini memang agak miris kedengarannya. Seakan- akan kehendak rakyatlah yang lebih berkuasa dari pada kehendak Tuhan terhadap kriteria seorang pemimpin. Tetapi sekali kali tidak..! Tuhan tidak pernah salah dalam pengambilan suatu keputusan. Karena segala yang Tuhan kerjakan adalah baik adanya. Mari kita lihat Pemimpin atau raja yang bernama Saul dan Daud dalam Alkitab, dan bagaimana kepemimpinannya terhadap bangsa Israel umat pilihan Allah. Sekali lagi, Pemimpin dan kepemimpinan tak dapat terpisahkan, karena keduanya bersinergi dalam implementasi.
Saul adalah raja Israel yang diangkat atas kehendak rakyat, dilatarbelakangi dari suatu kecemburuan rakyat saat itu (bangsa Israel) terhadap bangsa lain, agar bangsa Israel terlihat memiliki seorang raja, dan dapat dipandang kuat oleh bangsa – bangsa lain.
1 Sam 8:4-7 menyimpulkan bahwa, saat itu bangsa Israel dipimpin langsung oleh Tuhan lewat imam besar Samuel. Namun karena bangsa Israel meminta seorang raja, maka Tuhan berkata kepada Samuel, ” pada ayat 7: Tuhan berfirman kepada Samuel, ” Dengarkanlah perkataan bangsa itu dalam segala hal yang dikatakan mereka kepadamu, sebab bukan engkau yang mereka tolak, tetapi Akulah yang mereka tolak, supaya jangan Aku yang menjadi raja atas mereka. Dan pada ayat 9, Tuhan juga berpesan kepada Samuel, agar menyampaikan kepada bangsa Israel bahwa ada suatu syarat yang harus mereka turuti, yakni mengenai hak raja yang mereka kehendaki itu.
(2) Saudara seiman dalam Tuhan kita Yesus Kristus, terkadang kita menganggap bahwa tercapainya sesuatu yang kita kehendaki, adalah pertanda bahwa itu adalah kehendak Tuhan. Jika kita melihat cerita di atas, bahwa hadirnya seorang raja bangsa Israel saat itu ( Saul), bukanlah atas kehendak Tuhan. Melainkan kehendak manusia dengan berbagai macam cara upaya demi terwujudnya satu pilihan.
Bangsa Israel saat itu kurang peka terhadap suara Tuhan. Ketidakpekaan itu didasari dari motifasi-motifasi yang salah, baik secara pribadi atau kelompok dalam menentukan seorang calon memimpin, tanpa mempertanyakan Tuhan. Dan sudah tentu akan membuahkan hasil yang mengecewakan ke depan hari dalam kepemimpinan pemimpin yang dipilih.
Kekasih dalam Tuhan Yesus Kristus, tahukah saudara siapa pemimpin yang dimaksudkan menurut kehendak bangsa Israel saat itu…? Dialah raja Israel yang bernama Saul.
Adapun Saul adalah putra Kish, ia seorang suku Benyamin yang terkecil dari suku-suku Israel, dan yang paling kecil dari suku – suku itu. ( 1-Sam 9:21) Saul, secara fisik adalah pemuda yang tampan. Pemerintahan Saul sebagai raja Israel selama 40 tahun, sebagian besar waktunya dipakai untuk berperang melawan negara-negara termasuk Filistin, Moab, Edom, dan Amalek.
Raja Saul ditolak Tuhan dan digantikan oleh Daud.
Sebelum kita masuk lebih dalam, sebab akibat Saul di tolak Tuhan sebagai raja bangsa Israel dan digantikan Daud, terlebih dahulu kita melihat bahwa Saul dan Daud memiliki beberapa kesamaan dan perbedaan.
Kesamaan keduanya :
1. Saul dan Daud jadi raja, raja pada bangsa yang sama yakni bangsa Israel.
2. Saul dan Daud diurapi oleh imam yang sama, yakni imam Samuel
3.. Saul dan Daud menerima sumber urapan yang sama, yakni dari Tuhan lewat imam Samuel.
4. Keduanya pernah melakukan ketidaktaatan terhadap Tuhan.
(3) Perbedaan Saul dan Daud.
1. Saul menjadi raja bangsa Israel atas kehendak rakyat dan lewat undian, sedangkan Daud dipilih langsung oleh Tuhan, setelah Samuel melakukan seleksi di antara kakak – kakak Daud.
2. Ukuran fisik Saul dan Daud jauh berbeda. Saul lebih besar dan tinggi.
3. Pengalaman di medan perang/militer, Saul sudah menjalani selama 40 tahun (18 tahun bersama Samuel, 22 tahun tanpa Samuel) sedangkan Daud seumur jagung pengalamannya.
4. Saul gemetar di hadapan Goliat. Sedangkan Daud rohnya berkobar-kobar untuk menumbangkan Goliad di tangannya.
5. Daud mengalahkan musuh dengan jumlah berlaksa-laksa, sedangkan Saul beribu ribu.
6. Daud bukan tipe orang yang pendendam. Itulah sebabnya Daud tetap mengakui kepada raja Saul setelah Daud menumbangkan Goliat, bahwa dirinya adalah anak Isai, sekalipun Isai ayahnya tidak memperhitungkan dia di depan Samuel di antara kakak kakak Daud, saat Samuel menyeleksi calon raja menggantikan Saul.
7. Daud adalah tipe orang yang cepat bertobat, ketika dia ditegur oleh nabi Natan atas perbuatan dosanya. Sedangkan Saul saat ditegur Samuel atas pelanggarannya terhadap Tuhan, tidak menumpas habis orang Amalek dan menyisakan Agak, dan masih berargumen bahwa ia Saul mau mempersembahkan yang unggul-unggul yang tidak terbunuh itu untuk Tuhan.
Itulah beberapa persamaan dan perbedaan yang terdapat dalam diri Saul dan Daud. Masih banyak lagi hal-hal yang bisa digalih dalam sejarah Alkitab, kisah raja Saul dan Daud.
Namun pada intinya, ketika kita menyimak peristiwa-peristiwa kedua tokoh tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa itulah gambaran pemimpin dan kepemimpinan yang dikehendaki Tuhan dan yang tidak dikehendaki Tuhan.
Peristiwa di zaman raja Saul dan raja Daud, jika dibandingkan dengan zaman saat ini, hanyalah waktu yang berbeda. Namun kaidah–kaidah dalam roda pemimpin dan kepemimpinan saat ini adalah sama, yakni bertujuan untuk mewakili rakyat, dalam membela serta memperjuangkan nilai nilai kehidupan. Sudah tentu kita sebagai warga negara Indonesia, tak lepas dari ideologi bangsa kita, yakni Pancasila.
Saat ini, segenap rakyat Indonesia, sedang mempersiapkan diri dalam menentukan sikap untuk memilih calon pemimpin, baik tingkat Provinsi dan kabupaten kota (pilkada). Sudah tentu kita menginginkan seorang pemimpin yang takut akan Tuhan. Tentukanlah pilihan itu kepada orang yang tepat, benar–benar terpanggil dalam melayani rakyatnya. Sebab ketika mereka yang terpilih, mereka itu jugalah adalah hamba Allah untuk kebaikan di muka bumi ini.
(Farly Bujung)