Bibliografi dan Sejarah di Wilayah “Tak Terdokumentasikan”?

Oleh: D. Tito Wardani
(Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sam Ratulangi)
No document, No History, inilah pernyataan penting yang dikemukakan oleh Leopold von Ranke. Pentingnya pencarian dokumen untuk merekontruksi sebuah peristiwa sejarah. Dokumen yang tersusun dalam bibliografi sangat dibutuhkan untuk penelitian sejarah.
Rekaman dan peninggalan pada masa lampau ini bisa disebut dengan sumber sejarah, sumber sejarah ialah bahan-bahan yang dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang peristiwa yang terjadi masa lampau. Metode sejarah idealnya untuk menggali sumber, memberi penilaian, dan menafsirkan fakta-fakta pada masa lampau untuk dianalisis dan ditarik kesimpulan dari peristiwa tersebut, lalu dituliskan sesuai dengan temuan dituliskan sebagaimana sejarah itu berbicara.
Penggunaan metode tersebut sangat berkaitan dengan tahun yang menjadi batasan waktu penelitian dimana tahun tersebut merupakan tahun yang telah berlalu dan menjadi bagian dari sejarah. Metode sejarah mempunyai empat langkah penting dalam penelitiannya, antara lain: (1) heuristik; mengumpulkan sumber-sumber sejarah (2) kritik atau analisis; menilai sumber dan memilah sumber sejarah (3) Interpretasi; menafsirkan keterangan sumber-sumber sejarah (4) historiografi; penelitian sejarah. Untuk memperjelas penelitian ini perlu didukung oleh metodologi sejarah yang merupakan suatu metode yang lazim digunakan dalam penelitian sejarah. Dalam hal ini memang kita harus membedakan antara metode dan metodologi karena kedua hal ini berkaitan dengan ilmu sejarah. Metode sejarah adalah “bagaimana mengetahui sejarah”, sedangkan metodologi ialah “mengetahui bagaimana mengetahui sejarah”.
Lalu, bagaimana jika di suatu wilayah yang tidak atau belum ditemukannya dokumentasi tentang sejarahnya? Tentu melalui pendekatan konsep Sejarah Lisan dan Tradisi Lisan dapat menjadi bahan pertimbangan penting untuk menelurusi dan pembuatan dokumentasi tentang sejarah suatu tempat. Pencarian sumber melalui dokumen-dokumen yang belum terdokumentasikan dapat kita lakukan dengan melakukan proses wawancara masyarakat setempat.
Penelusuran melalui dokumen-dokumen kita akan mencari sumber literatur melalui buku-buku yang berkaitan dengan sejarah suatau wilayah, misalnya Sejarah yang berada di Sulawesi Utara. Selain buku beberapa website resmi dan beberapa electronic book (ebook) yang dapat membantu dalam melakukan pengumpulan sumber diantaranya website ebooke.com yang berisi artikel dan jurnal ilmiah dan buku-buku, artikel-artikel yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji. Sumber penelitian sejarah itu terbagi menjadi tiga yakni sumber benda, sumber tertulis, dan sumber lisan. Dalam bentuk sumber tertulis dapat kita gunakan metode bibliografis dan dalam bentuk lisan kita dapat menggunakan metode sejarah lisan, dan melakukan pendekatan ikatan kebudayaan dan ikatan waktunya menggunakan tradisi lisan.
Dalam tahapan heuristik sangatlah disarankan agar kita selalu mengingat bibliografi singkat buku-buku yang pasti diperlukan bagi penelitian sejarah. Gottschalk menjelaskan bahwa pada umumnya sebagai pemula akan cukup kiranya mengingat judul-judul:
1. Sebuah bibliografi atau beberapa bibliografi (sebaiknya yang paling berguna bagi bidangnya),
2. Katalog perpustakaan tercetak,
3. Sebuah ensiklopedia yang baik pada bidangnya,
4. Kamus biografi yang baik,
5. Sebuah kamus sejarah yang baik,
6. Sebuah kamus yang baik mengenai asas-asas sejarah (yakni yang memberikan sejarah kata-kata dan tanggal daripada kebiasaan pemakaian yang baru),
7. Sebuah kamus yang baik pada bidang tematis (ekonomi, teologi, sosiologi, sastra, dan sebagainya), yang mengenai bidangnya,
8. Bibliografi sejarah yang paling sering dipergunakan sebagai referensi,
9. Sebuah buku sejarah umum yang luas (biasanya sebuah simposium) yang paling sering dipergunakan sebagai referensi,
10. Majalah sejarah yang paling terkemuka pada bidangnya,
11. Bibliografi nasional yang berlaku (yakni pengumuman formal oleh penerbit-penerbit atau beberapa instansi pemerintah mengenai penerbitan-penerbitan yang terbaru) yang paling sering dipergunakan sebagai referensi,
12. Suatu koleksi utama daripada dokumen-dokumen yang diterbitkan pada bidangnya.
Seorang sejarawan yang belum terlalu berpengalaman sebaiknya mempersiapkan daftar semacam itu secara tertulis, karena anggapan bahwa akan lebih berguna bagi pemula untuk menyusun daftarnya sendiri.
Catatan Bibliografis merupakan catatan yang memberikan judul-judul buku, artikel, bahkan surat kabar yang akan menjadi bahan penelitian yang relevan atau mungkin ada relevansinya bagi penyelidikan penelitian, termasuk dua jenis: Pertama, mengenai judul yang akan dipakai, Kedua, mengenai judul-judul yang telah dipakai. Jenis pertama menurut Gottschlak, yang diperoleh dari pelbagai alat bantu bibliografis, hanya perlu mengandung cukup informasi untuk memungkinkan peneliti mengidentifikasi bahan; penulisan catatan yang lebih luas mungkin akan menjadi pemborosan waktu, karena setelah diteliti mungkin judul itu tidak ada harganya. Apabila sebagai hasil penelitian terhadap sebuah buku atau artikel kita telah mengetahui bahwa karya itu akan bermanfaat, maka haruslah dibuat suatu catatan bibliografi yang lengkap. Perguruan tinggi, majalah-majalah, dan penerbit-penerbit berbeda paham mengenai apa yang harus masuk didalam suatu catatan bibliografis dan bagaimana urutan-urutannya. Sekali telah dibuat suatu catatan dengan data bibliografis yang eksak mengenai sesuatu bahan yang sungguh-sungguh akan dipergunakan oleh peneliti, maka tidak diperlukan lagi dalam catatan-catatan yang akan datang mengenai bahan itu memberikan data bibliografis yang lengkap. Apabila hanya satu judul oleh seorang pengarang yang dipergunakan, beberapa editor akan mengizinkan bahwa kutipan-kutipan yang berikutnya dari suatu bahan, disebutkan hanya dengan menyebutkan nama pengarang, tetapi didalam membuat catatan, “Collingwood” saja misalnya tidak mencukupi, karena meskipun si peneliti tidak akan menyadari pada waktu membuat catatan, dalam masa depan, peniliti tersebut mungkin akan menggunakan buku lain oleh “Collingwood” dan dengan demikian menimbulkan kekacauan yang tidak perlu antara keduanya. Suatu judul yang dipersingkat sudah akan mencakup; misalnya: “Collingwood, Idea of History” akan mencukupi untuk menyebutkan “R.G Collingwood, The Idea of History, karena judul referensi yang lebih lengkap akan dapat diperoleh didalam tata naskah (file) si peneliti mengenai “judul-judul yang telah dikonsultasikan.
Catatan bibliografis yang lengkap juga harus mengandung nomor daftar perpustakaan lagi. Berlainan dengan catatan konteks, catatan bibliografis harus dibuat pada kartu berukuran 3” x 5” karena kartu dengan ukuran itu sangat meudah memegangnya dan jarang sekali bahan bibliografis melebihi kartu sebesar itu. Kemudian ditata secara alfabetis (sesuai dengan nama pengarang, karena sedikit sekali proyek penelitian akan mencapai proporsi dimana judul subjek diperlukan) didalam kotak-kotak tata naskah berukuran 3” x 5”, maka kartu-kartu itu dapat dengan mudah dipindah-pindah dari satu kompartemen (“judul-judul yang telah dikonsultasi”) kepada kompartemen lain (“judul-judul yang telah dikonsultasi), karena dalam masa antara telah diperoleh data bibliografis.
Bibliografi pencatatan informasi mengenai koleksi perpustakaan dalam bentuk bibliografi dilakukan dengan berbagai alasan antara lain: – Jumlah koleksi perpustakaan yang semakin meningkat bentuk dan bidang kajiannya, – Kebutuhan informasi para pengguna yang semakin beragam dan meningkat jumlahnya, – Upaya untuk meningkatkan kualitas layanan penelusuran informasi yang cepat dan tepat. Oleh karena itu penyusunan suatu daftar bibliografi mempunyai fungsi utama untuk membantu pemakai, peneliti, dalam mencari, menggali, menelusuri informasi tertentu, baik untuk mengawali penelitian atau sedang dalam tahap penelitian yang membutuhkan beberapa sumber untuk menganalisis. Fungsi lain dari bibliografi yang membantu dalam pencarian sumber adalah sebagai bagian dari jasa pelayanan perpustakaan kepada pemakai perpustakaan. Dengan menerbitkan suatu bibliografi, pustakawan dapat menawarkan koleksinya kepada pemakai perpustakaan tanpa harus mengeluarkan seluruh koleksinya, serta dapat menjangkau pengguna yang tinggal jauh dari perpustakaan. Dengan demikian maka bibliografi dapat digunakan sebagai; 1. Bahan rujukan terhadap koleksi perpustakaan, 2. Daftar koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan, 3. Daftar informasi bahan pustaka mengenai suatu bidang kajian tertentu, dan sebagainya. (**)