Memaknai Lagu Natal: Antara Rohani, Gerejawi, dan Sekuler

Oleh : Dwight Mooddy Rondonuwu
(Ketua Majelis Umat Kristen Indonesia Provinsi Sulawesi Utara)
Desember selalu membawa suasana yang khas. Lampu-lampu berkelap-kelip menghias jalanan, pohon Natal berdiri megah di sudut-sudut ruangan, dan melodi Natal mengalun di mana-mana, dari pusat perbelanjaan hingga ruang ibadah. Di tengah kemeriahan itu, sebuah pertanyaan muncul dalam diskusi kecil kami di grup WhatsApp: “Apakah setiap lagu Natal dapat disebut lagu rohani atau lagu gerejawi?”
Pertanyaan sederhana ini ternyata menggugah hati saya untuk merenung lebih dalam. Musik Natal, yang seakan menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan ini, ternyata memiliki dimensi yang beragam. Ada yang mengangkat tema spiritual, mempertegas pesan kelahiran Kristus, namun ada pula yang sekadar merayakan sisi budaya tanpa menyentuh esensi iman. Namun, di balik harmoni dan kebahagiaan yang ditawarkan oleh lagu-lagu ini, kita dihadapkan pada pertanyaan penting: Apakah musik yang kita dengar benar-benar membawa kita mendekat pada makna sejati Natal? Atau, tanpa sadar, kita malah terseret oleh kemeriahan tanpa refleksi?
Dimensi Teologis Lagu Natal
Secara teologis, lagu Natal yang sejati seharusnya mencerminkan makna mendalam tentang kelahiran Kristus. Dalam Lukas 2:10-11, para malaikat berseru, “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.” Pesan inilah yang menjadi inti dari lagu-lagu Natal rohani, seperti Joy to the World dan Hark! The Herald Angels Sing. Menurut Martin Luther, reformator Gereja yang juga seorang musisi, musik adalah sarana untuk memuliakan Tuhan dan mengajarkan kebenaran Injil. Lagu Natal yang rohani memiliki tujuan ini, bukan sekadar menghibur, tetapi mengarahkan hati kepada Kristus. Dietrich Bonhoeffer, seorang teolog Jerman, menambahkan bahwa nyanyian gerejawi harus membawa manusia pada refleksi mendalam tentang iman dan keselamatan.
Lagu Gerejawi, Melodi untuk Ibadah
Lagu gerejawi tidak hanya indah didengar tetapi juga berakar pada kebenaran firman Tuhan. Dalam tradisi gereja, lagu seperti O Come, All Ye Faithful mengundang jemaat untuk datang menyembah Kristus. Lagu-lagu ini sering digunakan dalam liturgi Natal, memberikan suasana khidmat yang membantu umat merenungkan makna kelahiran Sang Juruselamat. Lagu gerejawi juga memiliki fungsi didaktis, yaitu mengajarkan doktrin dan kebenaran iman. Angels We Have Heard on High, misalnya, menggambarkan perayaan surgawi atas kelahiran Yesus. Sebagai bagian dari ibadah, lagu gerejawi memenuhi panggilan Mazmur 150:6, “Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN!”
Lagu Sekuler, Hiburan atau Tradisi?
Di sisi lain, banyak lagu Natal yang bersifat sekuler, seperti Jingle Bells atau Frosty the Snowman. Lagu-lagu ini lebih berfokus pada suasana perayaan dan elemen budaya Natal, seperti salju, hadiah, atau Santa Claus. Meski menyenangkan, lagu-lagu ini sering kali kehilangan dimensi rohaninya. Sebagai umat percaya, kita diajak untuk berhikmat dalam membedakan mana yang bersifat hiburan semata dan mana yang memiliki nilai rohani. Sebagaimana dikatakan oleh C.S. Lewis, seni dan budaya memiliki tempatnya, tetapi harus diarahkan untuk memuliakan Tuhan. Lagu sekuler boleh saja dinikmati dalam konteks budaya, namun jangan sampai mengaburkan makna Natal yang sebenarnya.
Refleksi untuk Kita Semua
Perayaan Natal adalah momen untuk merayakan kelahiran Kristus, bukan sekadar merayakan tradisi. Lagu-lagu yang kita pilih untuk dinyanyikan atau didengarkan mencerminkan sikap hati kita. Apakah kita lebih tertarik pada keindahan melodi atau pada pesan yang terkandung di dalamnya? Sebagaimana Paulus mengingatkan dalam Kolose 3:16, “Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain sambil menyanyikan mazmur, puji-pujian, dan nyanyian rohani…” Lagu-lagu Natal yang rohani dan gerejawi adalah sarana untuk memperdalam iman kita, bukan sekadar menambah kemeriahan suasana. Di tengah gemerlap perayaan Natal, mari kita memilih untuk memusatkan perhatian pada Kristus. Lagu Natal, baik rohani maupun gerejawi, menjadi alat untuk memuliakan Tuhan dan menyampaikan pesan keselamatan-Nya. Jangan sampai kita tenggelam dalam harmoni duniawi tanpa memahami makna sejati Natal. Mari, dalam setiap nada yang kita nyanyikan, kita kembalikan kemuliaan kepada Tuhan yang telah mengaruniakan Anak-Nya kepada kita sehingga kita mengalami karya keselamatanNya. Itulah esensi Natal yang sesungguhnya. Selamat merayakan Natal Kristus. (**)